Tanggal 14 Februari bukan cuma diperingati sebagai Hari Valentine, melainkan juga sebagai International Book Giving Day. Saya baru tahu, lho, gara-gara ikutan acara yang diadakan Blogger Buku Indonesia (BBI), BBI Share the Love 2017. Ah, saya tahu betapa kupernya saya. Kalau saya jadi tanggal 14 Februari, saya pasti akan jauh lebih senang diperingati sebagai hari bagi-bagi buku gratis ketimbang hari bagi-bagi cokelat buat pacar. Karena: (1) cokelat bakal habis dan berakhir di saluran pembuangan, (2) saya nggak punya pacar (bukan kode, lho, saya bukan Enigma yang kodenya harus dipecahkan Alan Turing dan rekan-rekannya), (3) buku, meski saya sudah habis membacanya untuk sekali waktu, ia tak akan pernah benar-benar habis; ia akan selalu memberikan hal-hal baru pada tiap kali pembacaan ulang.
BBI Share the Love ini acara yang bagus untuk saling mengenal dengan blogger buku lain (yang bahkan sebelumnya belum pernah saling mengunjungi blog). Mulai dari tukar kado buku (yang pasti tidak akan mengecewakan isinya karena bukunya milih sendiri), perkenalan akan berlanjut. Nah, pasti bukan kebetulan kalau saya dipasangkan dengan Putri Utama (karena ada tangan-tangan panitia yang memasangkan kami, jadi bukan kebetulan). Sebelumnya saya belum pernah berkunjung ke blognya, apa lagi mengenalnya. Lewat serentetan obrolan yang kayak wawancara ini, saya mengenal Putri lebih jauh, sekaligus mengenalkan dia juga kepada kalian.
Halo, Putri! Lucu, ya.... Doraemon-nya >,< *digeplak* |
Halo, Putri! Sejak kapan kamu suka baca genre romance dan young adult, dan kenapa jatuh cinta pada genre tersebut?
Pertama kali suka pada genre romance (dan young adult) itu sejak kelas 3 SMU. Pada saat itu teman sebangkuku meminjamkan buku dari penerbit romance garis keras “Harlequin”. Sejak saat itu, sih, aku jadi suka sama genre romance. Cerita romance itu biasanya happy ending, jadi saat membacanya aku nggak perlu mikir tingkat dewa.
(Wah, dulu saya juga pernah kepincut Harlequin gara-gara ada adegan dewasanya *lho*.)
Lalu, bagaimana awalnya kamu memutuskan menjadi blogger buku dan mengasuh Perpetual Romanza?
(Duh, Putri pinter banget ya, bikin pembaca penasaran. Jadi, yang dia sebut "proses panjang yang gak penting untuk diceritakan" itu apa, ya, kira-kira?)Menjadi blogger buku sih aku emang kepingin membuat blog yang hanya membahas buku yang sudah kubaca, jadi semacam punya catatan tentang buku apa saja yang kubaca. Bergabung dengan BBI karena aku tidak sengaja “ditemukan” oleh Ana @ BukuMoo dan didaftarkan jadi anggota BBI. Blog buku pertamaku itu http://putriuthieutama.blogspot.com/ yang membahas buku bergenre romance dan non-romance. Mengasuh Perpetual Romanza itu baru sejak tahun 2016 yang lalu. Ada proses panjang yang gak penting untuk diceritakan kenapa blog buku romance-ku itu berakhir menjadi Perpetual Romanza.
Bagaimana caramu menemukan waktu yang asyik buat baca buku di sela-sela kesibukan harian?
(Btw, Putri berprofesi sebagai dokter umum. Pantas aja, di artikel "Saksi Ahli dalam Sebuah Buku", dia getol banget mengkritisi hal-hal seputar dunia medis di beberapa novel yang kurang realistis.)Kalau untuk menemukan waktu yang asyik untuk membaca sih kayaknya susah ya. Kebetulan jadwal kerjaku itu tidak menentu jadi ketika sedang senggang saat kerja aku selalu menyempatkan membaca buku. Menjelang tidur malam aku juga berusaha untuk membaca buku beberapa halaman sebelum tidur.
Pilih buku fisik atau e-book, atau dua-duanya? Alasannya?
(Wah, sama, saya juga suka keduanya, terlebih e-book yang gratisan *ups, ketahuan*.)Keduanya. Soalnya yang satu tidak bisa menggantikan yang lain. Buku fisik itu enak buat dipegang dan dikoleksi. E-book itu lebih praktis kalau beraktivitas diluar rumah.
Kamu tipe yang menjaga bukumu tetap mulus dan kinclong atau suka melipat ujung halaman, mencoret-coret halaman kalau perlu? Kenapa?
Menjaga buku tetap mulus dan kinclong. Jangankan buku bacaan, buku teks jaman kuliah aja diusahakan semulus mungkin halamannya. Kenapa? Karena melipat dan mencoret-coret buku itu seperti memperlakukan buku dengan tidak baik.(Hihihi, jadi pengin pinjam buku kolpri Putri buat dilipat-lipat ujungnya biar dia gemas.)
Novel romance dan young adult favoritmu sepanjang masa? Kenapa?
- Layar Terkembang – Sutan Takdir Alisjahbana. Ini salah satu buku wajib baca pas jaman masih pakai seragam putih biru. Ada kenangan spesial yang berkaitan dengan buku ini pas jaman tersebut.
- Naked In Death – J.D. Robb. Ini buku pertama dari serial In Death yang sekaligus ngebuat aku suka sama seri ini dan sama tokoh-tokoh di dalamnya. Kelebihan buku ini romance-nya dapat, suspense-nya juga kuat. Imbang lah pokoknya.
- Almost – Anne Eliot. Ini buku YA yang ceritanya bikin nyesek sekaligus bikin klepek-klepek. Bercerita tentang trauma seorang remaja cewek yang punya trauma karena hampir diperkosa beberapa tahun sebelumnya.
(Saya juga demen baca serial In Death. Kirain Putri bakal nyebutin semacam Pride & Prejudice gitu.)
Penulis terfavorit? Kenapa?
Aku nggak punya penulis terfavorit. Karena salah satu faktor penting membeli buku buatku itu adalah cerita bukan nama besar sang penulis.
Pernah mengalami semacam guilty pleasure saat baca buku, nggak? Kalau pernah, tolong ceritakan, dong.
(Kan, jadi penasaran lagi, "kacrut" itu yang kayak gimana? 😏 )Pernaaahhhh. Jadi ada beberapa buku kacrut yang membuat aku ketagihan untuk membacanya walaupun aku tahu kalau membaca buku-buku tersebut aku bakal ngomel-ngomel sendiri karena ceritanya yang kacrut. Semacam seneng gitu menyiksa diri sendiri dengan membaca buku kacrut.
Pasangan tokoh favoritmu sepanjang masa dari buku (boleh pasangan romantis, pasangan sahabat, dan sejenisnya)?
Pasangan tokoh favoritku itu Eve Dallas – Roarke dari serial In Death. Pasangan itu tuh saling melengkapi banget satu sama lain, dan saling berusaha menerima kekurangan satu sama lain.
Tokoh laki-laki fiksi yang menurutmu boyfriend-able banget dan bikin kamu berkhayal seandainya dia beneran ada?
Namanya Roarke. Kelewat kaya. Ganteng. Misterius. Tapi... berusaha banget menerima pekerjaan istrinya Eve yang penuh risiko walaupun kadang suka kesal ngeliat tingkah Eve yang kelewat berani.
Ada nggak, subgenre romance dan/atau young adult yang paling tidak kamu gemari? Kalau ada, apa itu dan kenapa?
Subgenre erotica romance yang ceritanya tentang BDSM. Males aja sih. Hobi banget menyiksa pasangan dengan alasan cinta. Emangnya cinta butuh ditunjukan dengan cara menyiksa?
