Judul: Cinta
Acakadut: Karena Cinta Gak Sesederhana FTV
Penulis:
Furqonie Akbar
Editor:
Meti_iteM
Tebal: 220
halaman
Penerbit:
PING!!!
Cetakan: I,
2015
ISBN: 978-602-255-834-7
Harga: Rp 36.000,00 |
“Di buku ini gue bakal menceritakan kisah cinta gue yang rada absurd dan
juga kisah pilihan dari orang-orang terdekat gue. Gue juga bakal ngasih
tips-tips untuk para jomblo biar gak terus menjomblo, atau tips agar kalian
bisa cepat move on dari mantan.
Di buku ini gue gak bermaksud menggurui kalian, cuma ingin berbagi
pengalaman yang pernah gue alami biar kalian tidak merasakan pahitnya cinta
kayak gue.”
(halaman 9)
Menurut saya, buku ini sesuai dengan
judulnya: genre-nya acakadut, alias campur aduk, nggak jelas genre-nya apa.
Kalau disebut novel, menurut saya juga kurang cocok karena ada bagian nonfiksi
dan motivasinya (jangan-jangan semua pengalaman yang ditulis penulis adalah
fiksi belaka?!). Tapi, pihak penerbit mengkategorikan buku ini sebagai novel.
Buku yang terdiri dari 24 bab ini diawali
dengan prolog yang berisi perkenalan tokoh alias si penulis sendiri, yang
mengaku bahwa kegantengannya ngalahin Siwon Super Junior *dibakar ELFs
rame-rame yang baru pulang dari nonton konser Super Show 6*. Kemudian
masuk ke isi buku, yang bisa dibagi menjadi beberapa bagian besar (ini saya
sendiri yang membagi, sih) pengalaman pacaran penulis, pengalaman kisah cinta
pahit beberapa teman dekatnya, pengalaman menjomblo, sedikit kuliah tentang
percintaan, dan bagian yang tak bisa digolongkan saking absurdnya.
Pertama, pengalaman
pacaran penulis dan teman dekatnya. Penulis berbagi pengalamannya selama
pacaran beberapa kali bertahun-tahun yang lalu, juga pengalamannya dalam menggebet cewek-cewek meski
tidak pernah jadian. Ada yang putus
karena LDR, ada yang karena si cewek teramat manja dan menyusahkan, ada yang
karena jarang komunikasi, ada yang karena kena karma. Bonus juga cerita cinta
pertama masa SD kelas 6.
Kedua, cerita tentang
teman-teman dekat penulis, yang semuanya pahit. Pertama adalah kisah si Parno
yang ditolak cewek padahal sudah usaha keras waktu pedekate. Kedua, cerita si
Epul yang kena karma. Dia janjian ketemuan sama ceweknya, yang nggak kunjung
datang, lalu kecewa berat. Ternyata, tanpa ia tahu, ceweknya mengalami
kecelakaan hingga meninggal. Ketiga, kisah si Egi, “yang meski nggak ganteng,
dia emang orang yang baik hati” (hal. 185), yang menjadi korban PHP seorang
cewek. Karena kebaikan dan kepolosannya, Egi mau-mau aja diminta antar-jemput si
cewek, padahal jaraknya lumayan jauh. Suatu saat, ia menangkap basah gebetannya
itu sedang berciuman dengan cowok lain.
Ketiga, pengalaman
menjomblo si penulis, yang ia isi dengan mengalihkan cintanya untuk hal-hal
lain: ngefans tokoh idola (Arsenal, Mikha Tambayong, Fatin Sidqia Lubis, JKT48—terutama
Melody). Saya juga pernah mengalami fase menjadi jomblo bahagia karena punya
pacar khayalan Yesung Super Junior dan Hoya Infinite *dibakar fans saingan*. Dalam
masa jomblo inilah, penulis menyadari bahwa cinta sejatinya adalah hape, si
istri pertama; laptop, si istri kedua; motor, si istri ketiga; termasuk Melody
JKT48, Fatin, Arsenal, dan... buku!
Keempat, kuliah
tentang percintaan, yang mungkin butuh waktu 1 SKS saja, lantaran saya sudah
ahli *senyum lebar kayak topeng V dalam “V for Vendetta”*. Penulis mengklasifikasikan
beberapa hal, yaitu jenis-jenis hubungan; perbedaan antara tukang modus, playboy, dan mata
keranjang;
jenis-jenis manusia jomblo;
sebab-sebab gagal move on; perbedaan Sabtu malam
dan malam Minggu; sanggahan penulis terhadap gombalan-gombalan yang sedang
menjamur; dan fase-fase hubungan percintaan.
Ini kutipan favorit saya. Saya setuju banget dengan penulis, yang tumben waras, hehe. |
Menurut saya, kok, itu seharusnya "ganteng + baik - duit = jomblo", ya? |
Kelima, bagian yang
tak tergolongkan. Yang saya golongkan ke bagian ini adalah sebuah cerita pendek
komedi nan absurd tentang kisah cinta Suminah dan Tono. Bagian ini paling nggak
penting, menurut saya, karena nggak ada kaitannya dengan bagian yang lain.
Gaya penulisan yang dipilih penulis
membuat pembaca merasa bahwa ia benar-benar sedang bercerita secara langsung di
depan pembaca, menggunakan kata ganti orang pertama “gue”. Gaya bahasa gaul dan
super-ringan bikin nggak bosan, dan ide-ide yang ingin disampaikan penulis
terserap dengan gampang (meski sebagian ide itu adalah absurd, sebagian lagi
cukup memberi pencerahan). Cara penulis menceritakan pengalamannya dibumbui
dengan guyonan, yang kadang lucu. Meski begitu, saya tidak terlalu suka dengan
gaya melucu penulis yang sering menyudutkan pembaca, hehe.
Saya suka desain sampulnya, juga layout
bagian dalam yang lucu.
Cinta Acakadut bisa dibeli di Bukupedia (langsung klik!).
Buku ini cocoknya dibaca oleh remaja ABG,
mungkin usia 12 – 15 tahun *mau jadi apa bocah umur segitu baca tips-tips
percintaan*, biar nggak tersesat ketika mulai coba-coba menggebet atau pacaran,
haha. Kalau untuk pembaca yang lebih dewasa, seperti saya, buku ini kurang
cocok, karena rasanya kita-kita ini sudah pada ahli. Hahaha. Oleh karena itu,
saya hanya merelakan bintang 2,5 untuk buku ini.
“Cinta itu acakadut, yang gak tau gimana opening dan ending-nya. Kayak buku
ini. Ada suka, ada bahagia, ada ketawa, ada tangisan, ada romantisme, ada juga
tentang ketulusan dan pengorbanan. Bisa berakhir bahagia, kecewa, atau
ngegantung. Silakan tentukan sendiri.”
(halaman 219)
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^