Judul Buku :
U-Turn
Penulis :
Nadya Prayudhi
Tebal :
246 halaman
Penerbit/cetaka : PlotPoint
Publishing/April 2013
ISBN :
978-602-9481-25-9
Harg :
Rp 39.000,00
“Tuntaskan
segala permasalahan yang kamu punya. Ayo, Karin, make a u-turn and you’ll
be happy. Like me.” (halaman 192)
Mungkin
kita semua pernah membuat masalah besar, lalu lari dari tanggung jawab karena
takut akan konsekuensi yang harus
kita hadapi. Mungkin kita pernah jadi seorang pengecut pada suatu fase dalam
hidup kita. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan? Terus jadi pengecut, atau
berubah dan menyelesaikan semuanya?
Pilihan pertamalah, yang awalnya dipilih
oleh Karin, tokoh sentral dalam novel ini. Perempuan berusia 32 tahun itu belum
memikirkan akan melangsungkan pernikahan dengan pacarnya yang ia pikir adalah
cinta terakhirnya, Bre. Tapi itu bukan berarti ia tak hancur ketika tiba-tiba
Bre memutuskannya. Karin, yang penasaran apa alasan Bre sebenarnya hingga
memutuskan hubungan mereka, merenung, memikirkan kembali masa lalunya yang tak
indah, akibat sebuah masalah besar yang pernah ia buat sewaktu SMA. Perenungan
itu membawanya kembali ke kenangan akan pelariannya yang bertubi-tubi. Ke
Pasadena dan menjalani kehidupan pergaulan bebas gaya barat di sana. Lalu
pulang ke Indonesia, bertemu lelaki pertamanya, Vicky, di Bali, yang suka
menyakitinya secara fisik. Kemudian, di Malaysia, ia bertemu dengan lelaki
keduanya, Chuan, yang adalah gay.
Tetapi kehadiran pria itu yang hanya sekejap ternyata berdampak masif baginya.
Kemudian ia bertemu Bre pertama kali. Sebuah
pertanyaan darinya membuat Karin kelimpungan, “Karin. Apa benar—lo dulu pernah membunuh orang?” (halaman 39). Pertanyaan ini menguak luka dalam yang
tengah berusaha ia jauhi, dengan pelarian-pelarian itu, termasuk berkonsultasi
dengan seorang psikiater yang menjelma jadi sahabat baiknya, Marissa. Karin terus
lari, hingga ia sampai di sebuah titik yang mempertemukannya dengan Bre,
Marissa, dan menariknya ke sebuah kenyataan yang tak diduganya akan berkaitan
dengan kematian sepupu dekatnya, Abi, di masa lampau. Titik inilah yang pada
akhirnya menyadarkannya untuk berhenti menjadi seorang pengecut, dan berbalik;
menyelesaikan masalah-masalahnya.
Tanpa typo
sedikitpun, sang penulis, Nadya Prayudhi, mengajak kita bertualang bersama
kenangan-kenangan Karin, dari Jakarta, Pasadena, Malaysia, hingga Bali. Meski setting tempat berpindah-pindah secara
lumayan cepat, deskripsi latar yang sederhana namun cukup detil, tetap mampu
menghanyutkan saya. Begitu juga dengan setting
waktu yang meskipun melompat-lompat—present
to past and conversely—sama sekali tak membingungkan saya. Novel ini
terbagi menjadi 31 bab dan satu epilog yang pendek-pendek, sukses menyuntikkan
aroma misterius dan dark dalam novel
ini, sekaligus sama sekali tak membikin saya bosan. Ukuran font, spasi, dan margin halaman
yang pas juga mendorong saya untuk terus menikmati halaman demi halaman. Tangan
piawai Nadya Prayudhi berhasil menciptakan rasa penasaran secara terus menerus
dari setiap bab, hingga berujung pada ending
yang tak terduga, dan membuat saya puas ketika segala misteri itu terungkap
kebenarannya. Selain itu, saya suka tokoh Chuan dalam novel ini. Ia adalah seorang
gay yang tetap punya pilihan untuk berubah, dan dia melakukan itu.
Dengan harga yang terjangkau, 39.000
rupiah, pembaca dapat menikmati sebuah karya metropop bernuansa dark dan misteri yang tak akan
mengecewakan jalan cerita dan ujungnya. A
very recommended book!
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^