Judul Buku :
Notasi
Penulis :
Morra Quatro
Tebal :
vi + 294 halaman
Penerbit :
Gagasmedia, 2013
ISBN :
979-780-635-9
Harga :
Rp 43.000,00
“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia.” (Sukarno)
Benar sekali,
pemuda sarat akan idealisme, semangat perjuangan yang tinggi, dan pantang
menyerah. Peran pemuda ini nampak sekali pada masa Orde Baru, masa pemerintahan
yang sangat menyejahterakan rakyat (kelihatannya), tapi di balik itu,
pemerintah serupa rantai-rantai besi yang mengikat rakyat, menggunakan kekuatan
militer untuk menjelmakan keotoriteran seutuhnya.
Demikianlah juga
adanya, tokoh-tokoh utama yang diceritakan dalam novel Notasi karya Morra
Quatro ini adalah para mahasiswa idealis dari UGM. Ditulis atas dasar tema yang
tak biasa, yaitu revolusi tahun 1998 yang dimotori oleh para mahasiswa seluruh
Indonesia. Novel setebal 294 halaman ini dibagi menjadi tiga bagian, dengan
sebuah prolog dan sebuah epilog, dan dikisahkan dengan sudut pandang orang
pertama. Bagian prolog menceritakan tentang masa kini, di mana seorang gadis
bernama Nalia “aku”, alumni Fakultas Kedokteran Gigi UGM, kembali ke
Yogyakarta, hingga kenangan akan masa-masa kuliahnya dulu kembali terkuak
ke permukaan. Yang paling diingatnya
adalah saat-saat revolusi tahun 1998, dan juga tentang kekasih lamanya.
Bagian pertama
novel ini berkisah tentang pertemuannya yang tidak mengenakkan dengan Nino,
seorang mahasiswa Teknik Elektro yang pendiam dan menyimpan misteri. Pertemuan
itu bermula dari Nalia, yang hendak memasang iklan di radio ilegal milik
mahasiswa Teknik Elektro, radio Jawara, tapi anak-anak radio itu memberi
sambutan yang dingin. Telah menjadi warisan turun-temurun bahwa mahasiswa
fakultas kedokteran bermusuhan dengan fakultas teknik. Masalahnya sederhana
saja, karena kesenjangan ekonomi antara kedua fakultas itu; sampai saat ini pun
masih seperti itu. Di samping itu juga karena adanya persaingan memperebutkan
kursi presiden BEM universitas, di mana dua dari tiga calon kuatnya berasal
dari dua fakultas itu. Itulah mengapa bagian pertama ini berjudul “Dua kubu
yang saling bertentangan”.
Pertentangan dua
kubu itu menjadi terabaikan ketika semua mahasiswa dari berbagai fakultas di
UGM turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Segala permusuhan yang tertanam selama
ini sirna begitu saja ketika mereka bergabung menyemut di sekitar bundaran UGM
dan mengucapkan Sumpah Mahasiswa. Semuanya bersatu demi Indonesia baru yang
mereka perjuangkan. Nalia terlibat di dalamnya, bersama teman-teman jurusannya,
Zee, Tengku, dan Lin Lin, juga Nino dan teman-temannya, Farel, Amir, Aziz, dan
Ve, gadis yang menyimpan rahasia. Demonstrasi itu berakhir dengan Nino yang
menghilang setelah melawan seorang perwira bersenjata.
Menghilang, dan
hanya mengirimkan surat-surat tanpa alamat, dengan janji yang selalu tertulis
di sana: “Suatu saat aku pasti kembali, Nalia.” Awalnya, saya merasa skeptis
akan janji-janji macam begini dari mulut seorang lelaki. Hingga terungkaplah
rahasia yang selama ini dipendam Nino, rahasia yang membuatnya jadi orang
pendiam dan tak pernah mau difoto. Akankah Nino kembali—seperti janjinya? Apa
pula rahasia Ve sebenarnya?
Hal yang menjadi
kelebihan novel ini adalah tentu saja temanya, yang menunjukkan betapa besar
rasa nasionalisme para pemuda Indonesia untuk melawan pemerintahan Orde Baru
yang otoriter. Selain itu, deskripsi setting
yang kuat, yang menggambarkan kawasan-kawasan kampus UGM, daerah-daerah di
Yogyakarta, terasa sangat faktual dan berhasil menyeret saya dalam imajinasi.
Saking detilnya deskripsi tempat itu, kadang membuat saya berdecak, “Oya? Saya
baru tahu.”, seperti tentang taman segi delapan di tengah fakultas teknik UGM, tempat
saya kuliah selama ini. Berkat novel ini, saya baru sadar bahwa taman itu
berbentuk segi delapan haha. Tapi, kadang, deskripsi tempat yang terlalu detil
itu membuat saya agak bingung, dan harus membaca ulang untuk bisa memahami.
Cerita yang
mengalir erat dengan kehidupan kampus, menyatu ringan dengan aroma persahabatan
dan cinta yang hadir secara konsisten, tapi tak mengurangi kesan menegangkan
kisah demonstrasi. Saya merasa kisah cinta Nalia dan Nino sangat sederhana.
Penulis juga dengan lihai menyelipkan humor-humor yang tak kentara, hingga tak
menodai kesan serius yang ditampilkan novel ini.
Saya menyukai cara
bertutur si penulis, yang tidak terlalu berat, tapi berbobot, ditambah dengan
selipan-selipan pengetahuan sejarah dan tentang beberapa ilmu keteknikan,
menunjukkan bahwa si penulis melakukan riset yang tidak main-main.
Sayangnya, banyak
salah ketik yang terjadi dalam novel ini, termasuk spasi antarkata yang kacau,
kadang dua atau tiga kata tergabung tanpa spasi hingga membingungkan pembaca. Di
samping itu, saya rasa pemberian judul “Notasi” kurang cocok, mungkin karena
bercerita tentang siaran-siaran radio. Tapi tetap saja, radio di masa itu
berperan penting dalam penyampaian berita, bukan pada lagu-lagu yang
diputarnya, lagu-lagu yang tercipta dari rangkaian notasi. Namun, kekurangan
itu tertutup oleh cover yang bagus
dan ilustrasi-ilustrasi isi yang indah di dalamnya. Plot yang kadang
berubah-ubah menurut bingkai waktu juga sama sekali tak membingungkan. Tentang
tokoh, saya suka tokoh Ve, gadis tomboi yang pemberani dari jurusan Teknik
Elektro. Meskipun awalnya tokoh “aku” tak menyukainya, tapi sebenarnya ia
adalah gadis yang loyal, perhatian, dan memegang teguh arti persahabatan.
Awalnya, saya
penasaran akan cerita dalam novel ini begitu membaca sinopsis di back-cover-nya, yang tumben, tak menipu
hehe. Pada sinopsis itu, ada kalimat, “Rasanya sudah lama sekali sejak aku dan
dia melihat pelangi di langit utara Pogung”. Kalimat ini membuat saya penasaran,
apakah Desa Pogung yang dimaksud adalah desa yang sama tempat saya menge-kos
saat ini. Haha.
Pada akhirnya,
saya merekomendasikan novel ini untuk para pemuda, yang mengaku sebagai
mahasiswa Indonesia, terutama, karena novel ini bisa menyadarkan kita akan rasa
nasionalisme yang sudah seharusnya kita miliki. Hidup mahasiswa Indonesia!
“Tapi, bila revolusi tidak terjadi hari ini, pasti akan terjadi juga suatu saat nanti...” (halaman 246).
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^