Buku Misterius Bersampul Kuning
Dalam narasi, Wilde memang tak
pernah menyebutkan judul buku kuning yang diberikan Lord Henry kepada Dorian. Ia
hanya mendeskripsikannya sebagai buku berbahasa Perancis; sebuah “novel tanpa
alur, hanya memiliki satu karakter dan cuma berisi semacam kajian psikologis
dari seorang anak muda Paris yang menghabiskan seumur hidupnya di abad
kesembilan belas…” (hal. 175).
Lantas, mengapa buku yang kedengarannya
membosankan itu mampu meracuni Dorian?
“Saat membacanya, orang mungkin bingung apakah dirinya sedang membaca sebuah kisah tentang ekstase spiritual yang dialami seorang santo di abad pertengahan ataukah sebuah catatan pengakuan dosa seorang pendosa di abad modern.”
(hal. 175 – 6)
Buku apa itu sebenarnya?
Dalam pengadilan[1],
Wilde mengatakan (atau nyaris mengatakan) bahwa buku itu adalah À Rebours (diterjemahkan sebagai
“Against Nature”), karya Joris-Karl Huysmans yang diterbitkan tahun 1884. Novel
itu menceritakan kehidupan karakter satu-satunya, Jean des Esseintes, yang
adalah anggota keluarga terakhir dari sebuah keluarga bangsawan. Masyarakat
tidak menyukainya karena perbuatan-perbuatan amoralnya, sehingga ia
menyingkirkan diri untuk tinggal di sebuah rumah di pedesaan. Di sana, ia
menghabiskan waktunya untuk mempelajari berbagai jenis seni dan estetika.
Kemerosotan kesehatannya akhirnya memaksanya kembali ke kota. Mengenai
kembalinya ke tengah masyarakat, “he
compares his return to human society to that of a non-believer trying to
embrace religion.”
Tentang Romantisme, Estetika, dan Hedonisme Abad ke-19
Disebut sebagai karya sastra
filosofis, Lukisan Dorian Gray penuh
dengan paham-paham romantisme, estetika, dan hedonisme.
Romantisme
The Death
of Sardanapalus (a painting by Eugène Delacroix) |
Keindahan
fisik Dorian membuat Basil beralih ke aliran seni yang baru, “yang di dalamnya
terkandung seluruh hasrat dari semangat romantisme.”[2].
Aliran seni romantisme ini sendiri pertama kali muncul di Perancis dan Inggris
pada awal abad ke-19. Barangkali ada yang mengira bahwa romantisme berkaitan
dengan roman atau percintaan antara dua manusia. Namun, itu salah besar. Romantisme
tak ada kaitannya dengan percintaan, tapi:
1.
mengekspresikan emosi secara intens dan mendalam. Kadang, ia
menggambarkan hubungan spiritual dengan alam. Ini seperti Basil yang
mengekspresikan kekagumannya yang mendalam terhadap wajah tampan Dorian melalui
lukisannya.
2.
menonjolkan ajaran untuk membela hak-hak asasi sesama manusia, atau
mengkritik tindakan tak berperikemanusiaan antarmanusia. Semangat ini menjadi ide
utama dari tiga novel romantis paling terkenal, The Hunchback of Notre-Dame dan Les
Misérables karya Victor Hugo, dan Frankenstein
karya Mary Shelley. Oleh karena itu, aliran romantisme dapat disebut
sebagai “art with a heart”. (Wilder, 2007)
3.
penganut aliran ini memercayai bahwa pada dasarnya semua manusia baik;
lingkungan sosiallah yang mengubahnya menjadi buruk. Tokoh Basil Hallward juga
percaya akan hal ini, sehingga ia sulit untuk percaya pada tuduhan buruk orang-orang
akan Dorian.
4.
karena begitu beragamnya gaya dan subjek seni aliran ini, romantisme
dikategorikan tidak berdasarkan pemilihan subjek maupun kebenaran pasti, “but in a way of feeling”, seperti
dituliskan oleh Charles Baudelaire pada tahun 1846. (Galitz)
Estetika
Pavonia (a painting by Frederic Leighton) |
“Kau ini memiliki para yang luar biasa tampan, Tuan Gray.... Keindahan rupa adalah suatu bentuk kegeniusan—yang bahkan lebih tinggi kedudukannya dari genius pikiran... Ketampanan membuat pemiliknya menjadi pangeran. Kau mungkin tersenyum sekarang, tapi kau tidak akan tersenyum seperti itu kalau kau sudah tidak lagi tampan.”(Lord Henry, hal. 45)
“Karena tuntunan utama dalam sebuah masyarakat beradab adalah—atau seharusnya—serupa dengan tuntunan utama dalam dunia seni. Wujud luar adalah sesuatu yang mutlak pentingnya.” (hal. 205)
Secara eksplisit, dalam Lukisan Dorian Gray, Wilde, menuliskan
seputar paham estetika. Estetika, muncul pertama kali pada pertengahan abad
ke-19 di Eropa sebagai pergerakan seni, mengajarkan bahwa “seni ada untuk kepentingan keindahannya sendiri” (Anonymous, Aestheticism, 2014) atau “art for art’s sake” yang meninggikan
seni di atas segalanya dan bahwa kesenangan dapat ditemukan pada hal-hal yang
indah. (Anonymous, Style Guide: Aestheticism) . Karya-karya Oscar
Wilde sendiri sarat akan filosofi “art
for art’s sake” ini.
