2 June 2017

[Resensi PERCY JACKSON'S GREEK GODS] Surat untuk Percy Terkait Dewa-dewi Olympia



Dear, Percy.

Terima kasih, kau telah mengisahkan padaku—yang buta terhadap kisah dewa-dewi Yunani—kisah mereka secara cukup terstruktur. Kau mulai dari kisah munculnya Kaos (Chaos), dewa pertama, yang kemudian disusul terciptanya Ibu Bumi (Gaea), dan sekumpulan dewa purba lain. Kemudian, Gaea dan Ouranos (Langit) mendapatkan 12 anak yang disebut Titan, terdiri dari 6 perempuan dan 6 laki-laki. Titan  menyerupai manusia, tapi jauh lebih tinggi dan kuat. Kemudian mereka punya tiga anak kembar yang buruk rupa, yaitu Cyclops, dan tiga anak kembar lagi yang disebut Para Tangan Seratus. Karena Ouranos sangat menyebalkan dan membuat Gaea marah berkali-kali, akhirnya Gaea memutuskan bahwa Ouranos sebaiknya dibunuh saja. Dari semua anak Titan-nya, Kronos, si bungsulah yang mau melakukan pembunuhan itu. Kemudian Kronos jadi raja semesta menggantikan ayahnya.

Kronos menikah dengan Rhea, dan dari rahimnya lahirlah keenam dewa-dewi generasi pertama. Kronos yang ketakutan bahwa anaknya akan menghancurkan dirinya, memilih untuk menelan mereka. Yah, Percy, kau berhasil membuatku jijik di banyak kesempatan. Pada akhirnya Zeus, si bungsu, berhasil membunuh Kronos. Di sini aku merasa déjà vu. Sejak itu, kau fokus menceritakan satu dewa/dewi di tiap bab.

O ya, aku iseng bikin silsilah para dewa-dewi itu.
Maaf, ya, kalau ada yang kurang atau keliru.
Terima kasih, Percy, kau telah menceritakan betapa ruwet dan tak bermoralnya kehidupan para dewa-dewi Olympia dengan cara yang, seolah-olah, kau sedang menceritakan kisah penuh kekonyolan. Yah, memang, ada banyak kekonyolan. Aku tak bisa melupakan begitu saja saat “Hermes bertanya-tanya jika Argus memiliki mata di telapak tangannya, dan jika begitu, apakah matanya menghitam dari memegang tongkat gadanya seharian?” (Bab Hermes hlm. 33). Atau saat monster Typhoeus memunculkan diri dan Poseidon melihatnya, lalu berkata, “Eh, pria itu gede banget.” (Bab Zeus, hlm. 34). Juga dialog konyol antara Hera dan Zeus ini:

“Kau menyukaiku,” ucapnya. “Kau tahu itu.”
“Jelas-jelas tidak,” sahutnya. “Kau bodoh, mata keranjang, jahat, dan pembohong!”
“Tepat sekali!” seru Zeus. “Itu adalah kualitas terbaikku!”
(Bab Hera, hlm. 6)

“Bagaimana caraku untuk meyakinkanmu bahwa kau cuma membuang-buang waktu saja?”
“Memang tidak bisa. Aku mencintaimu.”
Hera mendengus. “Kau mencintai apa pun yang memakai gaun.”
(Bab Hera, hlm. 7)

Para dewa-dewi itu, tak bisakah mereka hidup dengan benar?

Di antara para dewa-dewi Olympia, kebaikan merupakan sebuah komoditi yang langka dan sangat berharga.
(Bab Hestia, hlm. 21)

Yah, setidaknya ada beberapa yang bisa hidup dengan lumayan benar, misalnya Hestia, yang dengan bijaksana memutuskan tidak ingin menikah (yang adalah gagasan tidak masuk akal bagi Zeus). Hestia kemudian menjadi penjaga api perapian Olympus selamanya. Di antara para dewa, barangkali yang paling bermoral adalah Hades (yah, meskipun ia juga melakukan beberapa perselingkuhan dari Persephone), dan Hephaestus (yah, meskipun ia membalas dendam pada Hera, ibunya). Sejak masa pemerintahan Hades, Dunia Bawah mengalami perubahan besar-besaran, dalam artian positif. Tidak seperti Zeus dan Poseidon, Hades adalah dewa yang tergolong sopan dalam mengejar perempuan yang dicintainya. Tapi gara-gara nasihat sesat dari Zeus, dia malah menculik Persephone. Namun setelah itu, ia memperlakukan Persephone dengan sangat baik.

Hephaestus mengalami masa kecil yang mengerikan. Ia dibuang Hera, ibunya, begitu lahir, lewat jendela istana Olympus, karena ia teramat buruk rupa dan cacat. (Yah, ini menunjukkan betapa Hera bisa menjadi sangat tak bermoral, bahkan setelah ia menjadi Dewi Pernikahan dan Keibuan. Insiden ini juga menunjukkan bahwa para dewa-dewi secara umum terlalu mengutamakan keindahan fisik seseorang.) Ia jatuh ke laut, lalu dibesarkan oleh Thetis, yang tidak bermasalah dengan keburuk-rupaannya. Hephaestus berbakat dalam membangun dan membuat karya dan menjadi pandai besi. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi ke Olympia dan membalas dendam pada ibunya.

Kau telah membuangku karena aku jelek dan cacat, kau menjatuhkanku dari gunung. Aku ingin kau menderita karena itu, Ibuku Tersayang. Pikirkan tentang segala hal yang bisa kubuatkan untukmu kalau kau memperlakukanku dengan baik. Mungkin kau akan menyadari bahwa kau telah membuang sesuatu yang berharga. Kau tak semestinya menilai seorang dewa dari penampilannya saja.
(Hephaestus, Bab Hephaestus, hlm. 10)

Hephaestus juga termasuk sopan saat mengejar perempuan yang ia cintai, yaitu Athena, yang sebenarnya enggan berhubungan dengan pria mana pun. Aku tak akan lupa bagaimana ulah Hephaestus itu menimbulkan “insiden sapu tangan”.

Bicara tentang Athena…, yah, dia telah jadi salah satu favoritku sejak kelahirannya yang mengejutkan. Aku tak akan lupa bagaimana Dewi Perang dan Kebijaksanaan ini lahir dari kepala Zeus (dengan dibantu oleh Hephaestus yang membedah tengkorak Zeus).

Dia mulai menendang-nendang, memukul-mukul, dan menjerit-jerit di dalam tengkorak Zeus, membuat kegaduhan sebisa mungkin. (Mungkin dia memiliki banyak ruangan untuk bergerak-gerak di sana karena otak Zeus teramat kecil. Jangan bilang kepadanya aku mengatakan itu.)
(Bab Athena hlm. 3-4)

Athena punya kisah duka saat ia masih remaja. Tanpa sengaja, ia membunuh sahabat karibnya sendiri, Pallas. Oh, Zeus terlibat di kejadian tragis ini. (Nah, banyak sekali alasan untuk membenci Zeus, kan. Jangan salahkan aku, Percy.) Athena pernah terlibat adu menenun dengan Arachne, seorang manusia yang memiliki keahlian menenun luar biasa. Pada akhirnya karya mereka seri, tapi Athena mengutuk Arachne jadi laba-laba karena gadis itu memutuskan untuk bunuh diri. Athena, dengan segala kebijaksanaannya, juga pernah memenangkan perseteruan dengan Poseidon saat memperebutkan sebuah kota untuk mereka lindungi.

Dewi lain yang jadi favoritku adalah Artemis, saudari kembar Apollo. Mereka berdua sama-sama ahli memanah. Artemis memohon pada Zeus agar menjadi perawan selamanya. Ia tidak ingin menikah, apalagi punya anak, karena itu akan menghambat hasratnya untuk menjelajah dunia dan berburu hewan-hewan berbahaya. Artemis punya kekuasaan yang kontradiktif: ia Dewi Berburu sekaligus Dewi Hewan Liar. Maksudnya, ia akan melindungi para pemburu asal mereka tidak merusak alam, benar-benar memanfaatkan apa yang mereka bunuh, serta tidak membunuh secara berlebihan tanpa alasan yang jelas. Artemis punya sekelompok pengikut yang terdiri dari para perempuan yang juga tak ingin menikah. Bersama-sama mereka menjelajahi alam liar. Nahas, Artemis dua kali kehilangan sahabatnya—yang juga adalah pengikutnya, dan sejak saat itu memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan para pengikutnya.

Dari ceritamu, aku belajar bahwa para dewa-dewi ini memang gemar melakukan keajaiban, bahkan sejak kelahiran mereka. Yang paling menarik bagiku adalah kelakuan Hermes. Saat baru lahir, ia menghabiskan hari pertamanya di dunia dengan mencuri lima puluh sapi milik Apollo dan menciptakan alat musik lira dari tempurung kura-kura dan urat domba dan alat musik suling ganda yang dia beri nama syrinx. Sepertinya seru sekali menjadi dewa perjalanan dengan banyak sekali urusan seperti Hermes, termasuk saat membantu Zeus melaksanakan pekerjaan kotor.

