4 April 2014

Review Film THE HUNGER GAMES: CATCHING FIRE








IMDB Rating : 8.1/10
Director:
Writers:
 Simon Beaufoy (screenplay), Michael Arndt(screenplay)
Stars:                                             

Saya suka dengan tokoh wanita pemberani, seperti Tris dalam novel trilogi Divergent; Melanie Stryder dalam The Host; dan tentunya Katniss Everdeen. Tokoh wanita semacam ini seakan menyuarakan kesetaraan jender, hal yang sudah lama diperjuangkan di dunia nyata, tapi secara tak kasat mata, masih belum terwujudkan sepenuhnya.

Setelah Katniss mengajukan diri untuk menggantikan adiknya, Prim, dalam The Hunger Games ke-74, kemenangannya yang kontroversial menyebabkan pemberontakan di Distrik Panem. Ketika tantangan permainan terakhir menyuruhnya memilih antara membiarkan Peeta memakan beri beracun, sehingga ia sendiri dapat menjadi pemenang, atau sebaliknya, Katniss tidak memilih keduanya. Katniss dan Peeta sepakat untuk memakan beri itu bersama-sama, yang malah membuat mereka berdua menjadi juara.

Setahun kemudian, Katniss dan Peeta harus melakukan Tur Kemenangan, di mana mereka akan mengunjungi semua distrik. Sebelum pergi, Presiden Snow menemui Katniss dan mengatakan bahwa ia khawatir jika tindakan Katniss sehubungan dengan buah beri beracun dalam permainan itu dianggap orang-orang sebagai tindakan pemberontakan.
“…people viewed your little trick with the berries as an act of defiance… And if a girl from District 12 of all places can defy The Capitol and walk away unharmed, what is to prevent them from doing the same? What is to prevent, say, an uprising? That can lead to revolution.” (Presiden Snow memperingatkan Katniss)
Presiden Snow memperingatkan Katniss agar ia berusaha meyakinkan orang-orang bahwa ia bahagia, atau jika tidak, orang-orang terdekatnya akan berada dalam bahaya. Tapi Katniss gagal. Diawali dengan pidato emosionalnya di Distrik 11, ketika mengingat tentang Rue, yang membuat orang-orang mengangkat tiga jari dan menirukan suara Mockingjay—lambang pemberontakan.

Snow dan Plutarch, kepala pembuat game, berdiskusi, bagaimana caranya menunjukkan kepada orang-orang bahwa Katniss—yang telah menjadi simbol harapan pemberontakan—bukanlah bagian dari mereka, melainkan bagian dari Capitol. Plutarch mengusulkan, tidak perlu menghancurkan Katniss, tapi menghancurkan image-nya, dengan menakut-nakuti masyarakat. Namun Snow menyanggah, It won’t work. Fear does not work as long as they have hope. And Katniss Everdeen is giving them hope.” Tapi Plutarch cukup cerdas untuk mengeksploitasi berita pertunangan Katniss dan Peeta untuk menunjukkan bahwa mereka bagian dari Capitol, agar masyarakat membencinya.

Tindakan pemberontakan fisik makin parah. Orang-orang kini berani melawan balik para Peacemaker yang bertugas menangkap mereka. Sebagai tindak lanjut untuk menyebarkan ketakutan di antara masyakarakat, sepasukan Peacemaker tiba di Distrik 12 dan menggeledah tiap rumah untuk mencari barang gelap. Bahkan Gale dihukum cambuk karena melawan sang komandan Peacemaker. Katniss pun membatalkan rencana pernikahannya karena kekacauan ini.


Snow memutuskan untuk mengadakan Quarter Quell, di mana dia bisa mengubah peraturan Hunger Games, yang hanya boleh dilakukan tiap 25 tahun sekali.
“...the 75th anniversary of our defeat of the rebellion, we celebrate the 3rd Quarter Quell as a reminder that even the strongest cannot overcome the power of The Capitol.” (Snow)
Peraturan barunya ialah para peserta Hunger Games ke-75 ini adalah para pemenang terdahulu dari tiap distrik. Tentu saja hal ini menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi Katniss dan Peeta, yang baru menang tahun lalu, dan belum mengenal para pemenang lain. Haymitch, sang mentor, berpikir bahwa mereka harus bersekutu dengan sebagian peserta yang bisa dipercaya. Pada saat Games dimulai, Katniss dan Peeta bersekutu dengan tribut Distrik 4: Finnick dan pasangannya yang sudah tua, Mags. Kemudian, mereka bersekutu juga dengan sekelompok tribut lain, yaitu tribut Distrik 4: Wires dan Beetee yang cerdik dan ahli teknologi, serta Johanna dari Distrik 7. Mereka bekerja sama, menemukan cara kerja Games tersebut, serta membuat rencana untuk menghancurkan tribut-tribut lain. Apakah mereka berhasil? Jika mereka tetap bersekutu, siapa yang akan jadi juara Quarell Quell?

Ada beberapa hal menarik/mengherankan/membingungkan yang saya temukan dalam film ini.
1.         Kata-kata Peeta ketika ia dan Katniss menghadiri pesta penutupan Tur Kemenangan di Presidential Palace.
 

“People starving in (District) 12. Here, they’re just throwing it up to stuff more in.”

Ketimpangan kehidupan gemerlap di Capitol dengan kehidupan masyarakatnya yang kelaparan ini mengingatkan saya akan tingkah Ibu Ani Yudhoyono yang pamer foto-foto liburan keluarga di saat warganya sedang mengungsi akibat letusan Gunung Sinabung dan Jokowi serta istrinya sedang sibuk membantu korban banjir Jakarta.

2.         Sebelum memasuki arena Games, Haymitch memperingatkan Katniss, “Katniss, when you’re in the arena, remember who the real enemy is.” Menariknya, nasehat Haymitch ini mirip sekali dengan kata-kata yang diucapkan Finnick ketika Games hampir usai, “Katniss, remember who the real enemy is."

3.     Kata-kata Plutarch, si kepala pembuat game, pengganti Seneca Crane, ketika pertama kali bertemu dengan Katniss, I’m sure we’ll meet again.” Bagi yang sudah menonton film ini hingga tamat, pasti tahu maksudnya, hehehe. Saya nggak sebutin, karena ntar jadi spoiler, dong :v.
4.         Dialog favorit saya:
Prim             : “Since the last Games, something is different. I can see it.”
Katniss        : “What can you see?”
Prim             : “Hope.”
 5. Lapisan logam yang mengisolasi arena dari dunia luar.


6.         Kostum Katniss yang mengagumkan!
a.    Gaun yang dipakai saat perarakan tribut.



      b.    Wedding dress yang berubah menjadi gaun Mockingjay, yang membuat Cinna dianggap memberontak dan akhirnya dipukuli oleh Peacemaker.  



7.         Teknologi canggih nan unik!
a.    Wahana latihan menembak panah. Kalau targetnya pakai teknologi hologram kayak begini, kan, hemat, efektif, efisien. Bisa dipakai buat latihan tembak senapan juga nih, nggak usah pakai target konvensional.
 

b.    Kamera robot. Wah, nggak butuh kameramen lagi untuk menggerakkan kamera!




c.    Layar hologram. TV LCD ekstra tipis?? Udah nggak zaman lagi! Ini malah nggak pakai layar fisik!


d.    Keran ajaib, bantuan yang dikirim oleh Haymitch saat Katniss dkk. kehausan.  

8.   Pemberontakan Katniss terhadap Capitol yang disampaikan secara non-violence.


9.         Wiress, yang dibilang gila oleh Johanna karena bergumam, “Tic-toc,” terus menerus, malah menemukan sesuatu hal penting yang menuntun Katniss mengetahui cara kerja Games, yang berkaitan dengan “jam”.



10.         Salah satu animator film ini adalah orang Indonesia, Rini Sugianto, yang pernah menjadi animator Tin Tin, The Hobbit, dsb.

Selain itu, perancang wedding dress yang dipakai Katniss juga orang Indonesia, Tex Saverio, pria Jakarta kelahiran 1984 yang dijuluki Alexander McQueen-nya Indonesia.


11.         Si Katniss ini memang suka menolong, tapi sekalinya menolong orang, ia melakukannya dengan “nanggung”. Ketika terjadi penyerangan Peacemaker di Distrik 12, ada seorang ibu yang matanya terluka. Katniss menolongnya dengan memberi kain yang telah ia basahi dengan air untuk membasuh lukanya. Lalu terdengar suara teriakan Gale dari arah lapangan (waktu itu Gale dihukum cambuk), dan Katniss meninggalkan si ibu itu begitu saja.  

12.         Sebuah quote yang diucapkan Peeta saat ia dan Katniss berpidato di depan rakyat Distrik 11 dalam rangkaian Tur Kemenangan. “But our lives aren’t just measured in years. They’re measured in the lives of people we touch around us.”

Seperti saya menyukai film Hunger Games sekuel pertama, saya juga menyukai sekuel ini! Mungkin salah satu alasannya adalah saya menonton versi HD 720p (sangat lumayan nggak ngerusak mata, dibandingan 360p, kan :D), jadi saya sungguh menikmati alur ceritanya. Meskipun film ini tergolong film panjang, dengan durasi 2 jam 26 menit, saya sama sekali nggak mengantuk (padahal saya nonton larut malam), lantaran plotnya yang terbangun dengan sangat menarik dan membikin penasaran; visual effect yang bagus, kostum keren. Beda sekali dengan ketika nonton Man of Steel dengan durasi yang hampir sama, di mana saya merasa amat bosan hingga memutuskan untuk meneruskan nonton hanya karena “nanggung, sudah hampir selesai masa nggak ditamatin sekalian”, hehehe. Alur film ini sama sekali tidak tertebak ujungnya. Ketika sudah sampai di penghujung film, saya malah dibikin makin penasaran hingga gemas! Nggantung banget akhirnya!






0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets