31 August 2015

Aku Ingin Tetap Muda Selamanya

[Ada pembaca blog ini yang menyarankan agar resensi buku Lukisan Dorian Gray tulisan saya, yang dimuat di Koran Tempo edisi 9 Agustus 2015, dituliskan ulang di blog ini. Berikut ini adalah resensinya.]

Judul               : Lukisan Dorian Gray
Penulis             : Oscar Wilde
Penerjemah      : Diyon Yulianto
Tebal               : 276 halaman
Penerbit           : Laksana
Terbit               : Cetakan I, 2015
ISBN               : 978-602-255-782-1
Harga              : Rp 40.000,00

Lukisan Dorian Gray diterjemahkan dari dari The Picture of Dorian Gray terbitan Penguin Books tahun 1994, yang terdiri dari 13 bab. Edisi ini merupakan terbitan ulang dari versi pertamanya yang diterbitkan pertama kali sebagai cerita berseri pada Juli 1890 oleh Lippincot’s Monthly Magazine.

Oleh beberapa kritikus, karyanya dianggap merusak moral orang Inggris. Wilde kemudian merevisi bagian-bagian yang dianggap terlalu vulgar, dan menambah alur sehingga menjadi 20 bab. Termasuk menambahkan tokoh James Vane, kakak Sybil Vane, yang sangat protektif terhadap adiknya dan berniat membalas dendam pada Dorian. Versi revisi berbentuk novel ini diterbitkan pertama kali pada April 1891. 

Ada tiga karakter inti dalam novel ini. Pertama, tentu saja Dorian. Kedua, Lord Henry yang dogmatis, berwawasan luas, terutama tentang psikologi dan filsafat. Ia pandai berkata-kata, sehingga dengan mudah menyihir orang lain. Ia menjunjung tinggi estetika dan hedonisme. Ketiga, Basil, yang bisa dibilang memiliki sikap yang terlalu kaku, saking idealnya, sehingga tak terpengaruh ceramah Lord Henry, maupun kelakuan Dorian. Sikap Basil terhadap Dorian mengisyaratkan kesan homoseksualitas. Inilah salah satu sebab mengapa para kritikus zaman dulu mencaci karya Wilde.

Dorian Gray adalah pemuda yang diberkati dengan ketampanan luar biasa dan kebaikan jiwa yang cemerlang. Tapi mendadak dia berubah menjadi pemuja estetika dan hedonisme era Victoria.  Dorian juga jatuh cinta pada seorang artis opera, Sybil Vane, dan berniat menikahinya. 


Dorian lalu mengajak Hallward dan Lord Henry menontonnya, tapi betapa kecewa dirinya karena akting Sybil Vane sangat jelek malam itu. Malam itulah, pertama kali Dorian menyadari bahwa lukisannya berubah rupa menjadi mengerikan, seolah menanggung dosanya.


Suatu saat Lord Henry mengiriminya sebuah novel Perancis yang berkisah tentang seorang pemuda Perancis dan perbuatan-perbuatan dosanya. Buku itu berhasil meracuni Dorian, bahkan mungkin menjadi semacam panduan hidupnya. Bertahun-tahun berikutnya, Dorian menghabiskan masa mudanya dengan perbuatan-perbuatan amoral dan hedonistis.

Wilde menciptakan alur yang padat dari bab pertama sampai kedelapan. Meskipun ada jarak setting waktu yang cukup lama antara bab tiga dengan bab sebelumnya, Wilde telah mengubah kepribadian tokoh utamanya dalam sekejap. Bab 9 cukup membuat bosan pembaca, lantaran bab yang tidak tipis itu hanya berisi narasi tentang ilmu-ilmu yang dipelajari Dorian selama bertahun-tahun.

Sayangnya, Wilde tidak menunjukkan tingkah buruk Dorian, tapi hanya mengatakannya berulang-ulang. Ia tak menceritakan secara spesifik perbuatan apa saja yang dilakukan Dorian. Ya, kecuali kasus Sybil Vane. Juga ketika Dorian meninggalkan Hetty Merton. Dengan bangganya ia merasa telah melakukan perbuatan baik karena meninggalkan Hetty tanpa menodai kesuciannya.

Novel sastra Gothic ini sangat menarik untuk dibaca. Nuansa gelap dan misterius yang mewarnai setting cerita akan selalu membuat pembaca bertanya-tanya. Boleh dikata, buku ini cukup mengikat perhatian sampai lembar terakhir.

Di luar segala kekurangannya, (termasuk inkonsistensi Wilde, ketika ia tiba-tiba menginterupsi cerita bersudut-pandang orang ketiga dengan muncul sebagai “aku” di tengah narasi pada halaman 205, novel ini layak dinikmati. Apalagi nilai-nilai moral yang diutarakan Wilde adalah pelajaran berharga. Lewat karakter utamanya yang memuja keindahan dan penganut hedonisme, Wilde menyiratkan pelajaran bahwa keindahan atau kecantikan, dan harta bukanlah segalanya.[]

6 comments:

  1. AKu mau baca.
    Frid, baca yang Learning From Butterflies. Itu lumayan seru, tapi aku pengin tahu resensimu. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca baca, bagus ini! Kamu punya bukunya kan Fy?
      Oh ya? Oke nanti kumasukkan daftar to be read bulan ini haha

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Menarik mbak, boleh saya minta email untuk mengirimkan naskah resensi ke koran tempo minggu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa kirim di sini, Mbak Virdika
      ktminggu@tempo.co.id

      Delete

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets