Penulis: George R.R. Martin
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh: Barokah Ruziati Editor: Lulu Fitri Rahman Penerbit: Fantasious Cetakan: I, Maret 2015 Tebal: XVI + 948 halaman ISBN: 978-602-0900-29-2 Harga: Rp 110.000,00 (Bukupedia) |
Setelah Raja Aerys Targaryen—raja Tujuh Kerajaan—dibantai
oleh Jaime Lannister di King’s Landing, dan Pangeran Rhaegar Targaryen dibantai
Robert Baratheon di Sungai Trident, tahta kerajaan diduduki oleh Robert. Sementara
itu, Eddard Stark, sahabat Robert, menjadi Lord Winterfell di Utara. Sejauh
ini, kondisi Tujuh Kerajaan cukup damai, sebelum Robert bersama
rombongannya datang ke Winterfell. Ia hendak meminta Eddard menjadi Tangan
Kanan Raja menggantikan Jon Arryn yang baru saja meninggal. Tak ada yang
mencurigakan awalnya, sampai Catelyn, istri Eddard, menerima surat dari
adiknya, yang adalah istri Jon Arryn, yang mengatakan bahwa Jon diduga dibunuh
oleh keluarga Lannister. Ditambah lagi kecelakaan yang dialami oleh Bran, putra
Eddard, setelah ia tak sengaja memergoki rahasia Cersei Lannister, istri Robert
Baratheon. Keadaan di Winterfell belum pulih ketika Eddard mau tak mau ikut ke
Selatan untuk menjadi Tangan Kanan Raja.
Bran selamat, meski kakinya lumpuh, dan ternyata itu membuat satu
pihak mencoba membunuhnya. Beruntung, Catelyn berhasil menghalanginya dan
memperoleh barang bukti belati sang pelaku. Belati itu diduga milik Tyrion
Lannister, adik sang ratu yang cebol dan buruk rupa, sehingga Catelyn
menyanderanya. Inilah salah satu alasan mulainya peperangan Klan Lannister dengan Klan Stark.
Meski ada Robert, keberadaan Eddard di tengah-tengah keluarga
Lannister di King’s Landing tidak aman bagi dirinya sendiri. Robert tak sekuat
kelihatannya. Anggota majelis raja tak ada yang bisa dipercaya, begitu pula
dengan para pengawalnya. Bila keluarga ratu tahu bahwa Eddard sudah mengetahui
rahasianya, sangat mudah bagi Lannister untuk menghabisi Eddard.
“Kalau satu Tangan Kanan bisa mati, kenapa yang kedua tidak?” (halaman 379)
Sementara itu, Viserys Targaryen, adik Rhaegar, sangat
percaya bahwa dirinyalah sang Naga Terakhir. Ia menikahkan adiknya, Daenerys,
dengan Khal Drogo dengan imbalan satu pasukan untuk merebut kembali tahta
kerajaan. Namun, siapa sangka, sang Naga Terakhir bukanlah dirinya.
***
Sumber gambar di sini, diedit oleh saya. |
Pertama kali dalam sejarah karier membaca buku saya, saya niat sekali membeli sebuah buku secara online lantaran bukunya belum ada di toko buku biasa. Sebenarnya, niat awal membeli buku GoT ini dilatarbelakangi keinginan mengikuti lomba menulis cerpen tentang Inggris yang diadakan oleh Penerbit Fantasious. Salah satu syaratnya adalah menyertakan struk pembelian buku GoT. Ironisnya, setelah buku sampai di tangan dengan selamat, eh, ternyata cerpennya tidak jadi dibikin -_-.
Game of Thrones bisa dibeli di Bukupedia (langsung klik!)
Menyesal beli buku mahal ini?
Sedikit, sih, ketika pertama kali memandang kertas isi buku
yang buram dan tipis (mungkin jika menggunakan book paper krem
yang lebih tebal itu nanti bukunya jadi terlihat tebal sekali). Begitu mulai membaca,
rasa penyesalan itu terlupakan. Meskipun awalnya saya tidak paham, lantaran
begitu banyak tokoh berseliweran di dalamnya, dan sebagian besar adalah tokoh
yang cukup penting untuk diabaikan (pantaslah jika serial ini dijuluki fantasi
skala besar alias raksasa). Nama-nama yang sama, klan-klan berbeda…. Ada cukup
banyak klan di Tujuh Kerajaan, meski yang terbesar hanyalah Baratheon, Stark,
Lannister, Targaryen, dan Tully. Saking bingungnya, sering sekali saya harus
bolak-balik ke depan karena lupa. Theon Greyjoy tadi siapanya Eddard Stark, ya?
Brynden itu siapanya Catelyn Stark, ya? Beginilah nasib pembaca yang sama
sekali awam terhadap dunia GoT (cupu banget, ya T_T).
Bagi pembaca yang awam terhadap dunia GoT, sebelum mulai
membaca, ada baiknya jika mempelajari terlebih dulu silsilah klan-klan Tujuh
Kerajaan, supaya tidak bingung. Sayangnya, silsilah itu diletakkan di bagian
belakang, sehingga saya baru tahu kalau itu ada setelah sampai di tengah-tengah
cerita -_-. Seharusnya silsilah ini ditaruh di depan, seperti pengenalan tokoh
yang sering ada dalam komik-komik Jepang.
Selain itu, glosarium yang terletak setelah silsilah itu juga tidak berguna, menurut saya.
Isinya adalah istilah-istilah dalam bahasa Inggris beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Di dalam cerita, istilah-istilah
tersebut sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, jadi untuk apa membuat
glosarium semacam ini? Mungkin ini semacam panduan bagi yang sudah membaca GoT edisi
terjemahan dan ingin menonton serial televisinya, agar tidak bingung ketika
mendapati banyak istilah dalam bahasa Inggris di sana. Lagi pula, glosarium,
kan, artinya “kamus dalam bentuk yang
ringkas; daftar kata dengan penjelasannya dalam bidang tertentu”[1].
Saya berekspektasi akan menjumpai daftar istilah aneh beserta penjelasan
artinya. Karena, meski banyak istilah yang sudah dijelaskan secara langsung
maupun tidak dalam cerita—seperti arti septa
dan maester—ada istilah yang tidak
dijelaskan, seperti minuman ale (yang ternyata, menurut kamus artinya adalah "semacam bir tetapi lebih keras").
Isinya adalah istilah-istilah dalam bahasa Inggris beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Terlepas dari semua itu, saya puas dengan terjemahannya yang
sangat luwes dan mudah dimengerti (meski ceritanya tidak mudah dimengerti).
Beberapa typo bertebaran, tapi itu tidak mengurangi kenikmatan membaca. Lagi
pula, sang penulis sangat piawai membuat pembacanya betah, hingga terasa
terikat oleh cerita.
Cara penyajian cerita melalui sudut pandang orang ketiga
terbatas yang berganti-ganti dari satu tokoh ke tokoh lainnya sangat efektif
untuk menceritakan kisah yang mencakup
setting wilayah, waktu, dan tokoh yang besar. Ada sudut pandang Bran, Catelyn,
Eddard, Jon, Arya, Tyrion, Daenerys, dan Sansa. Meski banyak tokoh penting,
tapi semuanya adalah tokoh yang kuat. Eddard yang sangat kaku, sedingin musim
dingin di Utara. Catelyn, wanita kuat, cerdas, dan bijaksana. Tyrion, yang
meskipun fisiknya tidak sempurna, otaknya sangat cerdas. Jon, anak haram
Eddard, yang keras kepala tapi penuh perhatian pada sahabatnya. Sering kali
timbul rasa tak percaya diri, tapi dengan cepat ia kembali optimis, terutama
berkat motivasi Tyrion dan Saudara Sesumpah Garda Malam. Sansa, putri sulung
Eddard, gadis feminin, patuh, manja, sombong, dan delusional; terlalu mengutamakan keindahan fisik. Arya, putri kedua
Eddard, yang berkebalikan dengan Sansa: tomboi, rendah hati, keras kepala,
pembangkang. Bran, putra kedua Eddard, yang tangguh dan pantang menyerah.
Robb, putra sulung Eddard, yang harus memimpin pasukan Stark
dan pendukungnya untuk melawan Lannister, setelah ayahnya disandera. Robb
mewarisi sifat-sifat khas Stark dari ayahnya: keras kepala, teguh, dan berani,
juga kecerdasan dari ibunya. Daenerys, gadis yang menjadi
kuat dan berani tanpa kehilangan moralitasnya. Oh, saya suka setiap bagian yang
menceritakan perlawanan Dany terhadap kakaknya dan prajurit Khal Drogo. Dalam
dunia GoT, barangkali Dany-lah yang paling bermoral. Dengan tegas, ia
menyelamatkan perempuan-perempuan korban perang yang diperkosa oleh para
prajurit Khal Drogo. Tapi, sayangnya, akhirnya takdir mereka tetap pahit. Dany adalah salah satu tokoh favorit saya, selain Tyrion.
Alur yang mengalir deras dari awal sampai akhir tak
mengizinkan pembaca bernapas. Belum lagi segala intrik yang membuat hati gemas.
Dalam dunia GoT, yang licik mengalahkan yang benar. Jadi, lupakan kalimat
mutiara “kebenaran selalu mengalahkan kejahatan”. Meski, ada kalanya pihak yang
benar menang. Dunia GoT adalah gambaran dunia yang kita tinggali, meski
terlihat sangat amoral, vulgar, dan sadis. Ringkasnya, berisi hal-hal yang
tidak ingin kita lihat atau rasakan. Hubungan inses antara Cersei dengan
saudara kembarnya, Jaime Lannister. Percobaan pembunuhan anak kecil. Indikasi
korupsi, yang mungkin akan dilakukan oleh Moreo, pemimpin kapal Penari Badai
yang mengantarkan Catelyn ke King’s Landing. Ketika Catelyn akan membagikan
koin pada para pendayung, Moreo berusaha mencegahnya, agar koin-koin itu
diberikan padanya untuk nanti dibagikan pada mereka. Dengan tegas, Catelyn
menolaknya.
“Laki-laki harus membuat pilihannya sendiri. Mereka berhak mendapatkan perak itu. Bagaimana mereka menghabiskannya, itu bukan urusanku.”
(Catelyn, hal. 179)
Pembunuhan Tangan Kanan raja. Peperangan yang tiada henti,
untuk apa lagi selain memperebutkan tahta kerajaan? Dan yang paling menyesakkan
adalah pengkhianatan, sehingga tak ada orang yang bisa dipercaya. Inilah yang
dialami Eddard Stark selama menjadi Tangan Kanan raja. Bahkan Dany pun
dikhianati seorang perempuan tua yang telah diselamatkannya.
Tapi, hei, dalam Perang Dunia bukankah hal-hal mengerikan itu
juga nyata terjadi?
Saya mengagumi keberanian penulis yang telah menciptakan dunia yang tidak ideal ini secara jujur dan lugas, sekaligus indah dan humoris. Lelucon ironis dan sarkastis itu paling sering muncul jika ada Tyrion.
Saya mengagumi keberanian penulis yang telah menciptakan dunia yang tidak ideal ini secara jujur dan lugas, sekaligus indah dan humoris. Lelucon ironis dan sarkastis itu paling sering muncul jika ada Tyrion.
Bronn: Siapa yang mau membunuh orang sepertimu?Tyrion: Ayahku, salah satunya. Dia menempatkanku di barisan depan.Bronn: Aku akan melakukan hal yang sama. Lelaki kecil dengan perisai besar. Kau bakal membuat jengkel para pemanah.
(hal. 765)
Dengan lihai, penulis berhasil menyadarkan saya bahwa:
“Kehidupan bukanlah lagu, anak manis. Suatu hari nanti kau mungkin akan
mengetahuinya dengan cara yang tidak menyenangkan.”
(Petyr Baelish kepada
Sansa Stark, hal. 841).
[1]
Menurut KBBI.
Lagi menunggu seri 3-4-5-6 kira2 kapan ya..ga sabar nunggu versi indonesia
ReplyDeleteHihi, entahlah.... Saya cukup baca e-book versi english aja, Ivory, cos bukunya mahal2 :')
Delete