Ah, Zeus…. Zeus memang punya hobi melakukan hal-hal tak bermoral, bahkan cenderung menjijikkan, terutama menyangkut perempuan. Kau telah merangkum dengan baik siapa itu Zeus dalam empat kalimat ini, Percy:

Pokoknya, Zeus menjadi marah dan memutuskan untuk memusnahkan seluruh ras manusia. (Bab Zeus, hlm. 13)

Apa pun itu, Zeus senang membiarkan kaum manusia kembali ke dunia, karena tanpa mereka, dia takkan memiliki gadis-gadis manusia cantik untuk dikejar.
Kau takkan bisa mengayunkan kucing di Yunani Kuno tanpa mengenai setidaknya satu mantan pacar Zeus. (Bab Zeus, hlm. 24)

Zeus sama sekali tak memiliki rasa malu dan tak pernah kehabisan kreativitas bila menyangkut merayu perempuan. (Bab Zeus, hlm. 25)

Dewa-dewi yang lain adalah Demeter—sang Dewi Tanaman, Persephone—putri Demeter yang manja, Hera—yang tak ragu membasmi para selingkuhan Zeus serta anak-anak mereka, Poseidon—sang Dewa Laut yang berakhir jadi tukang batu, Aphrodite—sang Dewi Cinta dan Kecantikan yang menimbulkan banyak bencana, Ares—sang Dewa Perang yang suka adegan berdarah-darah tapi pengecut, Apollo—sang Dewa Musik dan Puisi yang memutuskan melajang agar bisa berkencan dengan banyak perempuan, dan Dionysius—sang Dewa Anggur yang memiliki kekuasaan melebihi perkiraan orang.
***
Aku suka gaya berceritamu, Percy. Kau sepertinya berbakat dalam hal ini. Kau menceritakannya dengan bahasa yang mengalir dan seru. Kau juga suka bercanda, ya? Kau sering bikin aku tertawa. Salah satu trik humormu adalah kau seenaknya membawa hal-hal kekinian ke konteks zaman para dewa-dewi Yunani.

Apollo tak suka itu. Dia baru mempunyai lima lagu urutan pertama di tangga lagu Billboard. Dia tak ingin ada sosok satyr bodoh menghias sampul majalah Rolling Stone alih-alih dirinya.
(Bab Apollo, hlm. 28)

Meski guyonanmu sering garing juga, sih, seperti yang kau katakan di bab “Pengantar” hlm. 2:

Aku hanya berharap aku tidak akan memancing amarah mereka sampai-sampai mereka menghanguskanku sebelum aku—
AAAAAHHHHHHHHHH!
Hanya bercanda. Masih di sini.

Kadang juga candaanmu terlalu ofensif, jadi aku tak bisa tertawa. Maaf ya, Percy. Tapi kau kadang bisa menjadi begitu bijaksana dan itu membuatku terkesan.

Kalau kau diserang seorang bajingan, itu tak pernah karena kesalahanmu. Beritahukan kepada orang lain. (Bab Artemis hlm. 34)

Memang, dia adalah Dewi Cinta, tapi sebetulnya antara cinta dan kebencian tak jauh berbeda. Keduanya lepas kendali dengan mudahnya, dan salah satu berpaling menghadap lawannya. (Bab Artemis, hlm. 44)

Ah, iya, kadang kau agak tidak logis, Percy. Misalnya, dalam kisah penghukuman Hera terhadap Semele, salah satu selingkuhan Zeus. Dengan lihai Hera membuat Zeus menampakkan diri dalam wujud asli dewa sehingga membuat Semele musnah. Nah, tapi di Bab Zeus hlm. 29, kau ceritakan bahwa Zeus mewujudkan diri jadi dewa di depan Europa (sama seperti Semele, Europa juga seorang manusia). Tapi kok, Europa tidak mati?

Kemudian juga dalam kisah Demeter.

Dan setelah sepuluh hari berada di jalanan, pakaian kotornya mulai menumbuhkan berbagai kapang dan jamur yang bahkan tak dikenali oleh Dewi Tanaman sendiri.(Bab Persephone, hlm. 25)

Percy, tidakkah kau tahu bahwa jamur itu bukan tanaman?

O ya, ceritamu juga jadi lebih menyenangkan untuk kubaca berkat ilustrasi karya John Rocco. Sayangnya, di versi digital bukumu ini beberapa kali terjadi kasus satu kalimat terulang dua kali di halaman yang sama. Kau memang mengulang kalimat itu, atau ini bagian dari kesalahan proses digitalisasi? Sepertinya yang kedua, sih. Itu cukup mengganggu, btw.

Ini pertama kali aku membaca karya Rick Riordan, dan yah, kau telah memberiku kesan yang cukup baik, Percy. Mungkin aku akan baca juga bukumu yang lain.

Salam hangat,


Frida
(Manusia biasa)

identitas buku

Penulis: Rick Riordan
Ilustrasi oleh: John Rocco
Penerjemah: Nuraini Mastura
Penerbit: Mizan Fantasi (Noura Books)
ISBN: 978-602-0989-88-4
(versi digital, baca via iJak)
Rating saya:


0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets