Penulis : Delia
Angela
Tebal : 360
Penerbit/cetakan : Elfbooks/Cetakan pertama, Februari 2013
ISBN : 978-602-19335-5-8
Harga : Rp
50.000,00 Rp 30.000,00 (diskon 40%)
“Ternyata menjadi public figure tidaklah mudah. Ruang privasi menjadi sempit. Tidak dapat bergerak bebas.” – Hyuna (halaman 181)
Sepanjang karier
saya menjadi fans salah satu boyband
Korea Selatan, Super Junior, saya tidak bisa tidak memperhatikan perasaan
mereka. Saya tak pernah berhenti bertanya (meskipun belum mendapat jawabannya
sampai sekarang), apakah yang mereka tampilkan di hadapan para fans itu adalah benar-benar
yang mereka ingin tampilkan? Atau itu hanya tuntutan kamera saja?
Selama itu pula,
saya pernah menjadi hater beberapa
member girlband Korea. Seenak mulut
saya, saya membicarakan kejelekan mereka dengan teman saya. Tentang wajah
cantik mereka yang tidak asli. Tentang sikap mereka yang buruk terhadap teman
member mereka sendiri. Puas sekali rasanya membicarakan kejelekan artis, tanpa
pernah memikirkan perasaan mereka. Tanpa pernah membayangkan jika saya menjadi
mereka dan harus menghadapi banyaknya komentar negatif tentang diri mereka.
Padahal saya juga tidak tahu fakta sebenarnya.
Membaca novel ini,
saya jadi tahu rasanya. Apalagi, kebetulan, ketika membaca novel ini, saya juga
sedang menonton drama Korea, The Man From The Star, yang juga menceritakan
kehidupan seorang artis. Seperti kata Hyuna, tokoh utama novel ini, “menjadi public figure tidaklah mudah.”
Park Hyuna, yang
hanya setahun menjalani masa training
di JP Entertainment, akhirnya debut. Seharusnya ia bahagia, bukan, bisa debut
secepat itu, di mana rata-rata trainee
lain baru debut setelah bertahun-tahun menjalani masa training yang tampak tiada akhir. Tapi tidak. Hyuna malah cemas.
Bagaimana tidak? Ia debut sebagai member tambahan sebuah girlband populer bernama Super
Girls. Kemunculannya sebagai anggota baru tentunya memicu kontroversi di
tengah para fans dan juga haters.[1] Namun,
yang paling menyengsarakan Hyuna adalah perlakuan member lain terhadapnya.
Awalnya, Kim Gahee (leader, lead dancer),
Lee Eunhye (rapper), Han Minyoung (lead vocal), bersikap dingin terhadap
Hyuna. Hanya Moon Jieun (magnae)[2] yang
bersikap baik padanya sejak awal. Tidak hanya ketika di asrama saja, ketika di
dalam mobil van pun, Hyuna merasa tersisih. Keempat member mengobrol asyik,
meninggalkannya sendirian.
Hyuna pun mencoba
metode memasak makanan untuk mendapatkan hati para member (seperti yang pernah
ia lakukan pada Perfect Ten dulu)[3]. Metode
ini cukup berhasil, karena Minyoung yang adalah penggemar gamjaguk, ternyata menyukai gamjaguk
buatan Hyuna.
Tunggu dulu. Tak
semudah itu memenangkan hati para member. Apalagi Hyuna melakukan kesalahan
besar. Pertama kali tampil di atas panggung sebagai anggota Super Girls, Hyuna malah tidak sengaja
menjatuhkan mikrofon ketika sedang menyanyikan bagian dengan nada tinggi.
Kesalahan ini, meskipun kecil, tapi menodai penampilan Super Girls, yang selama ini tanpa cela.
“Grup kami tidak pernah melakukan kesalahan selama tampil di atas panggung, dan kau berhasil membuat citra yang bagus di awal debutmu!” – Kim Gahee (halaman 46).
Namun, Ji Eun
berhasil menguatkan Hyuna dengan kata-kata pemberi semangat, begitu juga dengan
Jongwoon[4] (anggota
Perfect Ten, yang adalah pacar Hyuna).
Tapi, apakah Hyuna masih bisa bertahan ketika dua orang itu juga menjauhinya?
Ji Eun—yang marah padanya karena salah paham terhadap hubungan Hyuna dengan Yongjin
(anggota Perfect Ten yang disukai Ji
Eun). Juga hubungan Hyuna dengan Jongwoon yang retak karena munculnya orang
ketiga di antara mereka: Kim Johan, yang menjadi pasangan Hyuna dalam reality show “Celebrity on Dating”.
Gosip-gosip negatif
juga terus beredar menyerang Hyuna. Ia hampir selalu ketakutan ketika membuka
laptop dan mengecek komentar orang-orang tentang dirinya di internet. Bahkan,
keberadaan seorang fans pun terasa sangat istimewa bagi Hyuna, dan mampu
memberinya kekuatan untuk terus bertahan.
“Astaga, baru hari ini aku bertemu langsung secara personal dengan orang yang mengaku sebagai penggemarku—setelah sekian lama hanya berkutat dengan haters.” – Hyuna (halaman 132)
Apalagi dengan
munculnya sekelompok penggemar yang mendirikan fanbase untuk Hyuna dan menamai diri mereka “Hyunaism”.
“Kami adalah fans Hyuna-sshi. Kami akan terus mendukungmu!” (halaman 267)
Berbagai tantangan
selalu muncul di jalan yang Hyuna lalui. Bahkan setelah para member menerimanya
dengan tulus, Hyuna masih harus menghadapi berbagai masalah. Menghadapi sasaeng fans yang menculik Gahee.
Mengungkap misteri tentang hubungannya dengan keluarga Kim Johan. Meluruskan
gosip-gosip berkaitan dengan masa lalunya. Mempertahankan hubungannya dengan
Jongwoon. Dan satu perstiwa yang menentukan masa depannya selanjutnya: akankah
ia masih terus bisa bernyanyi?
No doubt, I enjoyed reading this novel. It reminded
me of my past-colourful-life of being a fan of Super Junior (I’m still ELF
though, but not as passionate as I’m used to be). Saya merasa seperti sedang menonton drama Korea
ketika membaca novel ini. Meskipun belum membaca Perfect Ten, saya tidak mengalami kesulitan mengikuti jalan cerita
sekuelnya ini. Kehidupan seorang artis pun tergambar dengan faktual di sini,
khususnya artis Korea. Tapi jangan salah, ini novel beneran, kok, bukan fanfiction! (Emang kenapa kalau ini fanfiction?)
Melalui narasi
tokoh utama, penulis juga menyampaikan opininya tentang isu operasi plastik di
kalangan artis (menulis selalu jadi satu cara yang bagus untuk menyampaikan
opini, kan?). Isu semacam itu tak akan pernah padam, lantaran yang mengetahui
kebenarannya hanyalah si artis itu sendiri, perusahaan manajemennya, dan Tuhan.
Hehehe. Jadi, memang tidak bijaksana jika sebagai penonton (haters, biasanya) kita menghakimi
penampilan fisik para artis. Yah, tapi, kita tak bisa lepas dari sifat bawaan
kita sebagai manusia untuk selalu berkomentar tentang orang lain.
“Aku sendiri tidak tahu jelas apakah mereka benar-benar melakukan tindak operasi atau tidak... Yang terpenting adalah kinerja masing-masing member. Wajah cantik hanyalah pelengkap...” – Hyuna (halaman 111)
Penulis membuat tempo
novel ini tidak lambat; kejadian demi kejadian yang menantang Hyuna terjadi
silih berganti dan tidak terasa di-“lama-lamain”. Dengan begitu, pembaca tidak
bosan dan rasa penasarannya dapat terus terjaga hingga akhir.
Satu adegan yang
paling saya sukai adalah ketika keempat member Super Girls memeluk Hyuna dari empat penjuru, ketika Hyuna sedang down setelah putus dari Jongwoon (halaman
214). Adegan ini menunjukkan secara to
the point tapi sederhana dan menyentuh, tentang betapa indahnya
persahabatan.
Terlepas dari itu
semua, menurut saya, karakter tokoh Hyuna terlalu klise. Ia adalah gambaran
utuh tokoh yang benar-benar protagonis. Tanpa sisi hitam yang kentara. Tidak
unik sama sekali.[5]
Saya juga kecewa terhadap Jongwoon yang dengan mudahnya melepaskan
kepercayaannya pada Hyuna, karena kecemburuan dan salah paham (halaman 212). Tapi
saya puas dengan tindakan yang diambil oleh Jongwoon di akhir novel. Ia sangat
mengerti Hyuna dan bisa mengambil keputusan yang tepat, berkaitan dengan cricothyroidotomy.
http://wc1.smartdraw.com/examples/content/examples/10_healthcare/medical_process_&_procedures/procedure_of_cricothyroidotomy_l.jpg |
“Jongwoon Oppa mengambil keputusan terbaik. Ia tahu, aku tidak dapat hidup jika kehilangan suara.” – Hyuna (halaman 351)
Bagi para fans
Super Junior dan SNSD di luar sana (dan para fans idol lainnya), kalian tidak akan menyesal membaca novel ini! Karena
kalianlah yang paling akrab dengan istilah-istilah perkepopan seperti yang
banyak digunakan di novel ini ^^
[1] Mengingatkan
saya akan penolakan fans di awal debut Kyuhyun sebagai member tambahan Super
Junior. Dan memang Kak Delia terinspirasi dari kisah nyata itu.
[2]
Magnae adalah sebutan untuk anggota
termuda.
[3]
Ah, harus baca novel Perfect Ten dulu, nih!
[4] Penulis, yang adalah fans Yesung Super
Junior, menggambarkan tokoh ini dengan inspirasi yang bersumber dari Yesung
sendiri. Kalau kalian pernah nonton tayangan-tayangan yang dibintangi Yesung,
bandingkan tingkah lakunya dengan tokoh Jongwoon dalam novel ini. Pasti nggak
beda jauh, hehe.
[5]
Maaf, karena saya melakukan
penilaian ini sebelum membaca Perfect
Ten ><
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^