Alex dan Beno masih belum dikaruniai anak. Jika kita
sangat menginginkan sesuatu, maka semua hal yang berhubungan dengan sesuatu itu
akan selalu mengusik pikiran kita. Inilah yang dirasakan Alex. Selembar kertas
berisi doa untuk meminta keturunan pun mampu mengalirkan air matanya. Di saat
sedang berjuang mendapatkan anak, Alex mendapat tawaran naik jabatan sebagai vice president di Surabaya. Gundah gulana
menyerang dirinya. Naik jabatan, tapi di Surabaya, atau tetap di Jakarta
bersama Beno tercinta yang hobi makan Beard Papa sampai belepotan tiada tara?
Seorang bayi yang ditunggu-tunggu pasti
akan lahir dari rahim Alex—suatu saat nanti, saat mereka sudah siap. Apakah ia
akan sudah lahir sebelum buku ini berakhir?
***
Seolah-olah kemacetan yang selalu nongol
di waktu yang tidak tepat belum cukup membuat Alex sewot di Twitter, mention
yang ia terima dari anggota fansclub Beno juga bikin darah kemripik. Meski begitu,
Tante Alex sangat menyayangi para followers-nya. Buktinya, ia mau menjadi
konsultan percintaan gratisan. Konsultan yang to the point dan kejam.
“Jadi gini, the minute you decide to break up, you have to be ready to erase him or her completely. Don’t expect they’ll stay in your life as friends, itu egois namanya. They deserve to meet new people too.” (Alex, hal. 91)
“Don’t waste your time on somebody you don’t like or doesn’t like you. that’s how simple the dating game is.” (Alex, hal. 89)
Twivortiare 2 ini spesial karena ada momen di mana Wina gantiin Alex megang Twitter-nya,
dan para followers langsung heboh minta Wina membocorkan rahasia Alex. Mumpung orangnya
sedang sibuk me**h**kan. Pernah juga Om Beno yang pegang Twitter, tapi ya
begitu aja. Biasa, the most lempeng-man
in the world.
Ada satu lagi yang lebih spesial. Buku yang saya baca ini adalah salah satu cetakan pertama edisi terbatas bertandatangan Kak Ika. Spesialnya lagi, buku ini bukan punya saya, melainkan punya seorang sahabat fans berat Kak Ika.
Ada satu lagi yang lebih spesial. Buku yang saya baca ini adalah salah satu cetakan pertama edisi terbatas bertandatangan Kak Ika. Spesialnya lagi, buku ini bukan punya saya, melainkan punya seorang sahabat fans berat Kak Ika.
Ternyata (maaf, kalau para pembaca sudah
tahu) Twivortiare dan Twivortiare 2 ini ada karena banyak followers tokoh
Divortiare yang mengusulkan agar kumpulan tweet-nya dicetak saja. Capek
bacanya, katanya. (Sumber di sini.)
Twivortiare 2 ini saya baca langsung
setelah selesai membaca Twivortiare, jadi seolah saya membaca cerita dalam satu
novel amat tebal. Ya, karena bagian awal Twivortiare 2 adalah kelanjutan dari
tweet terakhir Alex di buku Twivortiare. Beda dengan
Twivortiare, yang halaman pertama langsung membuka ke tweet Alex, di buku kedua
ini, Alex bernarasi terlebih dahulu. Dan, begitu selesai membaca bagian narasi
di awal (menjadi semacam prolog), yang cuma 5 halaman, saya jadi ingin Alex
bernarasi terus saja. Jangan nge-tweet melulu. Hahaha. (Kalau begitu, ntar
judulnya nggak Twivortiare, tapi Narratiare, dan nggak spesial lagi. Menurut saya,
yang bikin buku ini spesial adalah karena format ceritanya berbentuk rangkaian
tweets Alex.)
Di bagian narasi awal, Alex menyuruh saya
melahap pengetahuan baru (dia memang sering, sih, melakukan hal itu) tentang
kenapa tweet dibatasi hanya 140 karakter. Aduh, saya jadi malu pada diri
sendiri karena sebelumnya tidak tahu sejarah itu. Alex juga membagikan hasil
pencariannya di kantong ajaib Mbah Gugel, tentang why people use Twitter. Cukup menarik bagian itu, terutama ketika
Alex mengumpamakan Twitter sebagai “digital punching bag”.
Ternyata, saya menjumpai lagi sebuah
narasi di halaman 21-22. Di bagian akhir, giliran Kak Ika Natassa yang
bernarasi tentang sejarah terciptanya Alex dan Beno di dunia literasi. As usual,
saya suka dengan cara Kak Ika memandang sesuatu lewat tokoh Alex, Beno, dan
Wina. Seperti ketika Kak Ika memberikan pelajaran berharga di balik kecuekan
Beno yang 24 karat itu.
Kak Ika sukses menghadirkan mereka bertiga
seolah sahabat pembaca sendiri. Tapi, ada bagian di mana saya merasa tweet Alex
dan Wina terlalu dibuat-buat untuk mempertahankan keberadaan mereka yang
seolah-amat-nyata.
Jangan, nanti lo naksir, gue udah bini orang. Kasian elu. RT @himsky : Twitpic foto Mbak Wina juga nggak apa-apa kooook.. :D(hal. 461)
Menurut saya, buku ini lebih lucu daripada
yang pertama. Lebih banyak cerita konyol si Beno ataupun Alex (mungkin juga
karena bukunya lebih tebal daripada Twivortiare). Salah satunya adalah ketika
Alex terpaksa memberi kursus emotikon
pada Beno. Hanya bertahan selama beberapa menit. Menit berikutnya, ia kembali menjadi Beno yang sesungguhnya. Hahaha.
Akhirnya, Alex bilang, jangan terlalu
mendramatisasi proses penemuan jodoh. Jarang banget terjadi ketemu jodoh karena
nggak sengaja tabrakan waktu sedang buru-buru jalan di stasiun. Yang sering
malah, orang-orang ketemu jodoh dari orang di sekelilingnya, yang
cara bertemunya pun bisa jadi disengaja. Teman kuliah, teman kerja, kenalan teman yang
dikenalin, dan sejenisnya. Dan, jangan terlalu idealis. Semua daftar kriteria
jodoh idamanmu itu nggak berguna ketika kamu sudah bertemu dengan orang yang
tepat dan kamu rela menyingkirkan segala idealismemu untuk menerima segala
kekurangan dan kelebihannya. Semangat cari jodoh! >,< :D
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^