21 September 2016

[Resensi "ME VS DADDY"] Manisnya Eclair Kopanda


Judul buku: Me vs Daddy
Penulis: Sayfullan
Editor: Vita Brevis
Penerbit: de TEENS
Cetakan: I, Agustus 2016
Tebal: 220 hlm
Genre: drama, romance
Kategori: teenlit
Harga: Rp 46.000,00
Rating saya: 2/5

"Kenapa aku harus ditakdirkan untuk selalu melawan papaku sendiri?" (Karel, hlm. 205)
Ternyata Karel penganut filosofi Stoic, yang percaya bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan untuk terjadi selayaknya ia terjadi. Untungnya, meski begitu, ia tetap berusaha menunjukkan usaha terbaiknya untuk membuktikan kemampuannya sebagai chef, dengan spesialisasi membuat eclair, dalam pertentangan pertama melawan ayahnya, Marvin. Marvin menginginkan Karel mengikuti jejaknya: berkecimpung di dunia properti, tapi Karel punya jalannya sendiri: menjadi patisserie. Keinginannya untuk membuktikan diri disambut tantangan perjanjian bisnis oleh Marvin. Marvin setuju untuk memodali pendirian Kopanda (nama yang sama dengan toko roti milik almarhumah Claudia, mama Karel) Cafe and Eclair Shop, dengan syarat: "jika kafenya kelak tidak berkembang dan harus ditutup, itu berarti dia harus rela untuk dipenjarakan di dunia properti oleh Marvin dan harus membayar denda sebesar setengah miliar rupiah" (hlm. 14).

Pertentangan itu menarik Marvin dan Karel kembali ke masa lalu tentang Claudia. Karel, ingin membangkitkan kembali mamanya melalui kafe itu, yang dinamakan berdasarkan kecintaan Claudia akan panda dan kopi, juga bunga krisan yang akan menjadi hiasan kafe Karel. Marvin, terseret pusaran pahit kisahnya dengan Claudia: kisah manis yang berakhir pahit, melibatkan Randu, teman dekat Claudia, sesama chef.
Di awal, Kopanda meraih sukses. Namun, Karel harus menghadapi tantangan yang bisa menyebabkan kafenya terpaksa ditutup.

Kesibukan Karel sebagai manager Kopanda diganggu oleh kehadiran Jianna, dengan pertemuan pertama yang mengesalkan. Sementara itu, Marvin dan Renne, mama Jianna, menjadi semakin dekat. Pasangan ibu dan anak itu sedang menata kehidupan baru, setelah masa lalu buruk yang menimpa karier Renne sebagai model dan kehidupan rumah tangganya.

Di sebuah SMA elit, Jianna harus menghadapi serangkaian siksaan mental dari Charlot (putri Widya, musuh bebuyutan Renne). Jianna ingin terjun di dunia model untuk membalas dendam pada Charlot, tapi Renne punya caranya sendiri untuk membuat anaknya mengerti bahwa menjadi model itu perlu perjuangan keras. Renne juga selalu melarang anaknya makan makanan manis. Kenapa, ya?

Di sisi lain, sebagai pekerja part time di Kopanda, Jianna mulai menyukai dunia kuliner, dan juga mulai menyukai Karel. Namun pertentangan kedua Karel dengan Marvin menjadikan hubungan spesialnya dengan Jianna tidak mungkin. Pada pertentangan kedua ini, Karel tak bisa berusaha; ia hanya bisa pasrah.
***

Behind the Front Cover

Di balik cover depan novel ini, ada...jeng-jeng-jeng..., tanda tangan dan pesan istimewa dari penulisnya, Bang Say. Novel ini pun kiriman dari blio (dengan kata lain, novel gratisan), jadi nggak enak tetep enak kalau mau menggugat karya terbarunya ini.

Plot

Me vs Daddy, selain berpusat pada kisah hubungan Karel-Marvin, juga mengisahkan tentang Jianna-Renne. Dua single parents dan dua anaknya. Kemudian di suatu paragraf, kisah dua pasang anak-single parent itu bersinggungan. Sejak itulah, muncul kisah Karel-Jianna dan Marvin-Renne. Keempat tokoh sentral itu masing-masing memiliki masa lalu yang berperan penting terhadap keputusan-keputusan yang mereka ambil di masa kini. Memori akan Claudia, almarumah mama Karel, membuat Karel memutuskan menjadi patisserie dan menamai kafenya "Kopanda", juga menghiasi kafenya dengan bunga krisan (bunga favorit Claudia). Sementara itu, Marvin tak mampu menahan kepedihan yang muncul tiap kali teringat akan akhir buruk hubungannya dengan Claudia.

Jianna dan Renne, harus menerima jungkir-balik kehidupannya. Yang dulu hidup berkecukupan, semasa Renne masih seorang model terkenal, kini harus hidup dengan dukungan finansial yang tak seberkelimpahan dulu, dari penghasilan Renne sebagai pedagang online dan penulis. Masa lalu pahit yang melibatkan perselingkuhan suaminya, pengkhianatan oleh seorang sahabat, dan penolakan oleh keluarga besarnya membuat Renne jadi makin kuat dan mandiri.

Penulis menggunakan plot flashback, baik menggunakan teknik show maupun tell, untuk menyelipkan masa lalu masing-masing tokoh sentral. Mungkin karena hanya menggunakan teknik tell, kisah masa lalu Renne kurang tereksplorasi. Di beberapa bagian, plot seolah melompat terlalu cepat, misalnya tentang hubungan Karel-Jianna. Mungkin karena kurang banyak adegan yang menunjukkan interaksi mereka berdua, jadi agak mengagetkan ketika tiba-tiba mereka saling jatuh cinta.

Kemudian tentang insiden "espresso kecoa" yang membuat pamor Kopanda hancur, menurut saya penyelesaian masalahnya terlalu mudah. Pun penjelasan yang diajukan Moren (pemeran utama dalam insiden itu) saat press conference kurang masuk akal.
"Kecoa itu bukan berasal dari kafe ini. Saya teringat, beberapa hari kemarin saya shooting film horor baru saya di gudang rumah tua daerah Tebet. Saya menyimpulkan bahwa kecoa yang ada di kopi bukan dari kafe Karel, melainkan dari rumah tua itu...." (Moren, hlm. 190)
Pernyataan itu mengandung teka-teki: bagaimana caranya kecoa dari "rumah tua di Tebet" bisa masuk ke secangkir kopi? Oke, mungkin kecoanya nemplok di rambut Moren selama perjalanan, terus ketika melihat ada secangkir kopi, dia kira itu rumahnya: air comberan berwarna hitam. Maka, nyeburlah dia ke sana. Well, kalau saya hadir di press conference itu, saya tak akan memercayai pengakuan Moren.

Di bagian ending, saya dibikin tercengang: penulis tiba-tiba meletakkan plot device, yang mungkin dimaksudkan untuk membuat twist, tapi terlalu mengejutkan untuk sekadar menjadi ending. Selain itu juga membuat plotnya seperti terburu-buru ditamatkan. Namun penulis berhasil menarik saya dengan twists lain: perjanjian bisnis yang ditawarkan Marvin pada Karel ternyata adalah siasat; setelah nama baik Kopanda berhasil dikembalikan, saya kira cerita akan langsung tamat, tapi ternyata muncul konflik lain untuk dipecahkan.

Karakter

Keempat tokoh sentral memiliki karakter yang klise, masing-masing kurang kuat dikembangkan. Mungkin disebabkan juga oleh kurangnya ruang untuk mengeksplorasi karakter, karena alurnya cukup kompleks. Dari keempat tokoh sentral itu, mungkin Karel yang paling berkarakter. Sosok flower boy (cowok cantik), berkeinginan kuat, tahu apa yang dia mau dan berjuang keras meraihnya, jutek terhadap Jianna. Sebaliknya, Jianna adalah cewek ceplas-ceplos yang kata-katanya sering ngeselin (terhadap Karel). Marvin adalah sosok om-om ganteng dan kaya, yang memaksakan kehendaknya pada anaknya. Renne, sosok perempuan mandiri. Hubungan Jianna-Renne menggambarkan hubungan ibu-anak yang seru, lebih kayak sahabatan, kayak interaksi orang seumuran gitu.

Tokoh antagonisnya adalah pasangan ibu-anak Widya-Charlot. Meski Charlot ngeselin, saya kagum akan keteguhan hatinya dalam menekuni profesinya sebagai model.
"Jangan pernah berkomentar fashion jika tidak mengerti apa-apa tentang fashion! Lo harusnya tahu. Ini mimpi gue! Mimpi nyokap gue! Dan gue nggak boleh lemah atau kalah hanya dengan luka lecet, atau perut yang kelaparan karena nggak sempet makan. Gue akan lakukan apa saja untuk mimpi gue ini! Termasuk nendang lo dari sini, jika itu perlu!" (Charlot, hlm. 159)

Sesuatu yang Aneh

Insiden daftar ulang SMA: di hlm. 91, disebutkan bahwa uang pendaftaran yang harus dibayar adalah 15 juta, tapi karena nggak bawa dompet, Renne menyuruh Jianna pinjam uang 5 juta ke Marvin (hlm. 93). Kok 5 juta doang?
Selain itu ada beberapa typo dan/atau kekurangtepatan pemilihan kata, seperti "exciting" (hlm. 166), yang seharusnya "excited".

Semacam Kesimpulan

Membaca novel ini bagaikan menonton FTV Indonesia. Gaya bahasanya memakai bahasa gaul. Adegan curhat-curhatan mellow antara Renne dan Jianna selalu tiba-tiba berakhir tangis, yang menurut saya agak berlebihan karena nggak mengharukan sebenarnya (atau mungkin saya aja yang terlalu "dingin"), contohnya adegan di hlm. 142. Menariknya, drama keluarga dan romance ini dibalut aroma eclair. (Saya baru tahu ada jenis kue seperti itu. Saya pernah dengar kata "eclair" sebagai judul sebuah novel terbitan GagasMedia.) Pasti akan lebih nikmat kalau porsi tentang dunia pastry-nya diperbanyak. Nyam, nyam, nyam *awas diabetes*.

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets