4 May 2015

[Resensi CINTA ACAKADUT] Acakadut Trakdungces!

Judul: Cinta Acakadut: Karena Cinta Gak Sesederhana FTV
Penulis: Furqonie Akbar
Editor: Meti_iteM
Tebal: 220 halaman
Penerbit: PING!!!
Cetakan: I, 2015
ISBN: 978-602-255-834-7
Harga: Rp 36.000,00


“Di buku ini gue bakal menceritakan kisah cinta gue yang rada absurd dan juga kisah pilihan dari orang-orang terdekat gue. Gue juga bakal ngasih tips-tips untuk para jomblo biar gak terus menjomblo, atau tips agar kalian bisa cepat move on dari mantan.
Di buku ini gue gak bermaksud menggurui kalian, cuma ingin berbagi pengalaman yang pernah gue alami biar kalian tidak merasakan pahitnya cinta kayak gue.”
(halaman 9)

Menurut saya, buku ini sesuai dengan judulnya: genre-nya acakadut, alias campur aduk, nggak jelas genre-nya apa. Kalau disebut novel, menurut saya juga kurang cocok karena ada bagian nonfiksi dan motivasinya (jangan-jangan semua pengalaman yang ditulis penulis adalah fiksi belaka?!). Tapi, pihak penerbit mengkategorikan buku ini sebagai novel.

Buku yang terdiri dari 24 bab ini diawali dengan prolog yang berisi perkenalan tokoh alias si penulis sendiri, yang mengaku bahwa kegantengannya ngalahin Siwon Super Junior *dibakar ELFs rame-rame yang baru pulang dari nonton konser Super Show 6*. Kemudian masuk ke isi buku, yang bisa dibagi menjadi beberapa bagian besar (ini saya sendiri yang membagi, sih) pengalaman pacaran penulis, pengalaman kisah cinta pahit beberapa teman dekatnya, pengalaman menjomblo, sedikit kuliah tentang percintaan, dan bagian yang tak bisa digolongkan saking absurdnya.

Pertama, pengalaman pacaran penulis dan teman dekatnya. Penulis berbagi pengalamannya selama pacaran beberapa kali bertahun-tahun yang lalu, juga pengalamannya dalam menggebet cewek-cewek meski tidak pernah jadian.  Ada yang putus karena LDR, ada yang karena si cewek teramat manja dan menyusahkan, ada yang karena jarang komunikasi, ada yang karena kena karma. Bonus juga cerita cinta pertama masa SD kelas 6.

Kedua, cerita tentang teman-teman dekat penulis, yang semuanya pahit. Pertama adalah kisah si Parno yang ditolak cewek padahal sudah usaha keras waktu pedekate. Kedua, cerita si Epul yang kena karma. Dia janjian ketemuan sama ceweknya, yang nggak kunjung datang, lalu kecewa berat. Ternyata, tanpa ia tahu, ceweknya mengalami kecelakaan hingga meninggal. Ketiga, kisah si Egi, “yang meski nggak ganteng, dia emang orang yang baik hati” (hal. 185), yang menjadi korban PHP seorang cewek. Karena kebaikan dan kepolosannya, Egi mau-mau aja diminta antar-jemput si cewek, padahal jaraknya lumayan jauh. Suatu saat, ia menangkap basah gebetannya itu sedang berciuman dengan cowok lain.

Ketiga, pengalaman menjomblo si penulis, yang ia isi dengan mengalihkan cintanya untuk hal-hal lain: ngefans tokoh idola (Arsenal, Mikha Tambayong, Fatin Sidqia Lubis, JKT48—terutama Melody). Saya juga pernah mengalami fase menjadi jomblo bahagia karena punya pacar khayalan Yesung Super Junior dan Hoya Infinite *dibakar fans saingan*. Dalam masa jomblo inilah, penulis menyadari bahwa cinta sejatinya adalah hape, si istri pertama; laptop, si istri kedua; motor, si istri ketiga; termasuk Melody JKT48, Fatin, Arsenal, dan... buku!

Keempat, kuliah tentang percintaan, yang mungkin butuh waktu 1 SKS saja, lantaran saya sudah ahli *senyum lebar kayak topeng V dalam “V for Vendetta”*. Penulis mengklasifikasikan beberapa hal, yaitu jenis-jenis hubungan; perbedaan antara tukang modus, playboy, dan mata keranjang; jenis-jenis manusia jomblo; sebab-sebab gagal move on; perbedaan Sabtu malam dan malam Minggu; sanggahan penulis terhadap gombalan-gombalan yang sedang menjamur; dan fase-fase hubungan percintaan.

Ini kutipan favorit saya. Saya setuju banget dengan penulis, yang tumben waras, hehe.

Menurut saya, kok, itu seharusnya "ganteng + baik - duit = jomblo", ya?
Kelima, bagian yang tak tergolongkan. Yang saya golongkan ke bagian ini adalah sebuah cerita pendek komedi nan absurd tentang kisah cinta Suminah dan Tono. Bagian ini paling nggak penting, menurut saya, karena nggak ada kaitannya dengan bagian yang lain.

Terakhir, bagian penutup, yang berisi sebuah renungan; surat cinta untuk si tulang rusuk penulis—yang entah siapa, semoga bertemu di masa depan; dan berbagai pendapat teman-teman penulis tentang definisi cinta.

Gaya penulisan yang dipilih penulis membuat pembaca merasa bahwa ia benar-benar sedang bercerita secara langsung di depan pembaca, menggunakan kata ganti orang pertama “gue”. Gaya bahasa gaul dan super-ringan bikin nggak bosan, dan ide-ide yang ingin disampaikan penulis terserap dengan gampang (meski sebagian ide itu adalah absurd, sebagian lagi cukup memberi pencerahan). Cara penulis menceritakan pengalamannya dibumbui dengan guyonan, yang kadang lucu. Meski begitu, saya tidak terlalu suka dengan gaya melucu penulis yang sering menyudutkan pembaca, hehe.
Saya suka desain sampulnya, juga layout bagian dalam yang lucu.


Cinta Acakadut bisa dibeli di Bukupedia (langsung klik!).


Buku ini cocoknya dibaca oleh remaja ABG, mungkin usia 12 – 15 tahun *mau jadi apa bocah umur segitu baca tips-tips percintaan*, biar nggak tersesat ketika mulai coba-coba menggebet atau pacaran, haha. Kalau untuk pembaca yang lebih dewasa, seperti saya, buku ini kurang cocok, karena rasanya kita-kita ini sudah pada ahli. Hahaha. Oleh karena itu, saya hanya merelakan bintang 2,5 untuk buku ini.

“Cinta itu acakadut, yang gak tau gimana opening dan ending-nya. Kayak buku ini. Ada suka, ada bahagia, ada ketawa, ada tangisan, ada romantisme, ada juga tentang ketulusan dan pengorbanan. Bisa berakhir bahagia, kecewa, atau ngegantung. Silakan tentukan sendiri.

(halaman 219)

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets