26 March 2015

[Resensi BEETWEN ME AND YOUR HORSE OF STEEL] Sang Pangeran Berkuda Baja


Jay : Kau nonton MotoGP musim ini? Cyanite : ... Tidak. Aku sibuk menulis. Kenapa? Jay : Kau diminta. Catat ini, Cyanite, diminta. Kau diminta untuk menulis biografi.(hal. 6)
Kabar yang disampaikan Jay (sang manajer) pada Rena hari itu mengubah hidupnya. Tepatnya, keputusan Rena-lah yang mengubah hidupnya sendiri—apakah dia mengambil tawaran menulis biografi itu atau tidak. Selama ini, Rena—dengan nama samaran Cyanite—selalu menulis novel-novel roman. Belum pernah ia menulis biografi. Begitu ia menerima permintaan Stanwell, sang manajer sekaligus paman Zac, hidupnya berubah. Ia menerima permintaan itu dengan syarat: ia tak mau identitasnya terbongkar. Selama ini, meskipun ia sudah berpenghasilan besar dari novel-novelnya, ia tetap memelihara gaya hidup low profile agar identitas aslinya tetap tak terkuak.

Melalui kontrak yang mereka sepakati, Rena diharuskan membuntuti Zac ke mana pun ia bertanding, diawali dengan pertandingan di Sirkuit Sachsenring, Jerman. Sebuah insiden yang terjadi di pertemuan pertama Rena dengan Zac justru mendekatkan mereka. Apalagi karakter Zac yang ramah dan supel berhasil memikat hati Rena. Berdua, mereka ke mana-mana, hingga orang-orang tak percaya lagi Rena adalah asisten Stanwell. (Yah, awalnya Stanwell mengenalkan Rena pada kru dan rekan setim Zac bahwa Rena adalah asistennya, untuk menyembunyikan identitasnya sebagai Cyanite. Tapi, karena Rena lebih sering bersama Zac, hal itu jadi tak masuk akal.)

Kedekatan Rena dan Zac perlahan-lahan menguliti kenangan pahit yang telah Rena kubur dalam-dalam. Peristiwa masa lalu yang memaksanya jadi sebatang kara meski sebenarnya tidak...
***

#RomantikInspiratif

Ini adalah judul suatu lomba menulis novel yang diadakan oleh Divapress tahun 2013 lalu. Tiga orang pemenang utamanya mendapatkan hadiah nonton MotoGP di Sepang, Malaysia. Novel Between Me and Your Horse of Steel ini adalah salah satu nomine yang terpilih sehingga berhak diterbitkan. Dan, bukan kebetulan jika novel ini mengambil tokoh pembalap MotoGP, dan rangkaian perlombaannya berakhir di sirkuit Sepang. Menurut pengamatan saya, mungkin penulis—dengan kreatifnya—sengaja memasukkan dua elemen itu dalam novelnya sebagai simbol motivasinya untuk memenangkan lomba yang berhadiah nonton MotoGP Sepang ini.

Novel ini pantas jadi nomine

Romantik

Novel ini punya tingkat keromantisan tinggi. Hubungan yang terjalin antara Rena dan Zac, yang awalnya belum saling kenal, hingga menjadi kenal, dekat, dan makin dekat, itu diceritakan melalui serangkaian peristiwa romantis yang bikin nangis karena ngiri sampai hati si jomblo teriris-iris. Gambaran diri Zac sebagai pembalap muda yang tampan, memiliki postur tubuh bagus, ramah, supel, dan romantis, membuat saya meringis. He’s too good to be true. Perlakuannya terhadap Rena—yang hidupnya begitu sepi, temannya hanya Jay seorang—sungguh manis dari awal.
Rena : Apa kau tidak terlalu muda untuk menikah?
Zac : Tidak, jika aku sudah menemukan seseorang yang tepat.
(hal. 120)

Inspiratif

Selain romantis, novel ini juga inspiratif. Sisi inspiratifnya ada pada perjuangan Rena untuk bangkit setelah hidupnya terjungkir. Sebagai anak seorang pemilik suatu perusahaan, dulu ia gemar berfoya-foya. Mabuk-mabukan sampai larut malam, hingga adiknya, Grace, selalu membukakan jendela kamarnya agar Rena bisa masuk rumah tanpa diketahui orangtuanya. Sesuatu hal terjadi, membuat ayahnya marah besar hingga mengusirnya. Nah, proses Rena menata hidupnya kembali pasca-diusir sampai berhasil menjadi penulis terkenal inilah yang disoroti Sianida sebagai sisi “inspiratif”. Sayangnya, proses perjuangan Rena tidak diceritakan. Ia diusir. Mendadak menemukan bakat menulisnya. Dengan (seolah) mudahnya, ia jadi penulis terkenal.
“Ia adalah salah satu novelis yang aktif menelurkan karya-karya yang tidak dapat dipandang sebelah mata.”(hal. 6)
Kisah masa lalu hidup Zac sebagai yatim piatu juga dimaksudkan sebagai bagian dari sisi “inspiratif”. Sayangnya, sisi “inspiratif”-nya tidak terlalu “inspiratif”. Ia belum mampu menginspirasi saya untuk memikirkan kehidupan, mengubah diri, atau yang lebih tinggi lagi[1]. Yah, meskipun bagian ketika ia bertemu kembali dan berdamai dengan keluarganya itu mungkin cukup mengharukan bagi sebagian pembaca. Oleh karena itu, novel ini jadi nomine; bukan jadi salah satu dari tiga pemenang utama. Kalau sisi inspiratifnya lebih “inspiratif”, mungkin ia berpotensi memenangkan hadiah nonton MotoGP Sepang. Hehehe.

Ide yang cukup unik

Baru kali ini saya membaca novel yang salah satu tokohnya berprofesi sebagai pembalap MotoGP. Saya juga baru tahu istilah-istilah di dunia balap motor, seperti pit box, motorhome, dan paddock girl.

Biografinya selesai, kok langsung nggak ada kabarnya lagi?

Penulisan biografi Zac oleh Rena memainkan peran penting menjadi alasan mengapa kedua orang itu bisa bertemu, iya, kan? Anehnya, setelah biografi itu selesai, tak ada diungkit-ungkit lagi. Bagaimana hasil tulisan Rena? Apakah biografinya laris di pasaran? Makin banyakkah orang yang nge-fans Zac? Atau sebaliknya?
Biografi selesai (atau nggak?), dan “bum!” mendadak Zac dan Rena akan menikah. Terlalu cepat untuk menikah, menurut saya.

Sampul depan lucu!

Sampul depannya sederhana, hanya berisi tulisan judul. Tapi, jenis, ukuran, dan warna huruf yang dipilih cute dan cukup menampilkan nyawa roman si novel. Meskipun hurufnya keriting, saya tidak mengalami kesulitan membaca judulnya. Saya jadi teringat akan desain sampul Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri.

Zac Zuares—Yakin Dia Orang Spanyol?

Melalui studi literatur dari berbagai sumber di internet, nama belakang “Zuares” tidak umum dipakai orang Spanyol. (Zac Zuares ini ceritanya pemuda asli Spanyol) Yang ada, Suarez, seperti Luis Suarez, si pesepakbola itu. Mungkinkah ini akibat typo yang dibiarkan saja? Menulis karya fiksi tetap harus memerhatikan logika dan realita, agar fiksinya terasa nyata dan masuk akal.

Ada yang aneh dengan Rena

Pertama, nama “Rena” terlalu berasa Indonesia jika dibandingkan dengan nama adiknya, Grace. Agak aneh.
Kedua, di masa nakalnya dulu, Rena tidak mungkin tidak pernah pacaran, atau minimal, dekat dengan laki-laki, kan? Biasanya, cewek gaul malam seperti itu punya banyak teman laki-laki (baik itu “teman” beneran atau tidak). Anehnya, ketika bertemu pertama kali dengan Zac dan tiba-tiba Zac menciumnya, ia bertindak-tanduk dengan sangat polosnya, seolah belum pernah dekat dengan laki-laki sebelumnya.

Alur cerita yang mudah ditebak

Alur ceritanya mudah ditebak, bagian endingnya juga. Tapi, novel ini tetap nikmat dilahap berkat bumbu-bumbu romannya.

Setting London yang berasa Indonesia

Meski novel ini mengambil setting London—kecuali sirkuit-sirkuit tempat Rena membuntuti Zac—tapi berasa di Indonesia. Suasana London tidak terbangun dengan baik. Setting London hanya nampak dari kata “London” dan “salju” yang dicantumkan penulis. Kalau tidak dicantumkan, saya pasti mengira Rena tinggal di Indonesia.

Ada beberapa kesalahan penulisan, misalnya:

1. Tiba-tiba sudut pandang penceritaan berubah, dari orang ketiga menjadi orang pertama.
“Jalan yang aku lalui adalah yang terbaik sejauh ini.” (hal 189)
Well, mungkin penulis memaksudkan kalimat ini diucapkan dalam pikiran Rena.
2. “toko ke sembilan” (hal. 156) à toko kesembilan

Kesalahan penulisan tersebut dapat terlupakan dengan mudah berkat alur yang mudah diikuti, dipadu dengan romansa dan drama keluarga. Pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis juga mampu tersampaikan dengan baik ke pembaca, sehingga buku ini layak dibaca sebagai hiburan yang agak berbobot.






[1] Bidadari-bidadari Surga itu adalah salah satu contoh novel inspiratif menurut saya.

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets