“Seandainya saja ada yang bisa menyembuhkan Hatiku.” (hlm. 41)“Aku bisa menyembuhkan Hatimu.”“Tapi aku sudah membekukan Hatiku,” jawab si pemuda, dan dalam benaknya ia berbisik, “Dengan begini aku tak lagi merasakan sakit.”“Kau tak sakit, tapi juga tak sembuh. Kau tak mati, tapi juga tak hidup. Apa gunanya?”(hlm. 43)
Pria yang
Melipat Kertas Terbang awalnya adalah seorang pemuda yang merasa sangat bebas
dan memiliki Hati yang ringan. Namun, di perjalanan Hatinya terluka. Begitu
sakit, hingga ia memutuskan agar Hatinya dibekukan saja untuk selamanya di
Lembah Es. Lalu ia tinggal di sana, menghabiskan waktu dengan melipat kertas
terbang, sampai sebuah suara memanggilnya. Ternyata bisikan pedihnya sampai ke
langit dan suara itu menjawabnya kemudian. Ia dipilih oleh Raja Kasih untuk
melakukan suatu petualangan istimewa didampingi Kol. Ibri.
Berdua,
mereka melanglang ke Istana Masa Kini dan mengintip apa yang telah terjadi pada
Putri Tanpa Nama hingga ia menjadi Putri Boneka. Kemudian beralih ke sebuah
negeri kecil nan miskin, dan mengintip apa yang telah dialami oleh Manusia
Bintang hingga ia menjadi Pangeran Landak. Lalu mereka melanjutkan perjalanan
ke Negeri Bawah Danau dan berjasa mempertemukan sang Pangeran dengan Dayang
Tikus. Tanpa diduga, Raja Kasih memanggil mereka untuk memberikan tugas berikutnya
bagi Kura-kura Pengelana, yang akan membawa mereka ke petualangan yang lebih
menakjubkan.
Sementara
itu, Dunia Mimpi terancam akan hancur; langitnya akan runtuh karena hantaman
bertubi-tubi yang terus dideritanya dari jeritan emosi negatif para manusia. Dan Gadis Penenun Mimpi yang menenun
mimpi di Ujung Pelangi mulai kehabisan Benang Perasaan, dan Warna Perasaan
makin sulit diperoleh.
Ahem. Setahuku, Mimpi menimbulkan harapan, dan juga bisa menambal retakan langit dan memulihkannya kembali. Namun, seperti yang bisa kaulihat sendiri, Tuan, makin banyak orang kehilangan Mimpi. Nona ini—Gadis Penenun Mimpi—juga sudah sangat kewalahan menenun Mimpi untuk mereka. (Kol. Ibri, hlm. 204)
Apakah Kura-kura
Pengelana, Kol. Ibri, dan Gadis Penenun MImpi akan berhasil mencegah runtuhnya
langit dan musnahnya Dunia Mimpi?
buku self-published dengan promosi yang keren
Buku ini
sampai di tanganmu pada bulan Februari 2017 sebagai hadiah giveaway di blog @p_ambangsari. Ternyata
buku dengan cover yang cantik ini tidak terbang sendirian; ia ditemani sepucuk surat dengan namamu tertera di amplopnya dan selipat kertas
terbang. Aduh, bagaimana bisa sebuah buku bertingkah seromantis ini terhadapmu?
Sebuah blogtour digelar oleh penulis bersama
para blogger buku, dan berhasil memenuhi feed
media sosialmu dengan foto-foto buku ini yang diunggah
oleh para blogger buku. Hasilnya, bikin kau penasaran. Kau mengapresiasi usaha keras penulis untuk
mempromosikan buku ini.
selamat datang di Dunia Mimpi
Novel ini
mungkin bisa disebut dongeng yang panjang dengan genre high-fantasy. Kau akan suka bagaimana penulis menggunakan
simbol-simbol (yang nyaris eksplisit) untuk merajut ceritanya. Hati yang luka,
Bayangan Jiwa, empat bahan penenun mimpi—Benang Perasaan, Warna Perasaan, Kegigihan,
dan Hati yang penuh cinta kasih. Oleh kalimat-kalimat
indah yang bertuturan, lewat narasi, dialog, maupun sajak dan lagu, kau akan
terbuai. Misalnya, kalimat ini, entah bagaimana, ia akan terdengar begitu puitis
di telingamu.
Konon katanya, sewaktu ia pertama kali membuka mata, di langit sedang hujan bintang dan sebagian dari bintang-bintang itu memutuskan untuk tinggal berdiam dalam matanya. (hlm. 67)
Mungkin kau
akan bertanya-tanya mengapa penulis menggunakan huruf kapital untuk mengawali
kata “Hati” dan “Mimpi”. Mungkin kau akan teringat akan Oscar Wilde, yang menggunakan huruf kapital untuk
mengawali kata Love, Logic, Philosophy, Life, dan beberapa lagi, dalam cerpen The Nightingale
and the Rose. Dalam perjalananmu ke Dunia Mimpi, mungkin kamu akan
menyadari bahwa penggunaan huruf kapital itu menghasilkan efek bahwa hati dan
mimpi bukan lagi sekadar “hati” dan “mimpi”, tapi mereka adalah Hati dan Mimpi
yang bernyawa.
Bersamamu,
para tokoh dalam novel ini tumbuh dari mengalami kepedihan hidup, menemukan
pencerahan di perjalanan, lalu meneruskan hidup dengan sudut pandang yang baru
akan kehidupan. Putri Boneka menanggung derita hati lantaran di mata orang
tuanya, dia sama sekali bukan putri idaman mereka. Tumbuhlah ia menjadi gadis yang kurang kasih sayang dan
kurang percaya diri.
Sementara itu, Pangeran
Landak tumbuh dengan menyadari bahwa ia adalah manusia yang fisiknya dianggap aneh,
bahkan menyeramkan. Ternyata orang-orang yang selama ini dekat dengannya—termasuk
orang tuanya—cuma mau dekat dengannya karena ada maunya. Sang Pangeran calon Raja Harimau Putih juga mengalami kejatuhan mental saat
ia tak bisa memenuhi harapan rakyatnya akan sosok raja yang mereka idamkan.
Tetapi Raja Harimau Putih kini sudah mengerti untuk tidak terlalu memedulikan perkataan orang lain tentangnya—mereka terlalu mudah berubah pikiran. Ia kini tahu bahwa ia adalah benar seorang raja. Bukan karena orang lain yang mengatakan demikian, tetapi karena di dalam Hatinya ia yakin akan kebenaran itu. (hlm. 178)
Dayang Tikus awalnya
tidak percaya diri di hadapan Pangeran. Anggra awalnya lupa bahwa ia tak
sendiri, dan memutuskan untuk menyerah menampung semua emosi negatif
orang-orang. Kura-kura Pengelana awalnya begitu egois; hanya memikirkan Hatinya
yang terluka tanpa menyadari bahwa ada Hati lain yang juga terluka. Gadis Penenun
Mimpi hampir putus asa karena stok bahan untuk menenun mimpinya habis. Lewat mereka
semua, kamu akan makin yakin bahwa akan ada akhir bahagia bagi orang-orang yang
mau dan mencari bahagia. Lewat kisah mereka, kisah ini mencoba menyajikan
keping-keping kebijaksanaan yang membumi. Banyak petikan cantik yang kamu akan tergoda
untuk menjadikannya kepsyen IG.
Salah satu
pelajaran hidup yang bisa kaupelajari dari Kura-kura Pengelana adalah “sebelum menghakimi, lihatlah dulu dari
sisi yang lain”. Ini terlihat, misalnya saat Kura-kura pengelana lekas menghakimi
bahwa ayah Dayang Tikus sangat tega karena mengirim anaknya yang masih kecil
itu untuk bekerja. Namun Kol. Ibri dengan bijaksana menjelaskan mengapa sang
ayah melakukan itu dan betapa menyesalnya dia.
Barangkali Kol.
Ibri yang bijaksana itu akan jadi tokoh favoritmu (mungkin kau menyadari bahwa
namanya unik dan bisa berarti seperti “Kolonel Ibri” sekaligus bahwa dia seekor
“kolibri), dengan “ahem” khasnya itu. Mungkin kau juga akan menduga-duga apakah
ada kaitan antara Kol. Ibri dengan Dayang Tikus.
terlalu mengawang-awang
Namun, mungkin
kau akan merasa bahwa terlalu banyak hal didramatisasi secara berlebihan. Atau
merasa bahwa dongeng ini terlalu mengawang-awang.
Tentang
latar tempat, misalnya, di adegan hlm. 8. Sebelumnya telah dituliskan bahwa
pria itu sedang berjalan, entah di mana, tanpa ada deskripsi tempat. Untuk novel fantasi, deskripsi semacam ini
sangat krusial karena akan membantumu berimajinasi dengan kerangka tertentu. Kalau
kerangkanya tidak terbentuk, kisahnya akan jadi sulit dibayangkan.
Nah, kemudian
tiba-tiba pria itu bertemu dengan seorang perempuan yang menawarkan untuk
menyembuhkan Hatinya, tapi malah (tiba-tiba lagi, entah kenapa), “menikam dan
membuang Hatinya begitu saja” (hlm. 7) ke dalam air yang gelap dan Hati itu
mulai tenggelam (hlm. 8). Lalu kau bengong, Lho, ternyata ada danau atau entah apa di situ?
