11 December 2015

[Resensi WRECKING ELEVEN] Kesebelasan Garuda Baja yang Berjiwa Cukup Baja

Judul: Wrecking Eleven
Penulis: Haris Firmansyah
Editor: Dyas
Penerbit: PING!!!
Cetakan: I, 2015
Tebal: 180 halaman
ISBN: 978-602-279-179-9
Harga: Rp 36.000,00
Rating saya: 3/5


Tas sekolah yang diseret macam koper sempat ngetren saat saya masih SD dulu. Adalah seorang teman cewek yang pertama kali memiliki tas seperti itu, berwarna pink dan bergambarkan Disney's Princesses. Saya pun latah. Merengek pada Mama, pengin dibeliin juga. Zaman segitu, tas itu harganya seratus ribu lebih, dan Mama saya lebih milih makai uang segitu buat belanja seminggu ketimbang beliin anaknya tas gledekan. Sebelum tren tas gledekan, sempat ngetren juga skuter gara-gara demam Teletubbies. Si teman cewek yang tadi saya sebutin, juga yang pertama kali membawa skuter ke sekolah, sambil nyerocos, "Piripiripiripooo!" Gila!
Tazos, sumber di sini.

Saya nyaris yakin, kamu pasti juga pernah mengalami fenomena serupa. Masih umur segitu, wajarlah kalau pengin ikut-ikutan nyemplung arus biar dibilang gaul. Seto, tokoh utama dalam Wrecking Eleven juga pernah mengalami hal serupa waktu SD. Saat teman-temannya main tamagotchi Digimon, Seto pengin dibeliin juga. Namun, ketika akhirnya Emak membelikan tamagotchi, Digimon telah beralih ke Pokemon, tamagotchi udah nggak gaul lagi. Ternyata nggak sekali itu Seto telat gaul. Berikutnya, permainan tazos, beyblade, mengalami hal serupa. Dalam pertarungan beyblade, gasing Seto dihajar telak oleh gasing Rahmet. Lalu masuklah ke zaman tamiya meraja. Beruntung, kali itu Seto berhasil punya tamiya sendiri sebelum tren balapan tamiya meredup. Apalah dikata, Seto asal ikut lomba aja, nggak paham kalau sebelum diikutkan lomba, tamiya sebaiknya dimodifikasi agar bisa lebih cepat, lebih keren, dan tentunya nggak pakai baterai bekas jam dinding! Bisa ditebak, tamiya Seto menjelma siput! Lagi-lagi, ia diolok-olok Rahmet.
Beyblade, sumber di sini.

Eits, tunggu dulu. Setelah melewati segala kesialan masa kecil, akhirnya Seto menemukan keahlian dan passionnya: sepak bola. Peristiwa pecahnya kaca rumah Pak RT akibat tendangan Rahmet, mempertemukan Seto dan Mulyadi pada sosok pecinta sepak bola dalam diri Pak RT. Ternyata, beliau adalah pengasuh ekskul sepak bola SMP Kubang Bekicot, yang katanya sangat keren. Langganan menang kejuaraan. Tapi, SMP itu bukan SMP favorit. Singkat cerita, akhirnya Seto dan Mulyadi, (serta Rahmet juga ternyata) bersekolah di situ. Inilah awal mula karier Seto, yang mengidolakan Tsubasa, dalam tim sepak bola SMP Kubang Bekicot yang berhasil memenangkan kejuaraan lagi dan lagi!
Tamagotchi, sumber di sini.

Dikarenakan cinta tak sampai pada Gadis, karena cewek itu malah kelihatan dekat sekali dengan Rahmet, (padahal sebelumnya Seto yakin kalau cewek itu tertarik padanya, karena tak pernah absen menonton latihan sepak bolanya) hati Seto pedih melihatnya. Sampai tiba saatnya masuk SMA, Seto sengaja tidak mendaftar di SMKN 13 yang terkenal memiliki ekskul sepak bola yang keren, karena Gadis dan Rahmet juga mendaftar di sana. Seto tersesat di SMA Garuda Baja, yang dulunya punya tim sepak bola yang sangat keren, tapi sekarang tak lagi, karena suatu masalah di masa lalu.
"Sekolahku adalah sekolah K-pop. Sepak bola kurang populer karena cowok-cowoknya lebih gandrung dengan eskul dance ala boyband Korea. Cewek-ceweknya apalagi." (hlm. 42)
Bagaimana Seto akan menempatkan dirinya di SMA Garuda Baja? Tidak ada eskul sepak bola, lantas ia harus masuk eskul apa? Ogah, ah, kalau ikut-ikutan lagi!
"Mengikuti arus nggak selamanya bikin kita gaul. Bisa jadi, kita malah hanyut dan tersisihkan. Sekarang, aku udah nemuin passion-ku. Aku harus bertahan dengan passion ini. Walaupun kondisi sekolahku sekarang nggak memfasilitasi untuk aku mengembangkannya." (hlm. 46)
***
"Daripada dateng ke pernikahan sepupuku dan jadi pagar bagus, aku lebih memilih bertanding di final dan jadi pagar betis." (Seto, hlm. 154)

Haris Firmansyah memang memiliki spesialisasi menulis genre komedi, terlihat dari buku-buku yang telah lahir dari rahimnya *lhoh*. Date Note, Nyengir Ketupat, Cireng Forever, All About Teen Idols, Good Hobby vs Bad Habit, dan Koplak Mengejar Cinta. Namun, ini adalah novel pertamanya. Bergarisbesarkan cerita remaja yang kadung gandrung pada sepak bola, persahabatan antarpemain, dan sedikit bumbu romance, halaman demi halaman dalam novel ini mengalir ringan dalam balutan komedi. Ya, komedi, tapi nggak berarti tanpa pelajaran yang bisa dipetik.

Saya bisa bilang kalau penulis termasuk kaum muda kekinian, terlihat dari elemen-elemen yang ia masukkan dalam novel. Yang paling mayor adalah tentang eskul dance K-pop di SMA Garuda Baja, yang bikin gedek-gedek kepala. Ada adegan ketika para cowok dancer kemayu itu menarikan lagu Mr. Simple dari Super Junior, juga adegan ketika sang kepsek niruin gerakan Gangnam Style-nya Psy. Beneran, ini sekolah K-pop! Gimana nggak, kepseknya sendiri yang menginisiasi eskul K-pop, dan beliau sendiri juga K-poper -_-. Konyol, ya? Boleh jadi, awalnya kamu akan ngira ini konyol dan nggak masuk akal, tapi belakangan kamu akan sedikit memahami setelah tahu alasan di balik semua itu.

Dari Bang Jep, salah satu punggawa sepak bola kawakan SMA Garuda Baja yang masih tersisa, Seto mengetahui bahwa dulunya sekolah itu punya eskul sepak bola yang keren. Namun, kericuhan yang terjadi di suatu pertandingan final lawan SMKN 13, berujung pada dibekukannya eskul itu. Kemudian, sang kepsek punya ide untuk mendirikan eskul dance, agar para cowok di sekolah itu belajar menari ala K-pop, sehingga hati mereka jadi lebih lembut dan nggak beringasan. Semua itu agar kericuhan serupa tidak terjadi lagi. Unik, ya, jalan pikir Pak Kepsek? Hahaha.

Seperti halnya tokoh utama dalam novel Ketua Kedua, yang berusaha mendirikan eskul cosplay, di Wrecking Eleven, Seto, dibantu Bang Jep, berjuang mendirikan kembali eskul sepak bola. Berkat Cakra, yang nggak sengaja menjadi orang kesebelas, akhirnya Pak Kepsek menyetujui pendirian kembali eskul sepak bola. Menyongsong Piala Wali Kota, mereka berlatih sangat keras. Ketika menghadapi pertandingan pertama babak penyisihan, mereka baru dua kali latihan. Bandingkan dengan lawan mereka, SMKN 13, yang akhirnya membabat habis 8-1. 

Berkat bantuan dari Bang Japra, pelatih silat Ghani, si kiper, mereka menerapkan teknik silat soccer. Teknik ini membantu tim Garuda Baja, yang tadinya tim ecek-ecek dalam klasemen, menjadi tim yang cukup diunggulkan. Yah, menjelang akhir, bisa ditebak, sih, kalau tim ini nantinya akan melaju ke babak final, dan bertemu lagi dengan SMKN 13. Eits, jangan pesimis dulu akan akhir ceritanya! Banyak kejutan dan perubahan keadaan menjelang akhir, terutama yang melingkupi para anggota awal tim Garuda Baja.

Penulis berhasil menggambarkan adegan-adegan pertandingan sepak bola dengan seru. Saya cukup terhanyut waktu membacanya. Maklum, sejak ngekos dan nggak punya tivi, terakhir kali saya nonton pertandingan sepak bola adalah final Piala Dunia 2014. Waktu itu saya lagi Kuliah Kerja Nyata di pedalaman, dan kami nonton rame-rame di rumah warga. (Meski di pedalaman, tivi mereka bagus-bagus, lho!) Saya cukup puas, karena adegan pertandingan sepak bola menguasai, mungkin 2/3 bagian novel, atau bahkan lebih. Jadi, kover depan yang bergambar bola dan sepatu, nggak bohong. Isinya beneran tentang sepak bola.

Cerita dituturkan dari sudut pandang orang pertama Seto, jadi wataknya tergambar nyata. Cowok berambut mirip Tsubasa itu memang gigih dalam memperjuangkan cita-citanya. Kalau kadang ada hal lebay, itu nggak aneh sih, soalnya bagaimana pun juga, ini memang novel komedi. Lewat tingkah para tokohnya, penulis seakan menyindir kondisi sosial masyarakat Indonesia zaman sekarang. Para remajanya demen K-pop, kerjaannya nonton Running Man di laptop, padahal kalau dulu paling main sepak bola atau bulu tangkis bareng temen-temen. (Eh, btw, saya juga demen K-pop, sih, tapi saya jarang banget nonton Running Man.) Ia juga menyindir kinerja para pembesar PSSI yang kalah mencintai persepakbolaan Indonesia dibandingkan Pak RT. Mungkin para pembesar PSSI itu ada yang seperti Pak Karjo, guru penjaskes SMA Garuda Baja, yang nggak ngerti bola. Bahkan, ia ogah banget waktu diminta tim untuk mewakili guru sekolah menemani mereka saat tanding.

Karakter Bang Jep saya sukai karena kepemimpinannya. Ia selalu mampu membangkitkan semangat para anggota tim. Selain itu, di lapangan, ia juga sering mengalah dengan memberikan umpan empuk pada anggota yang lain. Ia bukan pemain egois seperti Bowo, salah satu tokoh yang muncul di awal, dan nantinya akan muncul lagi di akhir.

"Selain skill, yang dibutuhkan seorang pemain bola adalah attitude." (Pak Wah alias Pak RT, hlm. 31)
"Di lapangan, kita satu tim. Di luar lapangan, kita sahabat!" (hlm. 176)
Novel komedi ini cukup menyegarkan untuk hiburan di sela-sela rutinitas menyebalkan. Apalagi bagi yang menyukai sepak bola, novel ini cukup memuaskan dahaga akan kegilaan di tengah lapangan.

7 comments:

  1. Wah, Frida. Review kamu bagus banget. Lengkap sama gambar tazos dan tamagotchi. Hahaha. Makasih ya. Saya seneng bacanya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, halo Bang Haris! :D
      Saya jg seneng pas baca cos sambil ngakak2 :D
      Maaf ya kalau terlalu spoiler reviewnya hihi

      Delete
  2. Ulasannya lengkap.. Bisa2 orng jadi gausah baca hahahaha...

    But, keren sih. Detil bgt.. Bang haris emng keren..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi ciri khas review saya emang lengkap dan cenderung panjang, Bang Tofik. Soalnya saya juga suka baca review yang demikian. Hehe. Tetep beli lah, kan dari review yg detil itu jadi tau bukunya layak dibeli atau nggak :)

      Delete
  3. Wah menarik banget nih bukunya. Gambarannya jelas. Jarang sih penulis yang mau ambil tema olahraga. Kalo pun ada unsur itu, biasanya hanya pajangan. Terakhir baca novel olahraga yang rada banyak porsinya itu novel 3 dr penulis 5 cm. Olahraga yang diulas di novel tersebut olahraga bulutangkis

    ReplyDelete
    Replies
    1. judulnya 2 apa 3 ya. Lupa. udah bacanya lama banget dan novelnya.udah gak.punya...

      Delete
    2. Iya bener banget. Di novel ini banyak adegan pertandingan sepak bola, jadi seneng bacanya :D

      Delete

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets