Tutup |
Penulis: Ca Editor: Misni Parjiati Tebal: 460 halaman Penerbit: Divapress Cetakan: Pertama, Desember 2014 ISBN: 978-602-255-773-9 Harga: Rp 50.000,00 Rating saya: **** |
"Park Yookwon bergerak bagai bidak catur yang arah gerak dan banyak langkahnya ditetapkan tangan-tangan penguasa. Itulah yang ia namakan kebahagiaan. Berada dalam permainan tanpa cacat. Pernikahan itu tak berarti apa-apa selain uang."
(halaman 17-18)"Jaeho menganggap bantuan kita mengolok-oloknya di depan Remi. Mungkin... sebenarnya kita memang agak berlebihan memperlakukan kondisi Jaeho. Bagaimana bila ia sesungguhnya tak membutuhkan bantuan?"
(Hyesung, halaman 169)"Karena jika kau ingin mencapai tujuan di seberang lautan itu, mau tak mau kau harus membangun sebuah perahu. Perahu yang kokoh agar sampai dengan selamat." (Hyesung pada Chunhee, halaman 256)"Maaf, selama ini menipu kalian semua... aku pantas mati. Aku lelah..., aku ingin mengakhiri hidup penuh kebohongan ini."
(Shiyoon, halaman 424, 426)
Semenjak dunia novel berlatarkan Korea ataupun yang bertokohkan idola K-Pop telah runtuh, saya agak membatasi diri terhadap kontaminasi novel sejenis. Paradigma yang telanjur terbentuk berkat novel-novel K-Pop yang dulu pernah mendominasi pasar fiksi Indonesia (dan sulit menemukan yang berkualitas di antara mereka) membuat saya berhati-hati dalam membaca novel tentang Korea. Novel ini pun awalnya membersitkan sedikit rasa cemas pada saya, bahwa ceritanya akan klise. Hmm, ternyata tidak juga. Paradigma saya tidak selalu benar.
Pertama
kali menengok sampulnya yang terkesan feminin, saya kira buku ini akan
bertokoh-utamakan perempuan. Hmmph, ternyata dugaan saya dimentahkan. Buku ini bercerita tentang lima laki-laki satu geng, yang terdiri dari Oh Hyesung, Park Yookwon, Kim Chunhee, Byun Jaeho, dan Do Shiyoon. Meski mereka telah bersahabat sejak lima tahun lalu, dan sudah saling membagi cerita dan rahasia sejak itu, tak berarti bahwa tak ada lagi rahasia yang tersisa. Nyatanya, kehamilan Gain, istri Yookwon masih menjadi rahasia, sampai Yookwon mengatakannya pada Hyesung. Ketidakharmonisan rumah tangga Chunhee yang selama ini selalu terlihat baik-baik saja pun akhirnya terbuka di hadapan Hyesung. Permasalahan pernikahan Jaeho dengan Moonhye yang tidak disetujui oleh keluarga sang istri pun muncul kembali ke permukaan. Belum lagi munculnya orang dari masa lalu yang hendak merebut Moonhye dari Jaeho dan berisiko membahayakan nyawa Remi, putri mereka. Namun, barangkali, rahasia terbesar dan tergelap selama ini berhasil disimpan rapi oleh Shiyoon, sebelum pertemuannya dengan Shin diketahui oleh Hyesung.
"Rahasia-rahasia sahabat yang dititipkan padamu" sangat cocok menjadi tagline novel ini. Sebagai satu-satunya yang belum menikah di dalam gengnya, Hyesung turut terseret permasalahan rumah tangga para sahabatnya karena rahasia yang mereka bocorkan (secara sukarela maupun tidak) padanya. Persahabatan mereka, mungkinkah terus bertahan ketika masalah pribadi mengguncangnya?
***
Buku ini bagaikan empat novelet yang digabung menjadi satu, dengan narator 'aku' Oh Hyesung. Bab 1 didedikasikan untuk Yookwon, bab 2 untuk Jaeho, bab 3 untuk Chunhee, dan bab 4 untuk Shiyoon. Sementara itu, kisah Hyesung memiliki porsi tersendiri yang menggentayangi cerita dari awal hingga akhir. Di bagian awal, penulis langsung menantang pembaca dengan konflik pertemuan Hyesung dengan seorang gadis mencurigakan bernama Nam Sooni, dalam suasana yang tidak menyenangkan pula. Di bagian ini, saya curiga jika nantinya gadis ini malah akan menjadi kekasih Hyesung. Hmm, ternyata benar, tapi proses menuju ke sana dan kejadian-kejadian setelahnya masih tak terduga.
Untuk mengeksplorasi cara berpikir dan bersikap tiap tokoh utama dalam tiap bab, penulis menggunakan sudut pandang penceritaan orang ketiga serba-tahu. Di bagian-bagian tertentu, sudut pandang orang pertama Oh Hyesung digunakan. Perpindahan sudut pandang ini berjalan mulus, sama sekali tidak membingungkan. Malah, yang membuat saya bingung adalah informasi setting waktu yang tidak memadai. Saya sering bertanya-tanya, kejadian ini terjadi kapan, ya? Pagi setelah kejadian sebelumnya, atau siang? Parahnya, saya juga bingung, kejadian sebelumnya itu terjadinya kapan (-__-).
Lain halnya dengan setting tempat. Meski tidak terlalu detail, suasana Korea Selatan terasa sangat kental. Kalau menyertakan tempat, pun, misalnya rumah sakit atau hotel atau restoran, penulis tidak menyertakan deskripsi tempat secara berlebihan. Hanya hotel. Hanya rumah sakit. Suasana yang terasa sangat "Korea" itu saya rasa berhasil dibangun oleh dialog, deskripsi, dan perilaku tokoh. Seperti formalitas lintas-umur yang sangat dijunjung tinggi di sana. Juga lewat tokoh-tokoh klise seperti dalam serial drama Korea, misalnya tokoh Chunji (adik Chunhee) yang mewarisi perusahaan ayahnya. Masalah kehidupan materalistis, isu homoseksualitas, dan tren laki-laki Korea menjalin hubungan dengan noona (perempuan yang lebih tua) turut membangun nuansa Korea.
Sayangnya, banyak saya jumpai typo dan kalimat membingungkan nan kurang efektif.
- Bekal pengalaman di klub atletik semasa SMU yang dibanggakannya, memberi kemudahan dalam menggerakkan tubuh jangkung yang bagi sebagian orang adalah minus kelincahan. (halaman 14).
Mungkin lebih jelas jika "tubuh jangkung yang bagi sebagian orang dianggap minus kelincahan". - Yookwon menjatuhkan duduk di lantai lift.... (halaman 15) Lebih baik jika "menjatuhkan" dihilangkan saja.
- Setidaknya masih ada tiga perempat bulan lagi sampai mereka cukup besar untuk mewujudkan keinginan tersebut. (halaman 53) Kalimat ini kurang jelas, "tiga perempat bulan" sampai apa? Siapa yang cukup besar? Anak pertama Yookwon bahkan baru berumur beberapa minggu dalam kandungan.
- Kalimat racauan Hyesung saat memakan daging rebus yang amat panas di halaman 184 itu sama sekali tidak perlu ditulis, karena pembaca tidak mengerti apa maksudnya? Pun setelahnya, dialog Sooni-Hyesung tak ada kaitannya dengan racauan itu.
Ada juga bagian yang cacat logika. Di halaman 131, ketika Jaeho datang ke kantor Hyesung untuk meminta bantuannya, untuk menjaga Remi sementara sang ayah mencari kerja, ada satu hal aneh. Sejak awal kedatangan Jaeho, tak disebutkan keberadaan Remi. Ketika Jaeho berlutut memohon pada Hyesung pun, anak itu belum disebut (saya bingung, ditaruh mana tuh anak? Digendong ayahnya, atau didudukkan di kursi?). Lalu tiba-tiba "gadis kecil itu tak meronta saat dipindahtangankan pada Hyesung....". Lho, jadi, dari tadi ada Remi?
Mantan pacar Sooni itu Jaehyuk atau Jihyuk? Namanya berubah-ubah sepanjang cerita, mungkin penulisnya ngantuk, hehehe. Pemikiran Hyesung ada yang aneh. Sejak kapan "jalanan bisa jadi sangat licin dan embun yang timbul di kaca mobilku agak mengganggu pandangan" (halaman 304) menjadi alasan untuk membeli mobil baru? Saya juga kurang beruntung, mendapatkan novel ini dengan banyak halaman terlewat dan halaman kosong (ada lebih dari 20 halaman), sehingga saya kelewatan bagian masa lalu Moonhye dengan Sungyeol (duh, jadi teringat anggota boyband Infinite). Ada juga beberapa kata asing yang tidak dilengkapi keterangan. Untungnya, saya cukup mengerti bahasa Korea berkat kefasihan dalam dunia K-Drama dan K-Pop, hehehe.
Ada beberapa hal yang membuat saya kurang puas.
- Bagian akhir bab empat, tentang Shiyoon. Bagian "ayahnya juga pernah melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Kyujong padanya" itu sebenarnya apa, sih? Dugaan saya bisa saja meleset, kan. Mungkin penulis sengaja menyamarkannya, atau membuatnya implisit. Tapi, se-implisit apa pun, seharusnya ia cukup jelas, dong. (Sebenernya, sih, aku sebel karena penasaran, yang kupikirin bener nggak, haha).
- I need more details! Terutama tentang deskripsi fisik para tokoh (terutama kelima laki-laki itu). Yah, karena, penggambaran fisiknya sangat hambar. Misalnya, Shin hanya digambarkan sebagai laki-laki muda berkulit gelap yang punya aura membius dan memesona. Mungkin akan lebih terasa "nyata" kalau digambarkan bentuk wajahnya, sorot matanya ketika memandang seseorang....
Persahabatan kelima orang ini mengingatkan saya akan boyband Shinhwa (minus satu orang), entah mengapa. (Mungkin karena ada yang namanya Hyesung, hehehe.) Yang jelas, persahabatan mereka sungguh manis, meski tak luput dengan rahasia-rahasia
dan berbagai masalah. Yang paling mencengangkan tentu saja bab
terakhir. Saya tak menduga, lho, kalau ternyata Shiyoon tidak menyimpan
rasa pada Shin, tapi malah....
Penulis berhasil menghidupkan sudut pandang "aku" Hyesung sebagai laki-laki. Terkadang, penulis perempuan mengalami kesulitan dalam menciptakan tokoh "aku" laki-laki yang benar-benar terdengar seperti laki-laki. Berbagai cara berpikir Hyesung, seperti kebingungannya menghadapi Sooni ketika gadis itu ngambek di halaman 231, itu cowok banget. Hahaha.
Saya puas dengan ending-nya yg amat manis! (Ternyata persahabatan para cowok bisa semanis ini, ya?) Saya, kok malah ingin Hyesung dengan Shiyoon saja, ya, soalnya mereka berdua manis sekali hihihi (digampar massa).
"Setiap manusia diciptakan berbeda satu sama lain, dengan kekurangan dan kelebihan sama banyaknya."
(halaman 102)"Sejak mendeklarasikan pertemanan, seseorang harus siap dengan segala konsekuensi." (Hyesung, halaman 313)
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^