Kovernya unyu, kan? Hihihi |
Judul Buku : Twiries, The Freaky Twins Diaries
Penulis :
Eva Sri Rahayu & Evi
Sri Rezeki
Tebal :
304 halaman
Penerbit/cetakan : de TEENS/Cetakan
I, Mei 2014
ISBN :
978-602-255-577-3
Hati-hati dengan Si Kembar!
“Hati-hati kalau menelepon kami. Jangan-jangan, itu bukan Eva atau Evi yang sebenarnya.” (halaman 28)
Ini bukan
pertama kalinya saya membaca personal
literature alias pelit (hari gini, belum pernah baca pelit?). Pelit pertama
yang saya baca tentunya adalah…. karya Raditya Dika, dan yang kedua Anak Kos
Dodol. Hehehe. Tapi, waktu itu saya belum suka nulis resensi, jadi ini adalah
pertama kalinya saya menulis resensi buku pelit.
Dari judulnya
saja sudah bisa diterawang, kan, kalau pelit ini merupakan diary sepasang kembar, Eva dan Evi. Buku ini dibagi menjadi tiga
bagian:
BAGIAN SATU: SERUPA KITA
Bagian satu
mengulas jawaban-jawaban si kembar terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sering
dilontarkan orang-orang yang excited setelah
mengetahui bahwa mereka berdua kembar. Seringnya, pertanyaan begini yang
muncul, “Apa bedanya Eva sama Evi?”
“Kalau dianalogikan, Eva dan Evi itu seperti batu dan permen. Eva permen yang di dalamnya batu, Evi batu yang di dalamnya permen. Evi terlihat keras dan kuat di luar, tapi lembut dan manis di dalamnya. Sedangkan Eva sebaliknya.” (halaman 46)
*Hah, kok malah kayak iklan “renyah di luar, lembut di dalam”.
Di bagian ini,
Eva dan Evi menjawab satu per satu pertanyaan yang sering muncul. Pertanyaan
ini ada yang dikategorikan silly question,
seperti “kalau yang satu ulang tahun, yang satunya lagi ulang tahun juga?”
(nah, tahu, kan, kenapa dibilang silly?
Hohoho).
Selanjutnya,
Eva dan Evi membuat subbab tersendiri untuk “persoalan tukar-menukar”,
“persoalan telepati”, dan “enak-nggak enaknya jadi anak kembar”. Untuk
persoalan tukar-menukar itu, Eva dan Evi membocorkan cerita teman-teman mereka
yang awalnya sering tertukar, yang mana Eva, dan yang mana Evi. Tapi, yang
paling seru adalah cerita ketika mereka bertukar sekolah *ups, spoiler*.
Saya jadi
pengin punya kembaran (#tsah) gara-gara baca “tujuh alasan kenapa jadi
anak kembar itu enak”. Enak banget, kan, sudah memiliki seorang sahabat setia
sejak dalam rahim ibunda? Kalau kita yang orang biasa—maksudnya nggak
kembar—harus berjuang melalui rangkaian kisah jatuh-bangun untuk bisa menemukan
seorang sahabat sejati #weiiiss.
Tapi, tapi.... Tapi, waktu baca bagian “tujuh alasan
kenapa jadi anak kembar itu nggak enak”, saya jadi agak ragu pengin punya
kembaran. Hahaha (seolah-olah bisa gitu, jadi kembar tiba-tiba). Alasan paling
parah kenapa jadi anak kembar itu nggak enak, menurut saya adalah
“ketergantungan”. Hahaha, itu parah banget!
Keterlaluan banget, nih, ketergantungannya! Hahaha |
BAGIAN DUA: TWIN LOVE
Ditilik dari judulnya, bagian ini tentunya yang paling
penuh drama—drama seputar tragedi
percintaan si kembar. Kenapa tragedi? Yah, kalian harus baca sendiri! Hehehe.
Ketika membaca bagian “cowok paling beruntung segalaksi” itu, saya teringat
cerita teman saya. Saat kecil, dia juga punya cowok khayalan, dan ternyata
cowok itu memang ada di dunia! Bedanya, kalau di cerita si kembar, cowok
khayalan itu beneran ada di dekat mereka, sedangkan cerita teman saya ini....
Cowok khayalannya itu ternyata mirip banget dengan Fedi Nuril! Sampai sekarang,
si Fedi ini masih menjadi cowok impiannya. Patut dicontoh, nih, seleranya cowok
lokal!
*Tuh, kan, saya jadi ketularan gaya cerita si kembar. Plak! Hehehe*
Meskipun si kembar belum bisa melupakan si cowok impian,
pada akhirnya mereka punya pacar beneran. Dan lucunya, Eva mudah sekali
terpengaruh provokasi Evi. Jika Evi ngeluh putus sama pacarnya, Eva lantas
mutusin pacarnya juga. Hahaha. Kayaknya, perlu dibentuk organisasi mantan pacar
si kembar, nih.
BAGIAN TIGA: DARI BELAHAN UNTUK BELAHAN
Bagian ini berisi surat cinta dari Eva untuk Evi, dan
sebaliknya. Terlepas dari segala kekonyolan yang sedari awal diobral si kembar,
ternyata mereka berdua bisa jadi mendadak melankolis dan puitis di bagian ini.
Setelah bagian ketiga berakhir, ada bonus dari si kembar,
lho (berubah lagi jadi jayus). Bonus ini meliputi “behind the project”,
“semacam penutup”, dan “buy one get one free”. Yang terakhir itu berisi
testimoni dari teman-teman dekat si kembar tentang fenomena kembarnya mereka
berdua. Saya setuju sekali dengan opini si kembar di bagian “semacam penutup”.
“Setiap individu akan bersinar dengan caranya sendiri.” (halaman 271)
Apalagi
bagi anak kembar, tak patut membanding-bandingkan mereka, seolah mereka adalah
separuh individu. Bagaimanapun juga, mereka masing-masing adalah seorang
individu, yang seberapa pun kadar kemiripannya, pasti punya keunikan
tersendiri. So, stop bully the twins! (Eh,
kalau Eva dan Evi, yang ada, malah si kembar yang hobi nge-bully orang-orang! Hihihi.)
Kenapa Pelit Ini Saya Rekomendasikan untuk Dibaca
Pelit itu merupakan tulisan yang berdasarkan pengalaman
nyata si penulis, jadi bisa disebut buku harian. Nah, agar seru dibaca, pelit
ini biasanya diberi bumbu-bumbu komedi, sebut saja karya Raditya Dika, karya
Alit, Kancut Keblenger, Anak Kos Dodol...., dan banyak lagi. Kak
Eva dan Evi berhasil menuliskan pengalaman mereka menjadi suatu tulisan komedi
yang kreatif (saya ketawa paling keras waktu baca bagian ini).
Ini lucu banget! |
Kreatif bagaimana? Si kembar tidak melulu menuliskan
pengalamannya dalam bentuk narasi, tetapi juga dalam bentuk percakapan,
ditambah lagi ada komiknya! Ada juga foto-foto asli sosok mereka berdua.
Hayoo, cantikan mana? (langsung dijewer sama si kembar) |
Mereka
juga menuliskan narasi sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
sering ditanyakan orang-orang kepada mereka. Mereka juga membuat tulisan versi
Eva dan versi Evi. Terkadang, di dalam narasi itu, terselip percakapan mereka
berdua yang meributkan kebenaran cerita, atau meributkan hal lain, seolah-olah
mereka memang sedang bercerita secara langsung pada pembaca. Tema yang diusung
penulis pun cukup menarik, yaitu tentang anak kembar. Apalagi, ini bukan kembar
sembarangan, melainkan kembar penulis. Ya, keduanya sudah menerbitkan beberapa
buku. Tidak sedikit anak kembar di dunia ini, tapi saya rasa, masih sedikit
yang menulis pelit macam begini.
Tidak semua cerita ditulis menggunakan sudut pandang Eva
dan Evi. Ada juga tulisan teman-teman mereka, berupa testimoni (seperti sudah
saya sebutkan tadi), sehingga menambah wawasan pembaca tentang bagaimana
tanggapan orang-orang dekat si kembar. Si kembar juga menyelipkan opini mereka
tentang kehidupan dan fenomena di sekitar mereka. Seperti pendapat mereka soal
“cantik itu yang seperti apa, sih?”. Saya juga tidak setuju, lho, kalau yang
disebut “cantik” itu adalah “cantik seperti Barbie”. Gaaah, maaf, ya, dunia
nyata ini bukan dunia dalam film Barbie yang semua muka dan bentuk tubuhnya
sama, paling bedanya cuma warna kulit dan bentuk rambut. Atau, kadang ada
satu-dua yang dibikin jelek karena itu tokoh jahat yang nggak penting. Setiap
orang cantik dengan caranya sendiri.
Penulis pun berhasil membuat tulisan yang enak dibaca
berkat gaya bahasa yang selentur permen karet dan sekocak stand up comedy. Awalnya, setelah mengetahui kepribadian
masing-masing Eva dan Evi, saya kira yang tulisannya lucu alami itu si Evi, eh
ternyata... (baca bagian “behind the project”). Penulis pun membagi buku ini
menjadi beberapa bagian, yang memudahkan untuk diikuti alur ceritanya. Ditambah
lagi dengan layout yang tertata
dengan apik. Meskipun buku ini punya konflik di tiap bagian, absennya
pengembangan alur yang berkesinambungan dari awal sampai penutup membuat saya
kurang puas. Jenis huruf yang terlalu sering berganti-ganti juga bikin saya
pusing (eh, ini sih, lebay, hehe).
Eh, ada juga cerita yang saya rasa agak maksa, di bagian
satu. Cerita tentang Evi yang buru-buru keluar dari rahim ibu setelah
dikompor-kompori dengan Brad Pitt itu, beneran, nggak, sih? Lalu, kata-kata si
Mama, “Melahirkan Eva itu rasanya seperti ngupil,” juga tidak saya tangkap
maksudnya. Huhuhu. Menurut saya, pertanyaan orang-orang tentang si kembar itu
agak lebay juga. Masalahnya, setiap
melihat anak kembar, saya menganggap itu hal yang tidak menghebohkan. Jadi,
nggak sampai, deh, saya meributkan hal-hal semacam silly question itu. Hehehe.
Terlepas dari itu semua, saya senang membaca pelit ini.
Terima kasih, Kak Eva dan Evi, yang sudah menuliskan pengalaman jatuh-bangun
bersama kembaran *XOXO* ^^.
Waaaahhh..udah baca #TWIRIES juga yaa... :D
ReplyDeleteYuk, ikut GA #TWIRIES di blogku, ada paket buku plus kaos unyu untuk dua pemenang ;)
http://luckty.wordpress.com/2014/07/17/giveaway-twiries/
Baca punya saya juga mbak
ReplyDeletehttp://diirumahkata.blogspot.com/2014/08/boleh-lahir-dari-telur-yang-sama-tapi.html
mohon komennya yaah ^^