Hello, Readers! Lama tak jumpa di rubrik baru saya yang nongolnya angin-anginan ini (baru jalan 2 episode, sudah ngilang) :)] Yah, beginilah saya, susah berkomitmen pada sesuatu, mungkin karena itulah saya memilih untuk single. Nah, SiPiLis #3 ini adalah SiPiLis yang pertama di tahun 2016. Kali ini, saya berkesempatan mewawancarai seorang penulis muda (seumuran saya, lho) yang cukup produktif melahirkan novel. Tak cukup sampai di situ, penulis yang satu ini saya kenal lewat novel-novelnya yang kaya warna alias suka mencoba genre yang bermacam-macam (jadi teringat Tere Liye). Eh, tapi bintang tamu di SiPiLis #3 ini bukan Tere Liye, lho. Salah satu novel penulis muda ini terpilih sebagai salah satu juara Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2014, lho! Btw, saya sudah beli novelnya yang itu tahun lalu, tapi masih ada di rak to-be-read sampai sekarang :((
Hayo tebak, siapa penulis yang bersedia dengan suka rela melayani kekepoan saya kali ini? Ups, dari judul post-nya aja bisa langsung tahu |-) Ya, saya persembahkan, obrolan dengan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (saking panjang dan nggak hafal, saya ngetik nama belakangnya sambil mantengin kover Di Tanah Lada)!
***
Alasan apa yang mendorong
Ziggy untuk menggunakan beberapa nama pena berbeda untuk karya-karyanya? (Beberapa nama pena Ziggy kecuali Ziggy: Ginger Elyse Shelley dan Zee.) Boleh,
dong, dijelasin arti dan alasan pemilihan masing-masing nama tersebut? Sekilas membaca
nama pena Ziggy, mungkin sebagian pembaca akan menyebut itu alay. Bagaimana tanggapan Ziggy akan
komentar ini?
Awalnya, saya pakai pen name karena saya gak mau orang tahu saya menulis. (Sampai sekarang, sebetulnya saya gak mengizinkan orang dekat membaca hasil tulisan saya.) Dan, waktu itu sebetulnya saya pakai pen name yang kedengaran seperti nama local. Tapi saya pikir nama itu kurang cocok, jadi saya ubah. ‘Elyse’ itu nama salah satu teman dekat saya waktu SMP, dan saya suka artinya; sementara ‘Shelley’ adalah nama teman kakak saya waktu SMA, dan saya suka kedengarannya. Saya memang pikir pen name saya agak ‘out there’, tapi nama asli saya sendiri juga ‘out there’. Lebih menyebalkan kalau orang-orang mempermainkan nama asli saya, jadi saya biarkan saja mereka trashing pen name saya. Saya gak mengenal orang-orang yang membaca buku saya, jadi saya gak terlalu peduli; tapi kalau mereka melakukannya, kegiatan itu jadi hiburan untuk mereka, and that’s good. Kalau nama ‘Zee’ sih bukan karena apa-apa, itu nama panggilan saya. Saya pakai nama asli yang lengkap untuk follow-up lomba saja.
Sejauh
pengamatan saya, jarang ada penulis yang mampu menulis beragam genre novel. Mengapa
Ziggy menulis beragam genre?
Saya suka bereksperimen, suka penasaran, dan suka tantangan, hehe. Genre kesukaan saya mungkin fantasi, tapi sepertinya bukan genre yang paling populer. Yang paling sulit (dan paling gak saya sukai) adalah full-blown romance, tapi itu yang paling banyak demand-nya, hiks.
Ziggy adalah salah
satu penulis muda yang produktif menghasilkan karya. Adakah tips yang bisa
dibagi untuk tetap konsisten dan produktif menulis?
Ini pertanyaan yang sering diajukan, tapi saya gak tahu jawabannya, haha. Saya sendiri gak menulis secara konsisten, cuma kalau mau aja. Jadi kalau pun ada tips, saya bilang sih, jangan terlalu fokus pada produksi. Just have fun, no pressure.
Karya Ziggy yang
terakhir saya baca adalah Comedy
Apparition (baca resensinya di sini) dan Wonderworks Prodigy (baca resensinya di sini). Nah, mulai dari sini saya
ingin bertanya seputar dua novel tersebut. Bagaimana awalnya tercetus ide untuk
menulis tentang sekolah sihir dalam Wonderworks Prodigy?
Oh, sebetulnya itu sekuel dari novel pertama saya yang diterbitkan penerbit besar; judulnya Wonderworks (dan kinda spin-off dari judul lainnya; Lucid Dream). Waktu SMP, saya mulai belajar merangkai cerita, dan cerita pertama yang saya bangun punya unsur sekolah sihir; setelah itu pun, cerita-cerita saya selalu berkaitan dengan sekolah dan atau sihir. Makanya, karena ini adalah first attempt menerbitkan buku di penerbit besar, sepertinya lebih baik menulis sesuatu I was already familiar with.
Bagaimana proses
kreatif Ziggy dalam meramu istilah-istilah yang digunakan untuk membentuk
mantra-mantra dan berbagai istilah ajaib di Wonderworks Prodigy, seperti mantra volubis muto dan istilah glodscend? [Hayo, yang penasaran apa itu volubis muto dan glodscend, bisa langsung cus baca resensinya #shamelesspromotion B-) ]
Ini kegiatan favorit saya waktu membangun cerita jaman SMP, dan tekniknya selalu sama: menggabungkan kata; biasanya, kata tersebut saya terjemahkan ke dalam beberapa bahasa, dan saya gabungkan hasil terjemahannya.
Kalau Ziggy adalah
salah satu murid di Avalon, kira-kira pyewacket
apa yang akan Ziggy peroleh? Mengapa?
Sepertinya yang sejenis Crescentine; berguna untuk individu kepo.
Bagaimana awalnya
tercetus ide untuk menuliskan novel fantasi yang bertokohkan keluarga penyihir
yang punya banyak anak? Keluarga Seer sepintas mengingatkan saya akan keluarga
Weasley di Harry Potter :D Selain itu, bagaimana proses riset yang Ziggy
lakukan untuk menulis Comedy Apparition?
Saya suka membuat karakter, tapi jumlah karakter per buku selalu terbatas. Untuk menanggulanginya, jadi saya membuat keluarga besaar; dengan begitu, banyak karakter, tapi gak semuanya harus diikutsertakan dalam cerita, hehe. Dan untuk Comedy Apparition, sepertinya saya cuma mengadakan riset untuk bagian Halloween, dan tahun berapa Star Wars mulai beredar.
Di antara anggota
keluarga Seer, siapa yang jadi favorit Ziggy? Karakter siapa yang paling
menantang untuk ditulis?
Mungkin paling suka Rocca; soalnya dia mengikuti tradisi untuk menjauhi anak-anak berambut merah, tapi di satu sisi, dia sayang saudara kembarnya. Yang paling sulit ditulis mungkin Pinerose, makanya dia cuma disebut-sebut saja, gak ikut berpartisipasi dalam cerita.
Apa motivasi dan
tujuan Ziggy menyertakan isu LGBT ke dalam Comedy Apparition?
Saya mulai menulis Comedy Apparition setelah membaca Other Voices, Other Rooms karya Truman Capote; dan kebetulan, gak lama setelah membaca buku itu, salah satu teman saya baru curhat mengenai orientasi seksualnya untuk pertama kalinya. Selain itu, teman saya yang lain menceritakan tentang ups and downs dalam hidupnya sebagai seorang homoseksual—sebenarnya, dia yang menginspirasi Cameron-Roseanne, karena dia bilang, in the end, dia tetap ingin menikah dengan perempuan. Saya familier dengan konsep LGBT, tapi sejak masuk kuliah, saya mendapat scoop mengenai inside of being part of it. Dan saya pikir, orang-orang gak harus memperlakukan LGBT dengan buruk hanya karena gak setuju dengan lifestyle yang mereka jalani.
Bagaimana tanggapan
Ziggy akan perkembangan novel fantasi karya penulis lokal? Sejauh pengamatan
saya, masih belum banyak penulis fantasi di Indonesia. Pembaca/penggemar genre
fantasi pun biasanya lebih memilih membaca novel fantasi karya penulis barat
(yang sudah lebih dulu established
dan terpercaya) ketimbang novel fantasi lokal. Padahal, sebenarnya kualitas
fantasi lokal juga tidak kalah bagus.
Truth be told, saya sepertinya gak pernah baca novel fantasi karya penulis lokal, jadi gak bisa memberi insight soal ini. In fact, saya punya trust issues terhadap novel fantasi secara general, soalnya eksekusi novel fantasi sering kurang memuaskan.
***
Ah, mungkin pyewacket yang cocok buat saya juga sejenis Crescentine B-) . Setiap kali membaca jawaban-jawaban dari para penulis yang saya wawancarai, saya selalu menemukan hal-hal baru yang menarik. Nah, semoga kalian juga menikmati obrolan saya dan Ziggy di atas, ya! Oh iya, sehari setelah tulisan ini saya publikasikan, akan menyusul kemudian I-Need-Fantasy Giveaway, yang berhadiah satu novel Comedy Apparition dan satu novel Wonderworks Prodigy. Jangan ketinggalan, ya! Sampai jumpa secepatnya!
Kenapa saya kurang suka novel fantasi:
ReplyDelete1. Istilah-istilah baru dan setting fantasi yang kadang enggak kesampaian oleh otak untuk dibayangkan.
2. "...eksekusi novel fantasi sering kurang memuaskan." saya setuju, soalnya pembaca butuh pesan moral yang bukan fantasi juga. Mungkin karena belum terbiasa baca genre ini, jadi saya sedikit takut untuk memulai membacanya.
Mbak Ziggy mau memperkenalkan saya dengan genre ini?
Adin beneran harus coba baca fantasi, deh. Seru, lho! Moga berjodoh dg novel Kak Ziggy :D
DeleteLumayan suka sih dengan genre fantasi karena menghibur menurutku, tapi baru tau ada penulis genre fantasi dr Indonesia yaitu Mbak Ziggy sendiri. Sukses buat Mbak Ziggy ^^
ReplyDeleteAh, iya, novel fantasi dalam negeri nggak kalah seru dengan novel luar, lho, Vinia. Apalagi novelnya Ziggy :D
Deleteasyiknya novel fantasi itu bisa berimajinasi di luar logika, dan itu dianggap sah-sah aja :D
ReplyDeletehmmm baca wawancara ini jadi pensaran dgn dua novel Ziggy niy.
Cus di intip review dari Frida ;)
Bener banget, Alia! Itu juga yg kusukai dari genre fantasi :D
DeleteMemang selalu ada kesulitan dalam menulis, terlebih jika lebih mengedepankan Mood, tertekan pada hasil yang ingin dicapai. Sangat setuju dengan motto menulis Kak Zee "Just have fun, no pressure," tidak perlu terpaksa menulis jika memang tidak ingin menulis.
ReplyDeleteJujur, Saya sebenarnya tidak terlalu kenal dengan genre-genre fantasi, selain karena sulit sekali ditemukan melalui penulis lokal, genre fantasi di Indo lebih didominasi perfilman yang ngawur, yang efeknya genre ini jadi kurang memiliki pamor. Tapi untuk karya Kak Zee, melalui Interview bersama Kak Frida jujur saja Saya mulai tertarik mengetahui lebih jauh.
Thanks ;D
Hmm kayak film fantasi yg sering nongol di In****ar itu, kan, Diddy yg kamu maksud? Hihi
DeleteSemoga berjodoh dengan novel Ziggy :D
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWaduh, ternyata ada buku pendahulunya Wonderworks Prodigy toh, coba nyari ah.
ReplyDeleteKalau aku sudah pernah baca beberapa novel fantasi lokal dan kebanyakan memang masih memakai setting dan nama luar, jadi suasana lokalnya masih kurang. Mungkin Kak Zee bisa nulis nofan lagi yang Indonesia banget tapi tetap kental akan unsur magis yang penuh imajinasi.
Terima kasih.
Yaps! Mungkin Ziggy sekarang sedang nulis fantasi bersetting Indonesia :D
DeleteJujur, saya termasuk orang yang kurang suka dengan novel atau cerita fantasi namun beberapa hari kemarin kebetulan mendapat buku cerita fantasi yang bercerita tentang sepasang kekasih dari negeri angkasa yang harus terlempar ke bumi karena ada seseorang yang membenci mereka berdua bersanding di pelaminan. Awalnya mikir "ini cerita apaan?" namun makin ke sini malah makin tertarik.Untuk alasan Ziggy memasukan tema LGBT menurut saya sangat relevan dengan kondisi saat ini dimana akhir-akhir ini isu LGBT sedang marak-maraknya di dunia socmed. Entah kenapa dari beberapa buku fantasi yang saya baca, kenapa kebanyakan pakai nama orang luar atau pun berkisah luar negeri? maafkan jika saya bertanya begitu, karena jujur masih asing sekali dengan cerita fantasi seperti ini. Salam kenal..
ReplyDeleteSalam kenal juga, Ndayeng!
