27 July 2015

[SiPiLis #1] Bang Sugha: Ingin Jadi Kaito Kid

Selamat datang di SiPiLis #1!

Pada edisi perdana kali ini, saya berkesempatan mengobrol dengan Bang Sugha, salah satu penulis Divapress, yang bukunya baru-baru ini terbit dan saya resensi bulan lalu. Ayo, tebak judulnya...?! *satu jam kemudian* Yah, nggak ada yang jawab? Baiklah, saya jawab sendiri, judulnya Konstatinopel.

Well, langsung saja, saya beberkan semua obrolan kami berdua, yang telah terekam CCTV 24 jam. *CCTV nggak ngerekam suara, ndes!*

Catatan
F: si Reveter
S: Bang Sugha


F:
Halo, Bang Sugha ^^
Saya sudah baca Konstantinopel, lho. Sudah saya resensi juga di sini *langsung sodorin resensi*
S:
Wah, makasih, ya, nanti saya baca.
F:
Saya penasaran, apa yang awalnya bikin Abang ingin menulis novel detektif seperti Konstatinopel ini?
S:
Awalnya, saya suka nonton serial Detektif Conan di televisi. Saya kagum dengan kepiawaian Gosho Aoyama membuat jalan cerita seperti itu. Dia membuat kasus-kasus yang rumit, lalu menggiring penonton untuk ikut berpikir memecahkan masalah. Mungkin, karena sudah terkontaminasi, saya jadi ingin sekali menulis novel dengan genre yang serupa. Tidak ada maksud atau motivasi tertentu, sih. Novel ini saya tulis murni sebagai hiburan. Jadi, saat menulisnya, saya berharap pembaca tidak berekspektasi terlalu tinggi ketika membaca novel ini.
F:
(Tenang, Bang, saya tidak berekspektasi apa pun ~~)
Saya jarang menemukan tokoh utama sebuah novel yang berprofesi sebagai intel BIN. Bagaimana awal mula kepikiran bikin tokoh utama orang BIN?
S:
Sebenarnya, saya tidak menentukan tokoh utama dulu. Yang pertama saya lakukan adalah mencari motif dan penjahatnya. Baru saya menentukan korban, dan terakhir si pengungkap. Kebetulan yang rasanya cocok dalam lingkup para tokoh tersebut adalah orang BIN. Saya mengangkat BIN hanya untuk keperluan cerita; saya tidak menceritakan detail pekerjaan orang BIN dan tidak dengan berani bersikeras bahwa seperti itu yang sebenarnya. Ini hanyalah fiksi, bahkan saya memasukkan sedikit komedi di dalamnya.
F:
Tolong ceritakan riset yang Abang lakukan untuk menulis Konstatinopel.
S:
Jujur, saya tidak begitu pede jika ditanya tentang riset. Karena seharusnya saya melakukan riset yang gila-gilaan untuk menulis novel ini. Tapi, riset yang saya lakukan begitu cetek. Saya berterima kasih kepada Larry Page dan Sergey Brin karena sudah menciptakan Google. Ada banyak koreksi yang disampaikan ke saya demi kesempurnaan novel ini.  Dan itu sebuah pembelajaran yang sangat berharga bagi saya.
F:
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk riset + menulis? Bagaimana siasat yang Abang lakukan untuk menulis di sela-sela aktivitas pekerjaan?
(FYI, Bang Sugha ini seorang pekerja keras yang sibuk)
S:
Saya mulai menulisnya tahun 2011, dan selesai satu tahun setelahnya. Sampai sekarang pun, membagi waktu antara menulis dan bekerja rasanya begitu sulit. Tidak ada trik maupun siasat tertentu. Jika ada waktu luang, maka itu adalah waktunya menulis. Simple. Menulis itu menyenangkan, jika tidak ada deadline.
F:
(Bang, kalau tidak ada deadline, novelnya nggak kelar-kelar, atuh >,<)
Mengapa Turki dipilih? Saya penasaran, jika nama kota Konstatinopel saja dijadikan judul buku, berarti ia penting, kan?
S:
Istanbul kota yang indah dan penuh sejarah. Saya berharap suatu saat bisa mengunjugi Istanbul, selain Liverpool tentunya. Saya tidak begitu lihai dalam memilih sebuah judul. Jadi, judul ini saya comot dari nama grup yang dibentuk para tokoh yang menjadi korban pembunuhan berantai. Saya tidak menemukan judul lain yang lebih pas untuk novel ini. Adakah saran lain untuk judul novel ini?
F:
(Misteri Jari Kelingking yang Hilang, Bang! Kalau ada “misteri”-nya begitu, biasanya calon pembeli langsung ngeh kalau ini novel detektif, haha)
Mengapa si pembunuh memilih jari kelingking (di antara jari-jari lainnya) untuk dijadikan sebagai "tanda"? Atau memang sekadar karena jari kelingking Ine terputus, sehingga pembunuh melakukan hal yang sama pada korban-korban berikutnya?
S:
Ada di bab terakhir J
F:
(Kurang puas baca akhirnya, Bang -.-)
Pernahkah Abang membayangkan diri sendiri sebagai seseorang yang tidak sengaja terlibat dalam proses pemecahan misteri pembunuhan? Jika ya, tokoh detektif seperti siapa yang Abang bayangkan?
S:
Saya justru membayangkan ingin menjadi penjahatnya. Bagi saya cerita thriller akan terlihat seksi jika penjahatnya begitu menyebalkan. Saya jadi teringat kata G.K. Chesterton,  “Penjahat adalah seniman kreatif, sedangkan detektif hanyalah seorang kritikus”. Jika harus memilih satu tokoh, Kaito Kid sangat menarik bagi saya. Eh, dia bukan detektif yah?
F:
(Terserah Abang, deh, yang penting seneng, wkwk)
Konstatinopel ini buku Abang keberapa yang diterbitkan?
S:
Ini adalah novel debut saya. And I’m so nervous about that.
F:
Adakah novel yang ingin sekali Abang tulis tapi belum kesampaian?
S:
Saya ingin menulis novel fantasi. Tentang dunia lain, tentang alien, tentang makluk jadi-jadian. Adegan peperangan. Adu kesaktian. Jurus-jurus pamungkas. Tipu muslihat. Penghancuran massal. Yah, seperti itu yang ada di otak saya.
F:
Sekarang sedang mengerjakan proyek menulis apa? Atau ada rencana tentang novel selanjutnya?
S:
Saya vakum setelah menulis Konstantinopel. Dan baru bangkit dari kubur tahun ini. Rasanya begitu sulit untuk kembali menulis. Ngos-ngosan. Tapi saya bertekad Konstantinopel bukan novel terakhir yang saya tulis.
F:
(Wah, semangat, Bang!)
Sebutkan 3 buku yang paling berpengaruh bagi hidup Abang dan mengapa?
S:
Uwoohhh!!! Saya bukan pembaca yang produktif. Saya yakin buku yang Mbak baca jauh lebih banyak daripada buku yang sudah saya baca. Awal saya membaca buku cerita mungkin terbilang telat, baru mulai saat SMP. Itu pun karena tugas Bahasa Indonesia untuk membuat resensi. Buku yang pertama saya baca adalah Misteri Hilangnya Sepeda. Saya boleh pinjam dari perpus sekolah. Di situ saya menyadari jika membaca itu menyenagkan. Tapi, asal Mbak tahu, sulit mencari buku cerita di kota saya. Sampai sekarang pun belum ada toko buku franchise di sana. Kemudian saya menyukai Harry Potter. Everybody loves Harry Potter, ya, kan? Ketika membaca buku itu rasanya tidak mau berhenti di tengah jalan. Mengundang penasaran. Lalu, buku terbaik yang pernah saya baca sampai saat ini adalah Angels and Demons. Saya sangat mengagumi bagaimana sebuah konspirasi di atas konspirasi disajikan begitu detail dan masuk akal.
F:
Hehe, memang, Bang, kerjaan saya kan meresensi buku, jadi buku yang saya baca banyak. Wah, sama seperti di kampung halaman saya, Juwana (sebuah kota di Pantura Jateng). Di sana juga tidak ada toko buku. Di situ saya merasa sedih. Makanya, awal-awal hidup di Yogyakarta, saya kalap tiap ke toko buku. Well, terima kasih atas waktu dan obrolannya, Bang ^^.
S:
Sama-sama,


Demikianlah obrolan singkat saya bersama Bang Sugha, penulis Konstatinopel, yang amat rendah hati dan suka menabung. Bagi teman-teman yang suka membaca novel detektif, boleh, lho, mencoba baca karya penulis lokal. Konstatinopel ini salah satu novel detektif lokal yang cukup bagus *bantuin promosi* (FYI, saya beri buku ini rating 3.5). Akhirnya, sampai jumpa di SiPiLis #2!




4 comments:

  1. Yeaay ... syelamat untuk lahirnya SiPiLis, ditunggu episode berikutnya.

    Friid sekalian aja ditambahin foto penulisnya, biar tahu ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahaha terima kasih Faj :D
      semoga ini bukan episode terakhir haha
      wah kalo itu saya blm berani cos kayaknya bang sugha malu2 kalau dipajang fotonya *ups

      Delete
  2. Wuah, baca postingan Mba, saya jadi penasaran sama novel Konstantinopel ini. Apalagi Bang Sugha fans Kaito Kid.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buruan beli Konstatinopel-nyaa *bantuin promosi hehe
      atau nantikan kuis di blog ini, akan ada Konstatinopel di dalamnya ;)

      Delete

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets