Penulis :
Niena Sarowati
Editor :
Ainini
Tebal :
300 halaman
Penerbit/cetakan : Senja/Cetakan I, 2014
ISBN :
978-602-296-026-3
Harga :
Rp 40.000,00
Rating :
Selingkuh, Diselingkuhi, Dijadikan Selingkuhan
Kalau menurut saya, ketidakjujuran.
Ketidakjujuran ini mewujud dalam berbagai cara, salah satunya adalah
perselingkuhan.
Jangan-jangan kamu pernah diselingkuhi? Atau selingkuh? Atau malah
dijadikan selingkuhan? Kalau pernah ada pengalaman diselingkuhi, pasti kalian
mengerti sekali bagaimana perasaan marah dan kecewa itu, seperti yang dialami
Queen dalam novel ini.
Lantas, seandainya kamu diselingkuhi pacarmu—bahkan selingkuhnya dengan
sahabatmu sendiri, dan kamu menangkap basah mereka sedang tidur bersama—apa
yang akan kaulakukan? Mungkin kau akan marah dan langsung minta putus. Setelah
itu, pilihannya ada dua: terpuruk atau bangkit.
Queen memilih yang kedua.
Awalnya memang sakit, dan ia memutuskan untuk cuti kuliah dan pergi ke Bandung
untuk menata hidupnya kembali. Tidak ada temannya yang tahu ke mana dia pergi
(apalagi Davin dan Milly), kecuali keluarganya. Siapa sangka, di Bandung ia
menemukan keluarga baru: keluarga Kos Cemara, keluarga anak jalanan, dan keluarga
panti asuhan. Bahkan ia menjadi aktivis pengasuh panti asuhan dan anak jalanan
itu.
Queen menjalani hari-harinya dengan berbagi bersama keluarga barunya. Hubungannya
dengan anak-anak Kos Cemara, yang semuanya laki-laki, sangat menyenangkan.
Salah satu yang paling dekat dengannya adalah Obit. Semuanya terasa sangat
indah, apalagi Queen jadi seleb dadakan setelah
memberikan pidato sambutan dalam acara Hari Anak Nasional. Tapi, ketika
masa lalu menyergapnya di depan kos, apakah ia mampu untuk tetap berdiri tegak?
Davin yang tiba-tiba datang, dan Milly yang mengatakan bahwa ia hamil. Belum
lagi ditambah masalah salah-paham: orangtuanya akhirnya tahu bahwa selama di
Bandung ia tinggal bersama para lelaki.
Di sela-sela permasalahan itu, apakah Queen dapat menyadari hubungan
persahabatan yang perlahan berubah menjadi cinta?
Keseriusan Terbalut Bahasa Ringan
Mengikuti aktivitas sosial Queen membuat nyali saya menciut. Selama 21
tahun hidup saya, apa saja yang telah saya lakukan untuk orang-orang kurang
beruntung di sekitar saya? Tokoh Queen ini mungkin bisa disebut salah satu
sosok cewek tangguh. Meski ia sakit hati, tapi logikanya masih berjalan. Ia
memilih untuk meneruskan hidupnya, bahkan berbuat kebaikan besar. Queen juga
sosok yang hangat dan supel (saya ngiri terhadap sifat ini).
Proses move on Queen banyak
dibantu oleh suasana hangat yang ditawarkan para penghuni Kos Cemara. Abah,
pengurus kos, dan Cilla (cucu abah yang lucu). Para penyewa kos: Obit, Alan,
Dion, dkk, beserta para pacar mereka. Betapa indah persahabatan mereka, yang
saling membantu dan menguatkan! Salah satu yang menjadikan para tokoh ini
memiliki daya tarik adalah profesi mereka yang beragam dan unik. DJ, pembalap
motor, pemilik distro, anak band, dan sebagainya.
Penulis membangun cerita dengan menggunakan alur maju. Ada juga
selipan alur balik, ketika Queen teringat masa lalunya bersama Davin (biasanya
saat melihat orang pacaran atau saat berkunjung ke tempat-tempat penuh
kenangan). Nah, bagusnya, penulis mampu dengan luwes menyelipkan cerita-cerita
Queen bersama Davin dulu dalam masa sekarang.
Bicara tentang gaya bahasa, karena para tokohnya anak muda nan gaul, penulis menggunakan gaya bahasa yang
sangat ringan dan tidak kaku. Namun, saya menemukan banyak kesalahan EYD maupun
susunan kata. Yang paling sering saya temui adalah kesalahan penggunaan kata
ganti milik: temannya Obit (teman
Obit), kakaknya Obit (kakak Obit)[1].
Sebenarnya, masalah yang diangkat penulis cukup serius, tentang
perselingkuhan, tentang para anak yatim piatu (yang nyerempet masalah hamil di
luar nikah), tentang anak jalanan, tentang anak-anak muda yang kerjaannya nggak
cuma kuliah, tapi juga kerja beneran
sesuai passion-nya. Tapi, untunglah,
gaya bahasa yang ringan menyulap masalah serius ini jadi nggak terasa berat.
Meski banyak tokoh yang dikenalkan penulis,
tokoh yang paling banyak berperan dalam cerita (tentunya) adalah Queen, Davin,
Obit. Karena tokoh Queen sudah saya ceritakan di atas, maka saya akan bicara
tentang betapa ngeselinnya tokoh Davin. Cowokmu selingkuh dengan sahabatmu
sendiri; selingkuhnya nggak main-main, lagi, sampai sudah tidur bareng!
Tergambar jelas, kan, gimana kejinya sifat cowok itu? Ditambah lagi, Davin
berjiwa kerdil, hingga memfitnah Queen dan tukang mengadu, lagi! Udah, STOP! *Ugh,
Frida, kamu bikin saya kesel!!!*
Lain dengan tokoh Obit, sahabat Queen waktu
di Bandung. Ia cowok yang penuh perhatian dan murah hati. Ia mau nganterin
Queen ke mana-mana dengan senang hati. Ia juga seorang cowok yang tegas
mengambil keputusan. Sejak putus dari mantannya, Via, awalnya ia masih
mengejarnya untuk mengajak balikan. Tapi, begitu ia menyadari bahwa ia telah
jatuh cinta pada cewek lain, ia berani ambil keputusan untuk putus hubungan
dengan Via.
Ada yang Nggak Logis
Menurut saya, kesalahan penulisan bla-bla-bla itu masih
terampuni dibandingkan ketidaktepatan logika cerita.
Begini, Davin memfitnah
Queen dan mengadukannya pada orangtuanya bahwa Queen sudah punya anak (barang
bukti: foto Queen sedang menggendong Aditya—bayi ganteng dari panti asuhan).
Hal ini diperparah kenyataan bahwa Queen merahasiakan bahwa selama di Bandung
ia ngekos bersama para cowok. Well,
sampai sini, mungkin orang tua Queen bisa percaya.
TAPI…. Nah, bagian yang tidak logis adalah…. Waktu itu
terjadi, saya kira Queen belum sampai 9 bulan tinggal di Bandung (seingat saya--maaf kalau salah--penulis pernah menyebutkan “lima bulan” di halaman-halaman sebelumnya, jadi
jangka waktu sampai pemfitnahan itu terjadi nggak sampai empat bulan, lah).
Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh seorang wanita, dari hamil sampai melahirkan?
Sampai anaknya berumur beberapa bulan kayak Aditya?
Hayo, berapa tebakanmu? Minimal satu tahun, lah, ya?
Sembilan bulan hamil, tiga bulan si bayi tumbuh sampai kurang lebih sebesar
Aditya. Nah, kok, bisa-bisanya orangtua Queen memercayai penuturan Davin? Hanya
tokoh di novel ini yang percaya pada hal-hal yang sudah jelas bahwa itu
mustahil. Mungkin penulis hanya terpeleset dan kurang teliti, atau terlalu bersemangat
membangun konflik hingga tak memerhatikan kelogisan cerita, hehehe.
Ada lagi, nih. Saya heran mengapa Queen sangat takjub,
padahal hanya melihat bangunan Kos Cemara yang “minimalis bercat abu-abu”?[2]
Nah, lain cerita jika bangunan kos itu berbentuk seperti Colosseum (lah, kamarnya nggak ada pintunya, dong?!).
Huft, Saya Lega….
Meski ada konflik semacam yang sering kita jumpai di
sinetron (pemfitnahan, hamil di luar nikah, perselingkuhan), saya lega. Lega
karena penulis tidak memanjang-manjangkan konflik (nggak sampai tembus episode
1000, nih!) dan langsung menyelesaikannya, nggak pake lama. Solusi yang
diberikan penulis pun solusi terbaik yang mungkin ada, menurut saya. Jadi,
meski awalnya beberapa tokoh bermasalah terhadap satu sama lain, pada akhirnya
mereka kembali berdamai dan menerima kenyataan. Ini salah satu yang saya kagumi
dari para tokoh. Dengan begitu, para pembaca dijamin puas dan lega. Nggak rugi,
deh, meluangkan waktu baca kisah Queen, sang tokoh anak muda teladan, yang
cukup inspirasional ini. Good job!
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^