Judul Buku :
She’ll Take It! (Berdoa Dulu Sebelum
Mengutil)
Penulis :
Mary Carter
Penerjemah :
Lianita Simamora
Tebal :
x+426 halaman
Penerbit/cetakan :
Gagasmedia/Cetakan ketiga, 2007
ISBN :
979-780-143-8
Harga :
Rp 12.000,00 (obral)
Meskipun buku ini saya beli di sebuah acara obral buku,
tapi isinya sungguh tak mengecewakan! Sama sekali nggak bikin menyesal telah
merogoh kocek 12ribu (doang)! Hehehe. Dan meskipun ini bukan buku baru, tapi saya merasa perlu untuk menuliskan
resensinya. Cos it’s worth reading.
Pernah baca novel seri Shopaholic? Nah, bisa dibilang novel ini adalah oposisi dari novel
karangan Shopie Kinsella tersebut. Mengapa saya bilang begitu? Tentunya tak
lepas dari perilaku menyimpang tokoh utama dari kedua novel tersebut. Melanie
Zeitgar, tokoh utama dalam novel She’ll
Take It, dan Rebecca Bloomwood, tokoh utama dalam novel seri Shopaholic, sama-sama nggak tahan jika
melihat barang-barang lucu nan imut. Lantas apa yang membedakannya? Jika Becky
ketagihan belanja, hingga tagihannya menggunung, maka Mel sebaliknya. Ia
ketagihan mengutil. YES! She’s a
cleptomaniac!
“Perjanjian dengan Diri
Sendiri:
Saya, Melanie Zeitgar, dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani (dikurangi lima setengah kilo) bersumpah
dengan segenap hati bahwa:
1. Saya tidak akan mengutil lagi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
*Terkecuali jika: penelitian
telah menunjukkan bahwa menyusun arsip-arsip seharian di dalam ruangan yang
gelap dapat mengakibatkan kekurangan Vitamin D yang bisa menyebabkan kekacauan
temporer dalam pertimbangan benar dan salah.” (halaman 138)
Tunggu dulu. Sebelum Anda menge-judge Mel sebagai pelaku kriminal sekaligus musuh masyarakat
lantaran merugikan banyak toko tempatnya pernah mengutil, sebaiknya Anda
nikmati dulu cerita kocak sekaligus mengharukan novel ini.
Mel adalah wanita ambisius, yang sebentar lagi akan
berusia 30 tahun, tapi belum satupun pencapaian besar telah ia raih. Ia
bermimpi menjadi seorang aktris di kota penuh gemerlap New York, dan sejauh ini
ia hanya pernah membintangi beberapa pertunjukan murahan, dan itupun tak
sebagai pemeran utama. Padahal ia yakin, pengalaman bersekolah akting membuat kemampuan
aktingnya tak kalah dengan artis yang lain.
“Aku adalah aktor yang memiliki
teknik, belajar di Sekolah Akting Village, di mana aku tenggelam dalam
pelatihan ‘Ingatan akan Rasa’.” (halaman 24)
Anehnya, berlawanan dengan kepercayaan-dirinya itu, ia
lebih sering gagal dalam audisi akting, seperti audisi payah yang terakhir
diikutinya. Belum lagi, cowok gebetannya, Ray, juga sudah lama tak
menghubunginya. Hal-hal menyebalkan semacam ini semakin mendorongnya untuk
berjalan-jalan masuk ke toko-toko, dan mencuri apapun yang menarik
perhatiannya: sabun lavender mungil, selendang, permen, mangkuk saus. Pernah
suatu kali, ia melanggar peraturan yang ia buat sendiri dengan mencuri sebuah jam tangan
seharga $1800!
“Perjanjian dengan Diri Sendiri
Saya, Melanie Zeitgar, dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani (dikurangi dua setengah kilo) bersumpah dengan segenap
hati bahwa:
1. Saya tidak akan mencuri dari
toko milik ibu-ibu dan bapak-bapak.
2. Saya tidak akan mencuri
barang dengan harga lebih dari $100.
3. Saya tidak akan mencuri dari
tempat yang sama dua kali.
*Tak ada terkecuali!” (halaman
212)
Gagal
pada audisi terakhirnya itu membawanya menjadi seorang pengangguran. Lalu
tiba-tiba ia mendapat pekerjaan temporer dari Fifth Avenue Temps, sebagai penata arsip di sebuah firma hukum.
Belum cukup dengan perasaan terhina yang melandanya (ia bisa mengetik 95 kata
per menit, untuk apa ia melakukan pekerjaan membosankan itu?), perasaan muak
menyergapnya ketika ia mengetahui bahwa Trina Wilcox, musuhnya, adalah asisten
si ahli hukum di sana, Steve Landon dan Greg Parks. Dengan kata lain, posisinya
di firma itu berada di bawah Trina. Nenek sihir itu tak henti mengganggu
hidupnya, mulai dari menuduhnya mencuri tempat sabun mutiaranya (belakangan
diketahui bahwa tempat sabun itu ternyata cuma hadiah yang murah, bukan benda
pusaka keluarga, seperti yang dikatakannya).
Trina juga berusaha merebut kembali Ray, mantan pacarnya. Juga mengunggah
foto menjijikkan Mel yang memalukan di internet, hingga ditonton jutaan orang.
Insiden [yang disengaja] tersebut membawa Mel bertemu dengan Greg Parks, di
mana ia meminta saran tuntutan hukum apa yang bisa ia gunakan untuk membuat
fotonya di internet itu dihapus.
Mulut
besarnya juga tak bisa dikendalikan, hingga ia membohongi semua orang di firma
hukum itu bahwa ia adalah seorang seniman, pematung jam. Ketika seorang pemilik
galeri mendatanginya, ia kelabakan dan membuat portofolio palsu, dibantu dua
orang temannya, Kim dan Tommy.
Bukan
cuma itu, keluarganya juga sama sekali tak membantu. Ibunya yang hanya
mengomelinya atas cita-citanya sebagai aktris dan menuntutnya untuk kuliah agar
bisa bekerja dengan layak. Kakak laki-lakinya, Zach, yang adalah seorang pengacara yang kaku dan
menyebalkan. Ayah tirinya yang aneh, yang memiliki lima ekor anjing yang
disebut “anak-anak”. Ia tak bisa melawan ketika keluarganya tiba-tiba
mengajaknya makan malam, dan anehnya, mereka semua bersikap manis. Ini membuat
Mel heran, lalu terkejut, karena ternyata ibunya diam-diam telah mengundang
Greg, atasannya. Kejadian itu membuat hubungan Mel dan Greg menjadi dekat,
selain berkat presentasi-presentasi Greg yang pernah dibantu oleh Mel. Namun,
hubungan mereka yang sudah hampir sampai pada tahap pacaran itu digagalkan oleh
kelakuan klepto Mel yang kelewatan.
Apakah
akhirnya Mel mengakui jati dirinya yang sebenarnya—sebagai seorang
kleptomaniak? Dan akankah Greg menerimanya kembali?
Novel
setebal 426 halaman ini terbagi menjadi 34 bab, sehingga tiap-tiap bab terdiri dari jumlah halaman
yang lumayan tebal. Belum lagi ditambah dengan sudut pandang orang pertama,
“aku”, yang bisa jadi
membosankan karena terlalu monoton. Tapi,...bravo!
Sang penulis telah berhasil menceritakan tingkah laku dan cara berpikir si
“aku” dengan fresh, kocak, dan jujur.
Kondisi psikologis si “aku” tergambar sangat gamblang dan menarik. Mengalir apa
adanya. Membuat saya tak mampu beranjak dari melahap tiap halaman yang tersisa.
Meskipun kadang vulgar, hingga menjadikan novel ini cocok untuk kalangan dewasa,
namun itu bukan masalah besar. Ya, mengingat setting novel tersebut adalah kota New York, yang gaya hidupnya
bebas, jadi tak masalah jika banyak hal-hal yang vulgar terumbar di sana.
Justru itu jugalah yang mampu memicu kelucuan. Begitu juga, alur yang penuh
kejutan tak akan membuat Anda bosan.
Mary
Carter berhasil menceritakan pengalaman-pengalaman seru ketika mencuri dengan
sangat hidup. Seolah memang ia benar-benar pernah mengalaminya (well, of course, si penulis bukanlah
kleptomaniak). Karakter-karakter dalam novel ini berhasil tergambar dengan
kuat, terutama si Melanie, tentu saja. Meskipun ia seorang pelanggar hukum dan
sampah masyarakat, tapi dengan membaca ceritanya, kita tak bisa tidak
mencintainya. Di balik mulut besar dan jemari nakalnya, Melanie adalah sosok
berhati lembut, suka menolong, cerdas, dan kreatif.
Beberapa
kesalahan penulisan yang ada dalam novel itu untungnya tak mengganggu keasyikan
membaca. Selain itu, footnote-footnote
yang ditambahkan oleh sang penerjemah juga sangat membantu ketika Anda menemui
istilah dalam bahasa
Inggris yang mungkin jarang Anda temukan di bacaan lain.
Misalnya, cocks, nutter, dan gobsmacked (halaman 51).
Meskipun
begitu, menurut saya, bagian ending-nya
terasa agak dipaksakan dan terburu-buru. Bagian akhir novel ini hanya terdiri
dari sekitar sembilan halaman. Padahal awalnya, cerita mengalir dengan tidak
terlalu ketat, hingga penulis bisa mengeksplor ceritanya lebih detail. Juga ada
beberapa hal aneh yang saya pikir akan sulit terjadi di dunia nyata, seperti
Mel yang tiba-tiba beneran bisa membuat karya seni berupa jam-jam aneh. Lalu seorang
pemilik galeri terkenal bahkan meminjaminya studio, padahal sebelumnya ia
menolak mentah-mentah portofolio Mel.
Beberapa
kekurangan itu tak membuat kesegaran novel ini berkurang. Coba saja baca sendiri!
Dan jangan kaget ketika tiba-tiba Anda membayangkan menjadi tokoh Mel, saking
terbawa oleh kisah yang diceritakan oleh tokoh “aku” dalam novel ini. Yah,
benar sekali, this novel will successfully
appeal to your emotion!
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^