29 April 2016

Bagaimana Feromon Bekerja (Resensi "Imaji Dua Sisi")

image
Judul Buku: Imaji Dua Sisi
Penulis: Sayfullan
Tebal: 332 halaman
Penerbit: deTEENS
Cetakan: Cetakan pertama, Juni 2014
ISBN: 978-602-7968-86-8
Harga: Rp 42.000,00


Feromon dan “Perfume

Apa yang membuat kita tertarik dengan lawan jenis? Apakah keindahan fisiknya yang tak dapat dipungkiri oleh mata? Atau…, kepribadiannya yang manis? Tak mustahil juga bahkan kita tak tahu alasannya. Namun, bagaimana jika yang membuat kita terobsesi adalah suatu zat kimia bernama FEROMON?

Tunggu dulu. Apa itu FEROMON?
“...aroma dasar yang secara naluriah menciptakan kedekatan antarindividu… zat kimia alami yang ditransmisikan lewat udara dan secara khusus berfungsi sebagai perangsang lawan jenis.” – Bumi (halaman 12)
Namun, tampaknya keberadaan feromon dalam tubuh manusia masih menjadi perdebatan.
image
Sumber gambar di sini.

Pernahkah kalian membaca novel thriller berjudul “Perfume” karya Patrick Süskind—tentang pembunuhan misterius para perawan untuk mengekstrak aroma tubuhnya menjadi parfum? Pertama kali membaca bagian prolog novel ini, saya teringat kisah tersebut.
“Demi mendapatkan Lintang, saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk berhasil mengekstrak feromon dari tubuhnya.” – Bumi (halaman 315)
“Hanya tinggal menunggu waktunya saja untuk menguji coba apakah tetes demi tetes minyak dalam botol kecil ini berfungsi dengan baik atau tidak.
‘Bersiap-siaplah, Lintang!!!’” – Bumi (halaman 320)

Tiga Rasa yang Bertabrakan

Bara, Lintang, dan Bumi dipertemukan di hari pertama ospek jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang. Takdir mungkin yang membuat mereka bertiga tergabung dalam satu kelompok ospek. Tiga manusia itu memiliki kepribadian yang sangat berbeda-beda, tapi itu membuat mereka makin dekat. Bara adalah tipe lelaki idola di novel-novel teenlit: ganteng, keren, jago basket, supel, tapi menyembunyikan suatu rahasia tentang dirinya. Sementara itu, Lintang adalah gadis yang supel juga, tapi menyimpan masa lalu yang ingin ia tinggalkan dengan pindah ke Semarang. Lain lagi dengan Bumi, yang pendiam dan sering merasa rendah diri, tapi paling terobsesi pada ilmu kimia. Bagi Bumi, yang menyimpan masa lalu kelam, sosok Lintang mengingatkannya akan ibunya tercinta.
Setelah melewati kejamnya ospek jurusan dan mengerjakan tugas-tugas bersama, hubungan mereka makin dekat dan rumit. Cinta segitiga terjalin di antara mereka, seperti bisa ditebak. Namun, Lintang belum siap menentukan hatinya. Apalagi dengan terjadinya insiden yang nyaris menggagalkan pernikahan kakaknya, Langit, dengan Rakai.

Sebenarnya Bara ingin mengatakan perasaannya kepada Lintang sebelum ia menghilang. Bumi, yang tanpa sengaja memergokinya—telanjur mengira Bara adalah pengkhianat. Hal ini membuat Bumi melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Siapakah yang sebenarnya dicintai Lintang? Bara, Bumi, atau lelaki dari masa lalunya? Dan, ke manakah Bara menghilang selama setahun kemudian? Akankah ia menepati janjinya untuk memberi petunjuk bagi Bumi dan Lintang?

Novel dengan Bau Zat Kimia

Membaca novel ini menyuntikkan ide di kepala saya untuk menulis novel berbau Teknik Fisika *jangan, ampun!*. Saya memberi apresiasi kepada penulis, atas tema segar meski aneh yang diangkatnya. Ketika membaca bagian prolog, saya berharap ini akan menjadi novel thriller. Yah, ternyata bukan. Huhuhu.

Sebenarnya, benang merah cerita yang dijahit penulis bukanlah hal baru. Kisah tentang persahabatan tiga orang mahasiswa yang malah dikeruhkan oleh tumbuhnya cinta segitiga. Namun, penulis berinovasi dengan menambahkan rasa ilmu Teknik Kimia di dalamnya. Yang menjadi sorotan utama penulis adalah suatu zat bernama feromon. Ternyata, menurut para ahli (dari beberapa sumber yang saya baca), keberadaan feromon manusia masih merupakan kontroversi. Meski begitu, proses mengekstrak feromon yang dipaparkan penulis terasa sangat terpercaya (karena saya awam dalam hal kimia macam begitu, kecuali Kimia Dasar. Hehehe) dan seru! Tapi, saya skeptis bahwa orang bisa jatuh cinta dengan lawan jenis hanya karena feromon.

Dari awal hingga mendekati akhir cerita, it was okay. Saya suka gaya bercerita penulis, yang bisa menjelma menjadi tiga pribadi dengan sudut pandang yang berbeda. Selain itu, pemilihan kata yang digunakan penulis juga beragam, dirangkai dengan cara yang unik, sehingga tidak membosankan. Ditambah lagi dengan istilah-istilah ilmu Kimia—yang terkadang terasa dipaksakan—tapi bisa membikin cerita lebih segar. Salah satu bagian kesukaan saya adalah tentang “teori konsentrasi” yang digunakan Bumi untuk menyemangati Lintang.
“Cobaan hidup ini layaknya asam asetat yang pekat. Masam dan bau. Tapi, jika hati kita bisa seluas sungai dalam menerima atau mau untuk belajar ikhlas, cobaan itu tak akan pernah terasa.” – Bumi (halaman 242-243)
Mendekati bab 26, bab terakhir, sesuatu yang membingungkan saya terjadi. Akhir yang aneh dan kurang memuaskan, menurut saya awalnya. Tapi mungkin itu hanya karena saya belum memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis. Setelah mencapai halaman terakhir, saya kembali ke prolog dan mulai menduga-duga. Mungkin saja, tulisan di bagian prolog itu adalah bagian dari novel thriller tentang ekstraksi feromon karya Bara, atau itu hanya mimpi yang dialami Bumi?
Terdapat beberapa kalimat tidak efektif atau yang tidak bisa saya mengerti, seperti berikut ini.
“Kelainan memang cewek berpipi gempal di depan.” – Bara (halaman 26)
“Dengan cukup outfit sebuah kaus, jeans belel, sepatu kets, gue sudah merasa siap dengan semua angkatan gue.” – Lintang (halaman 85)
“Ah, malam ini aku tidak ingin sedang memikirkan Lintang.” – Bara (halaman 133)
Dan juga, istilah dalam bahasa daerah, “midodareni”, akan lebih baik jika diberi keterangan apa artinya (halaman 273). Dan, tentang siapa yang sebenarnya Lintang cintai, menurut saya adalah Bara. Mungkin tanpa sadar, Lintang berkata bahwa ia mencintai Bumi hanya karena ia ingin mengetahui di mana Bara berada.
“Biar Lintang sadar, agar dia tahu siapa sebenarnya yang benar-benar dia cintai, yang ada di hatinya selama ini.” – Bara (halaman 329)
Selain itu, saya juga menduga mengapa judulnya "Imaji Dua Sisi". Mungkin ini melambangkan dua orang yang mencintai Lintang, yang masing-masing memiliki bayangan tersendiri terhadap diri Lintang. Atau, bisa juga berkaitan dengan kisah ekstraksi feromon terhadap Bara, dari dua sudut pandang: kisah sebenarnya dan kisah dalam novel Bara.

Novel unik ini cukup nikmat dibaca, apalagi bagi para pecinta ilmu kimia, bisa menambah pengetahuan juga.

Tiga bintang untuk feromon yang membuat Bumi terobsesi.

Catatan:
Resensi ini sebelumnya saya unggah di Tumblr, karena waktu itu saya harus segera mengunggahnya, tapi koneksi ke blogspot susah. Nah, demi kerapian arsip resensi, resensi ini sekarang saya unggah juga di blogspot.

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets