Penulis : Zhaenal
Fanani
Editor :
Addin Negara
Tebal : 480
halaman
Penerbit/cetakan : Divapress/Cetakan I, Oktober 2014
ISBN : 978-602-296-036-2
Harga :
Rp 58.000,00
“Keajaibannya adalah bahwa tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi pada seseorang. Orang biasa menyebutnya sebagai misteri kehidupan. Di dalam misteri itulah letak keajaiban.” – Ayah Alexa (hal. 11)
Ya, mungkin memang
keajaibanlah yang mengutus antek-anteknya untuk mendalangi penculikan Alexa
ketika berumur 19 tahun, dua tahun setelah kematian ayahnya. Alexa yang selama
dua tahun ini tinggal dalam rumah sendirian di kota kelahirannya, Rohatyn,
akhirnya merasakan benar bahwa tinggal di asrama biarawati—seperti yang dulu
disarankan ayahnya, tapi ia tolak mentah-mentah—akan lebih aman. Di masa itu,
sering terjadi penculikan perempuan yang dilakukan bekas prajurit Tatar Crimea,
untuk kemudian dijual ke pasar budak.
“Esok hari, kita akan melakukan perjalanan.”“Ke mana?”“Sebuah tempat yang akan membuat hidupmu berubah.” (hal. 60)
Mungkin juga
keajaiban, yang menciptakan pengecualian atas nasib Alexa selanjutnya. Atau
kecantikannya yang tiada tara? Ia memang dibawa ke pasar budak di kota Kaffa,
tapi bukannya dijual, ia diserahkan kepada utusan kerajaan Ottoman untuk dibawa
ke Istana Topkapi di Istanbul. Samiye, kasim yang memeriksa keperawanannya
sebelum dibawa ke Istanbul, menjelaskan banyak hal kepadanya, seputar harem. Bahwa
nanti ia akan menjadi gedikli terlebih dulu, menanti giliran untuk melayani
Sultan Sulayman (jika ia beruntung, karena istana harem dihuni banyak sekali
gedikli). Alexa, yang mengaku pada Samiye bahwa namanya Roxelana, mendadak
bersemangat. Ia akan pergi ke sebuah tempat yang akan mengubah hidupnya. Gadis
yang dengan penuh percaya diri berambisi menjadi Cleopatra itu akhirnya
mendapatkan kesempatan untuk mungkin dapat menjadi seperti Cleopatra sungguhan.
Namun, ada yang belum ia mengerti: persaingan di dalam istana harem dan istana
Topkapi sendiri ternyata tidak sesederhana bayangannya.
Rute Rohatyn - Kaffa. |
Harem, Topkapi,
Ottoman, haseki sultan. Istilah-istilah yang asing bagi kacamata saya yang
minus lima, tapi masih awam akan sejarah kekaisaran Ottoman di Turki. Novel ini
berlatarkan akhir abad 15 sampai awal abad 16, di Istana Ottoman, Istanbul,
pada zaman pemerintahan Sultan Sulayman. Pada tahun 1520, ia naik tahta, dan
selanjutnya menjadi salah satu sultan Ottoman paling berpengaruh, yang berhasil
menaklukkan banyak negara Eropa saat itu. Meski kisah sukses sang sultan ini
cukup menarik, tapi inti cerita novel ini bukanlah itu, melainkan tentang
keteguhan hati dan keberanian seorang gedikli[1]
hingga ia menjadi selir favorit Sultan, hingga akhirnya ia berhasil menjadi
Haseki Sultan.[2]
Istana Harem. |
Di awal novel,
penulis mengisahkan sedikit momen kehidupan Alexa ketika ia masih berumur 10
tahun, tentang pembangkangannya terhadap ayahnya. Ayahnya, seorang pendeta
gereja Ortodoks, ingin agar putrinya menjadi seorang gadis
yang taat beribadah. Namun, tanpa sepengetahuannya (yang akhirnya ketahuan
juga), Alexa suka menyelinap keluar gereja saat kebaktian berlangsung. Tak
hanya itu. Ia juga menolak dengan keras ketika ayahnya menyarankan agar ia
masuk asrama biarawati kelak, karena hidup di asrama lebih aman.[3] Tapi,
Alexa berkeras ingin menjadi Cleopatra. Suatu cita-cita yang sangat imajinatif,
bukan? Dari sinilah penulis menekankan sifat keteguhan hati Alexa yang penuh
ambisi dan berani.
Hanya beberapa
halaman yang digunakan penulis untuk mengisahkan kebersamaannya bersama sang
ayah. Meski begitu, dialog-dialog yang terjadi antara ayah-anak itu sangat
mendalam; seputar kehidupan.
“Satu-satunya hal yang tidak boleh kau lakukan adalah menentang hukum Tuhan, melawan harmonisasi ciptaan-Nya. Karena kau pasti kalah.” (hal. 11)
Setelah kematian
sang ayah, penulis menghadirkan tokoh-tokoh baru. Kiral Berk, sang kizlar agha (pemimpin kasim kulit hitam)
muncul, mulai dari saat ia masih anak-anak dan dikebiri, hingga ia menemukan
pekerjaan menjadi kasim istana.[4] Ia
adalah tokoh yang juga berambisi menggapai kehidupan yang lebih baik. Motivasinya
terangkat setelah membaca biografi para kasim terkenal dalam sejarah. Namun
ternyata ia tidak terkebiri dengan sempurna. Kelebihan (atau kekurangan?) ini
membawanya ke dalam masalah hubungan gelap dengan Mahidevran, sang haseki
sultan, dan juga dengan Sovia, salah seorang gedikli.
Muncul pula tokoh
rival, yaitu Ugur Yildrim, sang kapi agha
(pemimpin kasim kulit putih), yang memegang kartu mati Kiral Berk. Sejak awal,
si Ugur ini memang sudah terlihat sebagai tokoh antagonis yang licik dan penuh
dengki. Kiral Berk, di awal saya kira dia tokoh protagonis, salah satu jagoan
penulis (karena ia muncul relatif lebih awal dan diceritakan masa lalunya juga).
Tapi, dengan lihainya, penulis membelokkannya menjadi tokoh antagonis begitu
Roxela menjadi selir favorit Sultan. Dengan begitu, kepribadian tokoh-tokohnya
bertumbuh, berbelok, seiring jalannya cerita. Hal ini menjadikan para tokoh
memiliki wujud 3-dimensi yang benar-benar terasa hidup.
Meskipun begitu,
saya merasa kurang akrab dengan tokoh Sultan. Mungkin karena memang di istana
tersebut Sultan adalah sosok yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan? Yang
mengganjal di akal sehat saya adalah, sikap Sultan terkait Roxela sangat
kekanakan. Dalam satu malam, ia langsung jatuh cinta pada gadis itu, langsung
memberinya tempat tinggal dan hak istimewa. Padahal, sebelumnya hanya Mahidevranlah
wanita yang ia cintai. Selanjutnya, Sultan makin terobsesi akan Roxela, hingga
mengabaikan tugas kenegaraannya. Tidaklah heran, penasihat pribadi sekaligus
sahabatnya, Ibrahim Pasha, menjadi khawatir. Sikap Sultan ini sungguh
berkebalikan dengan keyakinannya, bahwa cintanya terhadap Roxela ini adalah “cinta agung yang tumbuh karena kedewasaan berpikir”
(hal. 285).
“Sulayman tidak mengerti, mengapa Roxela berbeda dengan para wanita yang pernah hadir menemani malamnya. Roxela seperti punya kesanggupan mengeluarkan dirinya dari ruang kegelapan, lalu memerdekakan ilusi-ilusinya.” (hal.286)
Selanjutnya,
setelah Roxela menjadi selir istimewa, alur cerita agak tertebak. Para wanita
lain, terutama Mahidevran, dan Aysel Zge[5] dibakar
api cemburu, dan berusaha melakukan segala hal untuk menghalangi Roxela naik ke
kedudukan yang lebih tinggi, sebelum Roxela hamil.[6] Rencana
licik keduanya melibatkan Kiral Berk, Ugur Yildrim, bahkan sampai Ibrahim
Pasha. Pada akhirnya, mereka saling mengkhianati, dan pembunuhan demi
pembunuhan tak terhindarkan.
Alur cerita yang
dibangun penulis bergerak maju secara runtut dan rapi, dengan beberapa
flashback yang diselipkan tanpa kentara. Bagi beberapa pembaca, mungkin setting waktu ketika flashback ini agak
membingungkan. Apalagi penulis memang tidak menggunakan keterangan tahun yang
memadai. Novel ini memang tebal, tapi diimbangi dengan suasana menegangkan yang
berhasil dibangun penulis sejak awal cerita. Suasana mencekam penuh teka-teki
yang dikemas dalam bab-bab yang pendek, dengan akhir bab menggantung tepat di
titik paling bikin penasaran[7],
berhasil membuat saya terus membaca hingga akhir. Meski begitu, kekentalan hawa
iri hati, balas dendam, pengkhianatan, yang bergolak terus tanpa henti dan tumpang
tindih, membuat saya muak, hingga memacu munculnya rasa bosan. Untunglah,
beberapa teka-teki yang belum terjawab membuat saya terus bertahan hingga
tamat.
Sayangnya, penulis
tidak mendeskripsikan fisik para tokoh dengan baik, sehingga menimbulkan
kebingungan tersendiri. Bahkan untuk para tokoh laki-laki, saya teramat buta
akan gambaran fisiknya. Padahal, karakter 3-dimensi para tokoh sudah terbangun
dengan baik, hanya saja tanpa muka! Seperti apa, sih, cantiknya si Roxela ini?
Ia dikatakan “paling cantik” di antara semua wanita di Istana Harem, bahkan
lebih cantik daripada Mahidevran. Tapi, gambaran “cantik”-nya ini paling banter
saya dapatkan dari halaman 9.
“Rambutnya tebal berkilat. Sepasang matanya hitam kebiruan, seperti batu oniks bertahta zamrud. Warna kulitnya keperakan serupa kabut. Sosoknya lebih tinggi dari teman-teman sebayanya.”
Jelas, itu kurang
memadai. Malah, saya mendapatkan referensi lukisan sosok Roxelana dari situs
Wikipedia.[8] Atau, foto di sampul novel ini mungkin juga bisa menggambarkan sosok Roxela.
Selain itu, untuk
novel sejarah yang penuh istilah spesifik macam ini, tentunya tak jarang
dibutuhkan footnote. Sayangnya,
catatan kaki yang disajikan penulis tidak memberikan pencerahan (kalau begitu,
mending nggak usah ada aja >.<). Misalnya, di halaman 8 terdapat catatan
kaki untuk kata “Ukraina”, yaitu hanya tertulis “Cremia”. Itu, hanya nama lain
Ukraina, ya? Padahal saya berharap di catatan kaki akan tertulis bahwa Ukraina
ini dulu terletak di mana, hubungannya dengan Istana Ottoman apa....
Terlepas dari itu
semua, novel ini memberikan pengetahuan baru seputar sejarah aktual (mungkin
saya tidak akan pernah tahu tentang Ottoman jika tidak membaca novel ini).
Nilai-nilai moral juga tak luput diangkat penulis, seperti selalu optimis dan berusaha keras menggapai cita-cita (meski
cita-citamu teramat absurd, menjadi Cleopatra, misalnya). Selain itu juga jangan tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan.
Isu mengenai
ketidaksetaraan jender sangat lekat dengan fenomena Istana Harem. Di masa itu,
perempuan seolah hanya dimanfaatkan sebagai rahim tempat bertumbuhnya calon-calon
putera mahkota. Di harem, jika tidak mendapat giliran dipanggil Sultan, maka
para perempuan ini akan menjadi gedikli
selamanya, alias membusuk di harem. Anehnya, para gadis di masa itu rela
mempersembahkan keperawanannya kepada Sultan (yang belum tentu terjadi). Mereka
beranggapan bahwa dengan menjadi gedikli,
terbukalah kesempatan untuk mengubah hidup. Memang tidak salah, sih, tapi
kemungkinan itu kecil sekali. Nyatalah bahwa di masa itu, perempuan berada di
bawah laki-laki. Tapi, penulis memunculkan paradoks. Di sisi lain, sosok wanita
kuat seperti Roxela, malah ditakuti para lelaki (pejabat kerajaan) karena
dianggap dapat memengaruhi jalannya pemerintahan.
Saya kagum akan
kepiawaian penulis (yang pastinya sudah berpengalaman, terbukti sudah banyak
novel sejarah yang beliau tulis) merangkai fakta-fakta sejarah menjadi sebuah
kisah nan dramatis! Jika dulu guru Sejarah saya mengajar menggunakan sarana
novel seperti ini, pasti saya nggak akan
pernah tidur di kelas. Hihihi. Novel ini bagus untuk pembaca yang ingin membaca
novel berbobot sekaligus belajar sejarah. Selamat membaca dan tenggelam dalam
pesona Roxela ^^.
[1]
Para gadis penghuni Istana Harem
yang berada di daftar tunggu untuk dipanggil melayani Sultan.
[2]
Istri sah Sultan.
[3]
Pada waktu itu, keadaan kota tidak
aman. Banyak terjadi penculikan perempuan, untuk kemudian dijual sebagai budak.
[4]
Para kasim haruslah laki-laki
terkebiri. “Para kasim ialah pribadi unik, dianggap rendah namun sangat
dipercaya oleh penguasa sebuah dinasti.” (hal. 36)
[5]
Selir favorit Sultan sebelum Roxela
muncul.
[6]
Seorang putera adalah senjata bagi
para selir untuk mendapatkan hak istimewa, termasuk menjadi Haseki Sultan, ibu
dari putera mahkota. Bisa dibilang, segala sesuatu akan dilakukan oleh selir
agar hamil, bisa juga sampai berhubungan secara rahasia dengan lelaki lain.
[7] Kalau kalian pernah baca
novel-novel horor-misteri karya R.L. Stine pasti akrab dengan bab-bab pendek seperti ini.
Ya,
tokoh-tokoh penting di novel ini adalah tokoh nyata dalam sejarah Ottoman!
Hayo, penasaran, kan? Bisa juga Googling ke sini: http://en.wikipedia.org/wiki/Suleiman_the_Magnificent .
cara pemesanan y gmn ya ?soalnya saya penasaran bagian akhir y
ReplyDeletecara pemesanan y gmn ya ?soalnya saya penasaran bagian akhir y
ReplyDeleteCoba cari di gramedia mbak. Teman sy bilang sedang diskon jadi 30.000
DeleteDi gramedia dan toko buku lainnya, coba, Mbak Isnanda :D
Delete