21 September 2015

[Resensi] How to Speak Dragonese

Judul: How to Speak Dragonese
(Hiccup Horrendous III, #3)
Penulis: Cressida Cowell
Penerjemah: Mutia Dharma
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan: II, Agustus 2010
Tebal: 263 halaman
ISBN: 978-979-433-585-7
Harga: Rp 9.000 (obral)
Rating saya: 4/5


Saya menemukan buku ini di sebuah book fair, dan langsung membelinya tanpa pikir panjang karena sampulnya yang lucu dan harganya cuma sembilan ribu. Ini pertama kalinya saya membaca buku serial How to Train Your Dragon (sebelumnya cuma menonton filmnya). Nah, karena filmnya sudah sampai sekuel kedua, lantas saya pikir (dengan lugunya) bahwa buku ini adalah kelanjutan dari film yang kedua. Ternyata (sepertinya) tidak begitu, karena:

  1. bukunya terdiri dari sebelas seri. Menurut saya, kurang realistis jika sebuah film bersekuel sampai belasan. Harry Potter saja (cuma) sampai 7, dan seri ketujuhnya dibagi dua.
  2. seingat saya (maaf kalau salah), saya pernah melihat ada adegan dalam buku ketiga ini di film Jadi, seri buku sepertinya tidak sinkron dengan seri film. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan signifikan antara film dengan buku, seperti dilansir oleh halaman How to Train Your Dragon Wiki.

***
"Pada zaman dahulu kala, ada banyak naga...." (hal. 15)


Hiccup adalah seorang anak laki-laki suku Hooligan Berbulu bangsa Viking. Umurnya kurang dari 12 tahun, dan masih jauh dari ekspektasi ayahnya tentang gambaran 'pahlawan Viking yang kuat'. Bagi Stoick Agung, kepala suku Hooligan Berbulu, anaknya itu hanya memalukannya saja. Naga Hiccup, Toothless, pun bertubuh kecil dan tak bergigi--tak menyeramkan sekali sebagai naga. Hiccup adalah satu-satunya orang yang mengerti Bahasa Naga. Ia telah menuliskan selama hidupnya bersama Toothless, sebuah buku berisi pelajaran bagaimana berbicara Bahasa Naga.

Pada buku ketiga ini, Hiccup sedang mengikuti Program Pelatihan Bajak Laut, dengan Gobber The Belch sebagai instrukturnya. Dalam pelajaran Mendarat di Perahu Musuh, Hiccup berpartner dengan Fishlegs, bersama-sama mengendarai perahu bobrok bikinan mereka berdua, The Hopeful Puffin. Gobber menugaskan mereka untuk mendarat di perahu musuh target yang mudah, yaitu perahu nelayan dari Negeri Damai. Alih-alih mendarat di perahu nelayan, Hiccup dan Snoutlout malah mendarat di atas kapal Romawi, yang penuh dengan legiun serdadu Romawi dan naga-naga hasil curian dalam jeruji. Tampaknya mereka akan menyerang bangsa Viking! Dengan bantuan Toothless, Hiccup dan Snoutlout berhasil kabur dari orang-orang Romawi. Tapi, sayang sekali, si Prefek Ceking berhasil merebut separuh bagian buku Bagaimana Caranya Bicara Bahasa Naga. Tak hanya itu, prefek Romawi itu juga berhasil menangkap Toothless! Nah, mengapa si Prefek Ceking terlihat sangat mengincar Hiccup? Identitas sebenarnya akan terbongkar kemudian!

Mereka berhasil kembali ke Pulau Berk dengan membawa helm serdadu Romawi. Tapi kembalinya mereka dari situasi darurat malah dianggap hal yang memalukan. Poin yang menjadi fokus Gobber dan Stoick adalah, dua anak itu 'salah mendarat di kapal Romawi dan tersesat'.

"Bangsa Viking tidak pernah tersesat." (hal. 89)

Stoick dan Gobber abai terhadap kemungkinan bahwa bangsa Romawi akan menyerang mereka, entah bagaimana caranya. Stoick juga tidak percaya akan analisis Hiccup (berkat kemampuannya berbahasa Latin), bahwa orang Romawi sedang mengadu-domba suku Hooligan Berbulu dengan suku Bog-Burglar. Akhirnya Hiccup dan Fishlegs terdampar di Benteng Seram. Di sana mereka punya kesempatan untuk menyelamatkan Toothless dan diri mereka sendiri. Dan, oh, mereka bertemu dengan Camicazi, anak perempuan ahli waris suku Bog-Burglar. Bersama-sama mereka mengatur rencana untuk kabur.... Well, sebelum sepasukan naga hiu cacing menyerang!

Sumber di sini.
***

"Tetapi ukuran bukanlah segalanya [...]. Betapapun kecilnya kita, kita selalu harus memperjuangkan apa yang kita percayai. Dan maksudku bukan berjuang dengan kekuatan kepalan tangan kita atau kekuatan pedang kita [...]. Maksudku adalah kekuatan otak dan pikiran dan mimpi kita."
(Hiccup, hal. 254-5)

Buku ini diawali dan diakhiri oleh tulisan bersudut-pandang 'aku' milik Hiccup dewasa--saat dia sudah menjadi Pahlawan Viking Besar Terakhir. Ceritanya, dia sedang menyelami masa lalunya sebagai Hiccup yang kecil dan sama sekali bukan anak lelaki yang kuat. Seperti umumnya cerita anak-anak, pola cerita buku ini mengikuti pola 'kebajikan melawan kejahatan', yang diwakili oleh Hiccup melawan si Prefek Ceking. Selain itu, tokoh antagonis lain adalah Gobber dan Snoutlout, salah satu teman sepantaran Hiccup yang fisiknya kuat (Viking bangetlah!) dan sombong. 


Tokoh Hiccup merupakan simbol perlawanan terhadap konvensionalisme. Ia sangat berbeda dari orang Viking kebanyakan, sehingga dianggap 'salah'. Banyak fenomena di dunia nyata yang menggambarkan bahwa 'berbeda itu salah'. Contohnya, peristiwa yang sempat meledak saat itu, tentang PR matematika seorang anak SD yang disalahkan oleh sang guru, karena masalah perbedaan 4 x 3 dan 3 x 4. Dalam kasus Hiccup, perbedaannya itu malah menguntungkan. Ia punya otak cerdas, kreatif, dan rasional yang jarang dimiliki oleh orang-orang Viking kebanyakan. Ia bisa berbahasa Latin (bahasa orang Romawi), yang dikecam oleh ayahnya, tapi memberikan keuntungan. Ia jadi bisa mengerti pembicaraan orang Romawi tentang rencana mengadu-domba suku Hooligan Berbulu dan Bog-Burglar. Rasionalitas otak Hiccup nampak, salah satunya, ketika ia menghadapi Camicazi yang meledak-ledak.
Sumber di sini.

CAMICAZI: Ibuku bilang satu-satunya orang Hooligan yang baik cuma orang Hooligan yang sudah mati.
HICCUP: Itu lucu, karena ayahku bilang satu-satunya orang Bog-Burglar yang baik cuma orang Bog-Burglar yang sudah mati--dan yang benar-benar menghibur adalah, kalau kita nggak bersatu, dalam dua minggu, kita berdua bakal SANGAT BAIK, dan SANGAT MATI.
(hal. 154-5)

Tokoh Camicazi dan suku Bog-Burglar pada umumnya, adalah simbol dari emansipasi wanita. Mereka adalah pejuang-pejuang wanita yang kuat dan tidak kenal takut. Dan Camicazi mengklaim dirinya sebagai 'ahli melarikan diri'.
Sumber di sini.

Tokoh Stoick Agung adalah simbol orang tua yang terlalu berekspektasi tinggi terhadap anaknya, tanpa sadar bahwa 'mereka hanyalah anak-anak'. Awalnya, ia juga mengabaikan segala peringatan Hiccup akan penyerangan bangsa Romawi; bahwa sukunya dan Bog-Burglar sedang diadu domba. Sebagai kepala suku, keputusannya harus dipertimbangkan sebijaksana mungkin. Tapi, akhirnya, ia mampu memercayai Hiccup.

Tokoh naga Toothless dan Naga Nano mewakili sosok Hiccup dalam dunia naga. Kalau Toothless sangat kecil, maka Naga Nano adalah 'kecil' pangkat 10 minus 9.

Sumber: di sini.

"Satu-satunya hal yang mengesankan soal Toothless adalah betapa kecilnya ia. Si naga ompong ini hanya setengah ukuran naga-naga milik anak-anak lain." (hal. 21)
[Ngakak baca kalimat terakhir, hahaha!]

Meski suka merajuk dan terkadang sangat menyebalkan, Toothless sangat menyayangi Hiccup, terbukti dari tindakan penyelamatan yang ia lakukan di atas kapal serdadu Romawi. Saya suka membaca bagian interaksi Hiccup--Toothless. Semacam 'benci tapi cinta'. Haha. Saya ikutan sebal dengan kelakuan Toothless yang pemalas, ngambekan, dan suka seenaknya. Tapi, begitu membayangkan bentuknya yang imut, saya nggak jadi sebal lagi. (gambar animasi Toothless)

Sementara itu, Naga Nano bekerja sama secara kolektif memanfaatkan kecerdikannya untuk membantu Hiccup. Kemudian, Naga Hiu Cacing bisa dianggap mewakili bangsa Viking secara umum, atas fisiknya yang besar dan menyeramkan; 'salah satu predator paling menyeramkan di lautan' (hal. 49). Namun, segerombolan Naga Hiu Cacing bisa dikalahkan oleh Hiccup and the gang. Tokoh si Prefek Ceking menyimbolkan pengkhianatan, keculasan, dan kejahatan terselubung (terkait identitas sebenarnya, yang tidak akan saya bocorkan di sini, hehe).

***
Buku ini lumayan menyegarkan saya, yang sudah kebanyakan membaca novel agak serius/dewasa/cinta-cintaan yang memualkan. Cerita dan bahasanya khas ditujukan untuk anak-anak, tapi tidak kekanak-kanakan. Nama-nama tokoh, nama benda yang lucu (atau lebih tepatnya konyol), bikin cerita makin lucu. Ilustrasi dan coretan-coretan di dalamnya menambah keasyikan membaca. Konsep buku ini seolah-olah ditulis oleh Hiccup, seperti konsep buku Fantastic Beast and Where to Find Them karya J.K. Rowling. Selain itu, ilustrasi-ilustrasi kasarnya mirip dengan buku seri Diary of A Wimpy Kid karya Jeff Kinney (sayang, saya tidak punya bukunya dan belum pernah baca).




Alurnya bergerak cepat dan seru, sehingga sangat menyenangkan diikuti. Banyak pelajaran berharga terselip di ketiak Bertha si Pundak Lebar (hihihi), seperti 'jangan meremehkan makhluk kecil yang terlihat lemah'. Contohnya, naga nano dan Hiccup yang--kecil tapi cerdas--mampu kabur dari serdadu Romawi dan dari naga-naga hiu cacing yang mengerikan. 

"Dan tiba-tiba, aku menyadari dengan begitu jelas betapa kecilnya kita ini dibandingkan dengan lautan alam semesta. Seperti serangga yang sombong! Seperti amoeba yang sok!"
(Hiccup, hal. 254)

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets