[Ada pembaca blog ini yang menyarankan agar resensi buku Lukisan Dorian Gray tulisan saya, yang dimuat di Koran Tempo edisi 9 Agustus 2015, dituliskan ulang di blog ini. Berikut ini adalah resensinya.]
Judul :
Lukisan Dorian Gray
Penulis :
Oscar Wilde
Penerjemah :
Diyon Yulianto
Tebal :
276 halaman
Penerbit :
Laksana
Terbit : Cetakan I, 2015
ISBN :
978-602-255-782-1
Harga :
Rp 40.000,00
Lukisan Dorian
Gray
diterjemahkan dari dari The Picture of
Dorian Gray terbitan Penguin Books tahun 1994, yang terdiri dari 13 bab.
Edisi ini merupakan terbitan ulang dari versi pertamanya yang diterbitkan
pertama kali sebagai cerita berseri pada Juli 1890 oleh Lippincot’s Monthly Magazine.
Oleh beberapa kritikus, karyanya
dianggap merusak moral orang Inggris. Wilde kemudian merevisi bagian-bagian
yang dianggap terlalu vulgar, dan menambah alur sehingga menjadi 20 bab. Termasuk
menambahkan tokoh James Vane, kakak Sybil Vane, yang sangat protektif terhadap
adiknya dan berniat membalas dendam pada Dorian.
Versi revisi berbentuk novel ini diterbitkan
pertama kali pada April 1891.
Ada tiga karakter inti dalam novel ini. Pertama, tentu saja Dorian. Kedua, Lord Henry yang dogmatis, berwawasan luas, terutama tentang psikologi dan filsafat. Ia pandai berkata-kata, sehingga dengan mudah menyihir orang lain. Ia menjunjung tinggi estetika dan hedonisme. Ketiga, Basil, yang bisa dibilang memiliki sikap yang terlalu kaku, saking idealnya, sehingga tak terpengaruh ceramah Lord Henry, maupun kelakuan Dorian. Sikap Basil terhadap Dorian mengisyaratkan kesan homoseksualitas. Inilah salah satu sebab mengapa para kritikus zaman dulu mencaci karya Wilde.
Dorian Gray adalah pemuda yang diberkati dengan ketampanan luar biasa dan kebaikan jiwa yang cemerlang. Tapi mendadak dia berubah menjadi pemuja estetika dan hedonisme era Victoria. Dorian juga jatuh cinta pada seorang artis opera, Sybil Vane, dan berniat menikahinya.
Dorian lalu mengajak Hallward dan Lord Henry menontonnya, tapi betapa kecewa dirinya karena akting Sybil Vane sangat jelek malam itu. Malam itulah, pertama kali Dorian menyadari bahwa lukisannya berubah rupa menjadi mengerikan, seolah menanggung dosanya.
Suatu saat Lord Henry mengiriminya sebuah novel Perancis yang berkisah tentang seorang pemuda Perancis dan perbuatan-perbuatan dosanya. Buku itu berhasil meracuni Dorian, bahkan mungkin menjadi semacam panduan hidupnya. Bertahun-tahun berikutnya, Dorian menghabiskan masa mudanya dengan perbuatan-perbuatan amoral dan hedonistis.
Ada tiga karakter inti dalam novel ini. Pertama, tentu saja Dorian. Kedua, Lord Henry yang dogmatis, berwawasan luas, terutama tentang psikologi dan filsafat. Ia pandai berkata-kata, sehingga dengan mudah menyihir orang lain. Ia menjunjung tinggi estetika dan hedonisme. Ketiga, Basil, yang bisa dibilang memiliki sikap yang terlalu kaku, saking idealnya, sehingga tak terpengaruh ceramah Lord Henry, maupun kelakuan Dorian. Sikap Basil terhadap Dorian mengisyaratkan kesan homoseksualitas. Inilah salah satu sebab mengapa para kritikus zaman dulu mencaci karya Wilde.
Dorian Gray adalah pemuda yang diberkati dengan ketampanan luar biasa dan kebaikan jiwa yang cemerlang. Tapi mendadak dia berubah menjadi pemuja estetika dan hedonisme era Victoria. Dorian juga jatuh cinta pada seorang artis opera, Sybil Vane, dan berniat menikahinya.
Dorian lalu mengajak Hallward dan Lord Henry menontonnya, tapi betapa kecewa dirinya karena akting Sybil Vane sangat jelek malam itu. Malam itulah, pertama kali Dorian menyadari bahwa lukisannya berubah rupa menjadi mengerikan, seolah menanggung dosanya.
Suatu saat Lord Henry mengiriminya sebuah novel Perancis yang berkisah tentang seorang pemuda Perancis dan perbuatan-perbuatan dosanya. Buku itu berhasil meracuni Dorian, bahkan mungkin menjadi semacam panduan hidupnya. Bertahun-tahun berikutnya, Dorian menghabiskan masa mudanya dengan perbuatan-perbuatan amoral dan hedonistis.
Wilde menciptakan alur yang padat dari bab pertama
sampai kedelapan. Meskipun ada jarak setting
waktu yang cukup lama antara bab tiga dengan bab sebelumnya, Wilde telah
mengubah kepribadian tokoh utamanya dalam sekejap. Bab 9 cukup membuat bosan
pembaca, lantaran bab yang tidak tipis itu hanya berisi narasi tentang
ilmu-ilmu yang dipelajari Dorian selama bertahun-tahun.
Sayangnya, Wilde tidak menunjukkan tingkah buruk
Dorian, tapi hanya mengatakannya berulang-ulang. Ia tak menceritakan secara
spesifik perbuatan apa saja yang dilakukan Dorian. Ya, kecuali kasus Sybil
Vane. Juga ketika Dorian meninggalkan Hetty Merton. Dengan bangganya ia merasa
telah melakukan perbuatan baik karena meninggalkan Hetty tanpa menodai
kesuciannya.
Novel sastra Gothic ini sangat menarik untuk dibaca. Nuansa gelap dan misterius yang mewarnai setting cerita akan selalu membuat pembaca bertanya-tanya. Boleh dikata, buku ini cukup mengikat perhatian sampai lembar terakhir.
Di luar segala kekurangannya,
(termasuk inkonsistensi Wilde, ketika ia tiba-tiba menginterupsi cerita
bersudut-pandang orang ketiga dengan muncul sebagai “aku” di tengah narasi pada
halaman 205, novel ini
layak dinikmati. Apalagi nilai-nilai moral yang diutarakan Wilde adalah
pelajaran berharga. Lewat karakter utamanya yang memuja keindahan dan penganut
hedonisme, Wilde menyiratkan pelajaran bahwa keindahan atau kecantikan, dan
harta bukanlah segalanya.[]
AKu mau baca.
ReplyDeleteFrid, baca yang Learning From Butterflies. Itu lumayan seru, tapi aku pengin tahu resensimu. Hehehe
Baca baca, bagus ini! Kamu punya bukunya kan Fy?
DeleteOh ya? Oke nanti kumasukkan daftar to be read bulan ini haha
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMenarik mbak, boleh saya minta email untuk mengirimkan naskah resensi ke koran tempo minggu?
ReplyDeleteBisa kirim di sini, Mbak Virdika
Deletektminggu@tempo.co.id