Ada nggak, buku yang reviewnya nggak terlalu bagus di Goodreads tapi kamu malah suka banget?
(Terima kasih, Putri, jawabannya memuaskan sekali 😂 )Adaaa... Tapi aku lupa banget bukunya yang mana T___T
Pernah dibikin kesal banget oleh buku sampai nggak namatin baca? Tolong ceritain, dong.
Ada sih. Tapi aku berusaha menamatkan buku itu biar bisa misuh-misuh pas ngereview buku itu. Hehehe...
Pernah nggak, mengalami kejenuhan membaca? Kalau pernah, ceritakan dong, plus apa yang kamu lakukan saat mengalami itu.
Pasti pernah ya. Apalagi aku tipe pembaca yang moody. Yang aku lakukan untuk mengatasi kejenuhan itu (lengkapnya bisa dibaca di sini) :
- Baca buku favorit dari penulis favorit. Buku favorit dari penulis favorit amat sangat bisa membantu saya menemukan kembali semangat membaca. Biasanya tiga sampai lima buku favorit akan saya baca dalam beberapa waktu, dan... ritme membaca saya kembali normal.
- Cari teman baca bareng. Tidak bisa dipungkiri kalau punya teman yang sealiran genre bacaannya bisa membuat kita semangat membaca. Beruntung saya punya Lilis @ Purple Bookish yang bersedia menyiksa diri untuk membaca buku-buku kacrut. Biasanya kalau sudah misuh-misuh nggak jelas soal buku yang kami baca, saya akan tertantang untuk mencari buku yang bisa "menormalkan" otak saya setelah membaca buku kacrut. Tidak harus buku kacrut, buku apa saja asalkan sesuai kesepatan bersama tidak masalah kok.
- Kopdar / ketemuan dengan teman yang jarang dijumpai. Kopdar BBI Medan adalah salah satu cara saya mencari semangat untuk membaca karena biasanya di kopdar tersebut kami saling berbagi informasi sedang atau baru selesai baca buku apa. Sedikit cerita tentang buku yang sedang atau sudah dibaca pasti akan membuat penasaran untuk membacanya.
Kalau kamu harus melakukan tindak persuasif terhadap kutu buku yang tidak terlalu suka baca genre romance dan young adult, apa yang akan kamu katakan padanya, buku apa yang akan kamu rekomendasikan, dan kenapa dia harus baca itu?
Banyak yang merasa kalau genre romance dan young adult itu remeh dan gak penting banget. Saya sih nggak masalah dengan persepsi orang lain, tapi kalau memang mereka pengin membaca buku romance, maka rekomendasi dari saya (lengkapnya ada di sini):
(Makasih, Putri, atas rekomendasinya. Dari keempat buku itu, saya belum baca semua, semoga nanti ada kesempatan baca 😆 )Alasan saya memilih keempat buku diatas karena romance di buku-buku yang saya sebutkan diatas itu nggak menye-menye. Adegan romantisnya tidak terlalu berlebihan atau cenderung tidak ada. Tidak ada pernyataan cinta yang lebay. Tidak ada panggilan sayang atau kalimat rayuan yang bikin eneg atau bahkan muntah. Menunjukkan cinta / perasaan lewat tindakan bukan kata-kata semata.
***
Nah, demikianlah perkenalan dengan Putri yang penuh teka-teki. Selanjutnya, nantikan guest post dari Putri tentang genre favoritnya, romance (dan mungkin juga plus young-adult). Jangan lupa, kenali Putri lebih jauh via Twitter, Facebook, Instagram, dan Goodreads-nya!
Interview yang asyik, terima kasih kak sudah tanya-tanya kak Putri aku jadi sedikit tahu tentang buku-buku kesukaannya. Di blogku lagi ada kak @Melmarian lho #fyi mampir yuk :)
ReplyDelete