DeleteSemoga makin terjerumus dalam genre fantasi, ya ;) Mungkin krn memang dunia fantasi yang ngetren lebih dulu adl yg bersetting luar negeri, jd penulis lokal msh agak sulit jika melepaskan diri dari stigma itu. Atau karena Ziggy suka bikin fiksi bersetting luar negeri :)
Ya sependapat dengan Frida, para readers di Indonesia memang jarang atau mungkin tidak tertarik sama sekali dengan novel fantasi lokal. Setuju lagi dengan Ziggy akan eksekusi yang terkadang malah out of topic. Aku harap dengan hadirnya novel Ziggy bergenre fantasy ini dapat memikat hati para readers sehingga tidak terlalu terpaku pada Serial HP yang sudah mendunia. Siapa tahu novel Ziggy bisa jadi novel lokal 1 yang akan booming. Sekolah sihirr ya? Sepertinya seruu dehhh ... Pasti bakal ada banyak hal menarikk di sana. Semangat juga ya Ziggy untuk karya-karya selanjutnya. Terima kasih Frida :)
ReplyDeleteSalam kenal, Agatha! Semoga kamu berjodoh dg novel fantasi Ziggy ya :D
DeleteAku juga jarang baca novel fantasi penulis lokal. Kurang gregetnya aja. Btw, jadi penasaran nama aslinya Ziggy :)
ReplyDeleteDuh, saya sendiri juga penasaran lho sama nama aslinya :-/
DeleteAwalnya saya mengenal penulis dari novelnya yang berjudul Dear Miss Tuddles. Itu adalah novel yang benar-benar sangat saya inginkan sampai sekarang dan masuk daftar novel yang wajib dibaca. Dan saya baru tahu kalau penulis Di Tanah Lada juga merupakan penulis yang sama dengan Dear Miss Tuddles dan sekarang saya juga baru tahu kalau mbak Zee ini juga penulis fantasi. Hoho... Mbak Zee ini penuh kejutan... :D Dan saya sebagai penikmat fantasi benar-benar tertarik dengan karya mbak Zee ini soalnya belum pernah baca karya penulis lokal. Semoga bisa kesampean deh baca semua karya dari mbak Zee yang penuh dengan nama pena... :D
ReplyDeleteSukses terus mbak Zee dan juga Frida tentunya ^^
Saya belum baca Dear Miss Tuddles, katanya bagus :-C Beliau memang penuh kejutan haha. Semoga berjodoh dg buku2 Ziggy, Nova! :)
DeleteSeru banget. Ternyata banyak penulis novel muda Indonesia yang sangat berbakat. Salut buat penulis blog ini, luar biasa resensi dan tulisan-tulisannya.
ReplyDeleteSemoga semakin banyak karya bagus yang dihasilkan. Apapun genrenya yang penting bisa dinikmati dengan baik hasil karyanya.
Terima kasih, Wiloni! Sukses juga buat kamu, dan semoga berjodoh dg buku Ziggy :D
DeletePertama kali liat nama penanya, saya pikir Ziggy itu 'laki'. hehehe... maaf. Tapi setelah baca Sipilis episode 3 ini, otak saya dicerahkan. Ziggy itu perempuan, cuy! hehe.. Kayaknya asik banget kalau ketemu sama penulisnya, ya!
ReplyDeleteSebenarnya saya penasaran dengan Di Tanah Lada (otak saya melayang ke mata kuliah linguistik. haha...)
Dan tambah penasaran dengan novel Wonderworks Prodigy. Roman-romannya asik nih... Proses penemuan mantra sihirnya pun seru kayaknya. Gabungin kata-kata dari berbagai bahasa.
Kayaknya Mbk Ziggy menggeluti bidang bahasa deh? atau itu hanya dugaanku saja? hehe...
Hihi, biarlah Ziggy yg menjawab pertanyaan terakhirmu... Sukses, Wazi, semoga berjodoh dg buku Ziggy! :D
DeleteSebelumnya salam kenal kak frida dan juga kak Ziggynya... ;)
ReplyDeleteWaduhh *speechless aku baca sesi wawancaranya..
Kalau boleh jujur nii yaa.. Aku baru kenal loh dgn penulis yg ini, baru kenal nama maksdnya.. heheh *peacee jgn marah yaa kk ziggy. kan lebih bagus jujur dr pd berpura2.. :D
makin dibuat penasaran dgn dua novelnya dan juga penulisnya..
Btw umur kak Ziggynya brpa kak??
Salam kenal juga, Pida!
DeleteHehe Ziggy seumuran dg saya lho *hayo berapa umur saya* :P