Itu adalah bagian
dari potongan kisah penting yang melatari terjadinya keseluruhan kejadian
berikutnya dalam novel ini. Kau mungkin akan kecewa karena potongan penting ini
cuma diceritakan secara sekilas dari sudut pandang si Pria dan dilengkapi oleh
cerita dari sudut pandang si Gadis dengan teknik telling. Syukurlah, tambahan cerita dari si Gadis cukup mencerahkan
kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi. Anehnya, kok setelah sedemikian
lama, si Gadis baru menyadari keberadaan ukulele di punggung Kura-kura? (hlm.
210) Atau itu karena
sosoknya tampak seperti bayangan kabur di matanya?
Mungkin kau juga
merasa ada semacam lubang di alurnya. Bagaimana bisa Manusia Bintang tiba-tiba nongol di Kastil Masa Lalu,
tepat saat rombongan Kura-kura Pengelana ada di sana? Penjelasannya hanyalah,
Aku adalah seseorang yang sedang mencari kisah dan akhir bahagiaku. Aku berjalan mencari Mimpi yang dulu pernah kulihat, lalu entah bagaimana sampai ke tempat ini. (hlm. 145)
Oleh karena
sudut pandang penceritaan fokus mengikuti perjalanan rombongan Kura-kura
Pengelana, maka wajar jika kau jadi tak tahu apa yang telah dilalui Manusia
Bintang dalam perjalanannya sendiri. Sayang sekali.
elemen fantasi favorit
Di Dunia Mimpi kau
akan menjumpai pohon berjalan (yang mungkin akan membuatmu membayangkan pasukan pohon di The
Lord of The Rings dan sang Monster di A Monster Calls). Lalu, di Kastil Masa Lalu akhirnya kau
akan bertemu dengan Anggra,
yang isi catatan hariannya telah beberapa kali muncul sebelumnya. Ternyata ia
adalah seorang… yang mungkin
bakal membuatmu teringat
tokoh Raja di film The Cat Returns, garapan Studio Ghibli. Di dalam kastil itu juga ada para prajurit berbentuk jam. Iya, jam. Nah,
kan, sekarang kau malah membayangkan Cogsworth di Beauty
and the Beast.
Ah, barangkali
elemen fantasi favoritmu di Dunia Mimpi adalah alat transportasi ke Negeri
Bawah Danau, berupa bunga raksasa yang begitu menenggelamkan diri ke danau, dindingnya
akan berubah jadi tembus pandang (hlm. 78). Wah, seru sekali, kau bisa menikmati pemandangan bawah air tanpa
harus berenang dan jadi basah!
saatnya kembali ke dunia nyata
Kau menemukan
beberapa kesalahan penulisan dalam novel ini. Untunglah, itu tidak terlalu
mengganggu Mimpimu. Tak kaudapati nama editor di halaman identitas buku, jadi
kau menduga bahwa penulis melakukan swasunting. Sungguh, usaha keras penulis
patut diapresiasi.
Nah, sampai di
penghujung cerita indah (yang mudah ditebak akhirnya) ini, kau tahu bahwa
secara keseluruhan ia diceritakan secara flashback,
dari tulisan Kol. Ibri dalam Koleksi Perkamen Langka di perpustakaan Istana
Masa Kini. Si narator dengan sudut pandang orang pertama serba-tahu yang
menemanimu dari awal adalah memang Kol. Ibri sendiri.
Nah, akhirnya kau harus bangun dan kembali ke dunia
nyata. Barangkali jika kau butuh mengunjungi lagi Dunia Mimpi, kau tahu ke mana harus pergi 😉.
[...] apapun yang kita putuskan untuk kita perbuat pada dasarnya hanyalah sebuah pilihan. setidaknya, sampai keputusan itu dilakukan. Lalu pilihan itu akan menjadi takdir. Dalam setiap keputusan yang diambil, ada takdir yang dibentuk. Dan mungkin, hanya mungkin, di saat kita melupakan masalah kita sendiri dan menolong orang lain yang mengalami kesusahan, sebenarnya kita juga tengah menolong diri kita sendiri. (hlm. 132)
rating saya
identitas buku
Judul: Gadis
Penenun Mimpi dan Pria yang Melipat Kertas Terbang
Penulis:
Gina Gabrielle
Desain sampul:
Uly Novita Andrian Siahaan
Penerbit:
Inner Child Crowdfund Publisher
Cetakan: I,
2016
Tebal: 266
halaman
ISBN:
978-602-74865-0-8
Bisa dipesan di www.gadispenenunmimpi.com
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^