Semakin ramai media sosial oleh akun-akun nonpersonal (contohnya penerbit
buku @divapress01), makin terbuka juga lowongan menjadi adminnya. Mungkin
banyak orang akan bilang, “Enak banget jadi admin medsos, kerjaannya cuma nongkrongin
Twitter, dibayar lagi!”
Tunggu dulu. Jangan salah, meski terlihat mudah, menjadi admin haruslah panjang
sabar dan nggak boleh marah. Apalagi followers beraneka-rupa jenisnya, ada yang
gaptek sangat, tapi tanyanya macam-macam. Jadi sebenarnya, apa aja sih, kerjaan
admin Twitter—lebih tepatnya admin
@divapress01? Bagaimana kalau seorang admin @divapress01 menulis personal literature? Inilah rahasia
permiminan yang disingkap oleh MinCob alias admin Jacob selama menjadi seleb
akun @divapress01.
Ada pula followers yang ngotot,
sampai-sampai MinCob lelah dan mengelus dada orang.
MinCob merangkai enam bab menjadi personal
literature yang cukup tipis dan
sangat ringan (secara fisik maupun bahasanya), plus kata pengantar. Bagian kata
pengantar ini adalah yang paling krusial menurut saya, karena di sini MinCob
paling banyak menuliskan narasi seputar per-mimin-an (meskipun itu juga kurang
banyak).
“...seorang admin juga punya tanggung-jawabnya sendiri, which is, berusaha sekuat tenaga untuk bisa membahagiakan sebagian besar pengikutnya.”
(hal. 10)
Dunia Mimin 1 Ini adalah bab pertama, yang merangkum percakapan-percakapan yang
kebanyakan menjengkelkan, antara MinCob dengan para followers. Saya menangkap adanya pesan penting yang ingin
disampaikan oleh MinCob (sebagai duta para mimin sedunia), yaitu “wahai kalian yang bisa membaca, membacalah
dengan benar!”. Pesan ini tepat sasaran jika ditujukan untuk menanggapi
dunia pertukaran informasi dan komunikasi yang acap kali terganggu. Banyak
orang tidak mau membaca dengan teliti info yang telah dibagikan, sehingga
bertanya dan bertanya terus tanpa sadar bahwa jawabannya sudah tersedia.
Kadang, malah para admin ini dianggap sebagai Wikipedia atau Google, harus serba tahu!
“Min, tanya dong. Perbedaan antara kepribadian dan karakter?” (hal. 21)
Dunia Mimin 2 Di bab kedua ini, MinCob beralih menceritakan keseharian pekerjaan Kak Nita
sebagai admin bagian pemesanan buku di Divapress. Para calon pembelinya pun
macam-macam anehnya, seperti nampak pada dialog-dialog antara Kak Nita dengan
mereka. Ada yang bingungnya nggak penting, tentang ke bank cabang mana harus
mentransfer. Atau tentang calon pembeli yang mengaku punya uang banyak dan akan
memborong semua buku yang ada. Malah, ada juga yang tanya jadwal dan rute bus
malam.
Dunia Mimin 3 Kata MinCob, di masa kini, gila itu beda tipis dengan kreatif (hal. 76),
sehingga admin slebor malah lebih banyak followers-nya
daripada admin normal. Di bab ini, sempat-sempatnya, MinCob merangkum
perbandingan tweets yang dibagikan
oleh admin normal dan admin slebor.
Dunia Mimin 4 Kali ini, MinCob menceritakan ulang dialog-dialog unik antara admin
proposal, Kak Dion, dengan para kliennya. Proposal yang dimaksud di sini adalah
proposal permohonan buku gratis, sebagai tanggapan atas program Divapress yang
salah satunya ber-hesteg #AksiSejutaBukuGratis. Banyak klien yang
menjengkelkan, karena sudah dikasih gratis malah minta lebih-lebih melulu.
Dunia Mimin 5 Bab yang paling tebal ini (total 70 halaman) ini berisi percakapan melalui Twitter antara MinCob dengan para followers, dalam rangkaian kuis #bukuDIVA
dengan tema “asal tanya asal absurd”. Amat disayangkan, halaman-halaman bab ini
hanya berisi gambar kotak-kotak tampilan halaman Twitter yang berisi dialog-dialog absurd, tanpa narasi[1].
Hasilnya, saya sudah bosan pada saat belum sampai pertengahan bab. Dialog-dialognya
pun sudah tak terasa lucu lagi, lama-lama menjadi garing dan hambar. Saya
yakin, bab ini akan lebih menarik pembaca jika dikemas dalam bentuk narasi,
sedangkan dialog absurd tersebut dituliskan beberapa saja untuk contoh.
Dunia Mimin 6 Kali ini MinCob menuliskan contoh-contoh pertanyaan followers yang tidak
perlu dijawab demi kebaikan dunia.
@divapress01 : Silakan kirimkan naskah kalian via email ke redaksi_divapress@yahoo.com
@PenulisGalau: Min, kirim naskah via email boleh?
@divapress01 : ....
(hal 200)
Menurut saya pelit (alias personal
literature) ini didekorasi dengan sampul depan yang semarak dan enak
dipandang. Bagian dalamnya juga dihias dengan beberapa halaman berisi gambar
kartun. Mungkin akan lebih lucu kalau ditambah komik, seperti di Twiries. Juga, saya yakin akan lebih terasa
sebagai pelit jika narasinya
diperbanyak, bukan cuma berisi dialog-dialog absurd. Pasalnya, saya sudah
telanjur optimis ketika membaca bagian kata pengantar (bagian yang paling
banyak narasinya) yang ditulis dengan cara informatif tapi humoris. Memberi
pengetahuan baru sembari tetap melucu. Menjumpai bab-bab berikutnya.... saya
agak kecewa. Namun, dialog-dialog cukup panjang antara Kak Nita maupun Kak Dion
dengan para calon pembeli itu cukup menarik.
MinCob, kamu harus menulis narasi lebih banyak lagi, supaya pembaca lebih
mengenalmu! Bukankah pelit bertujuan
untuk mengenalkan hal-hal seputar diri sendiri pada para pembaca? (Padahal di
bagian blurb ada kisah yang melatari
kemunculan MinCob di akun @divapress01. Saya berharap kisah itu dilanjutkan di
bagian isi buku, tapi nggak ada L) Setelah membaca Miminlicious, saya
merasa belum terlalu mengenal MinCob. *mari kenalan dulu*
setuju banget. Dunia Mimin 5 membuat buku ini jadi agak menyebalkan dan kehilangan gregetnya. padahal dunia mimin sebelumnya udah bagus dan padet isinya yah ._.
ReplyDeleteBener banget, Mas Rico... Padahal kata pengantarnya bagus ><
ReplyDelete