Hedonisme
Hedonisme awalnya beranggapan bahwa
kesenangan adalah pencapaian manusia yang paling penting. Oleh karena itu,
sudah seharusnya manusia bertindak untuk memaksimalkan kesenangannya sendiri. Paham
ini kemudian menjadi akar munculnya paham libertinisme. Libertinisme tidak
mengindahkan norma-norma agama, moral yang diterima masyarakat, dan
menganjurkan kepuasan dalam semua hal, terutama seksualitas. Paham inilah yang
meracuni kepribadian Dorian, sebagaimana dianjurkan oleh Lord Henry. Bertahun-tahun
Dorian menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang, memanfaatkan
ketampanan fisiknya, status keluarga bangsawannya, dan kekayaan hartanya.
Pada abad ke-19, filsuf Inggris,
John Stuart Mill dan Jeremy Bentham memperbaiki paham hedonisme, bahwa
seharusnya kita mengambil tindakan mana pun yang terbaik untuk semua orang (the greatest good for the greatest number)
(Anonymous, Hedonism) . Hedonisme model
baru inilah yang kemungkinan besar dimaksud oleh Lord Henry.
“Sebuah hedonisme model baru—itulah yang diinginkan oleh abad ini.” (Lord Henry, hal. 47)
Perbedaan Paradigma antara Sybil dan Dorian
Saya ingin membahas sedikit tentang
hal ini, karena inilah yang melatari tindakan Dorian meninggalkan Sybil Vane,
gadis pertama yang membuatnya jatuh cinta. Mengapa pemuda yang jatuh cinta
terhadap seorang gadis bisa dengan begitu mudah meninggalkan gadis itu?
Semua akibat perbedaan. Ternyata,
sejak dulu, alasan klise ini selalu dapat menimbulkan perpecahan dalam suatu
hubungan cinta. Dorian, yang terlalu memuja estetika seni, awalnya jatuh cinta
terhadap Sybil karena kepiawaiannya berakting. Dalam Lukisan Dorian Gray, Dorian kadang-kadang menyebut Sybil sebagai Juliet,
Rosalind[3], atau
Imogen[4].
“Malam ini dia berperan sebagai Imogen, dan besok malam sebagai Juliet.” “Kapan dia menjadi Sybil Vane?” “Tidak pernah.” (hal. 79)
Dengan kata lain, Dorian bukan
mencintai Sybil Vane, melainkan tokoh-tokoh yang diperankan oleh Sybil di atas
panggung. Dorian menganggap bahwa seni lebih tinggi daripada cinta. Sebaliknya,
setelah jatuh cinta pada Dorian, Sybil merasa tak bisa lagi berakting dengan
baik. Dia merasa bahwa semua yang selama ini ia mainkan di atas panggung adalah
semu.
“Kau telah membawakan untukku sesuatu yang lebih tinggi, sesuatu yang jauh melampaui keindahan seni. Kau telah membuatku mengerti apa arti cinta. Aku bosan dengan bayang-bayang. Bagiku, kau jauh melampaui keindahan karya seni terbaik. Buat apa aku berpura-pura di atas panggung?” (Sybil Vane, hal. 109)
Pemahaman Sybil terhadap cinta
ditolak mentah-mentah oleh Dorian.
“Kau telah merusak romantisme dalam hidupku. Kau bilang cinta telah merusak senimu? Seberapa besar pemahamanmu akan cinta? Tidak ada.” (Dorian, hal. 111)
Sungguh lucu cara berpikir si pemuja
seni ini. Dan, ya, saya merasa kasihan terhadap Sybil Vane. Dorian mengaku sebagai penganut paham romantisme, tapi ia tidak melakukan kebaikan bagi orang lain (Sybil Vane). Di satu sisi, ia penganut hedonisme, tapi di sisi lain, ia berusaha berbuat baik, dengan tinggal di pedesaan. Oscar Wilde menciptakan Dorian sebagai simbol dualisme, sebagaimana Jekyll and Hyde karya Robert Louis Stevenson (1886).
Bibliography
Anonymous. (2014, 12 13). À Rebours.
Retrieved 3 6, 2015, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/À_Rebours
Anonymous. (2014, April 3). Aestheticism. Retrieved
March 7, 2015, from Encyclopaedia Britannica:
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/7474/Aestheticism
Anonymous. (n.d.). Hedonism. Retrieved March
7, 2015, from The Basics of Philosophy:
http://www.philosophybasics.com/movements_hedonism.html
Anonymous. (n.d.). Style Guide: Aestheticism.
Retrieved March 7, 2015, from Victoria & Albert Museum:
http://www.vam.ac.uk/content/articles/s/style-guide-aestheticism/
Galitz, K. C. (n.d.). Romanticism. Retrieved
March 7, 2015, from The Metropolitan Museum of Art:
http://www.metmuseum.org/toah/hd/roma/hd_roma.htm
Wilder, J. B. (2007, April). Defining Romanticism
in the Arts. Retrieved March 7, 2015, from For Dummies:
http://www.dummies.com/store/product/Art-History-For-Dummies.productCd-0470099100.html
[1]
Karakter utama perempuan dalam sandiwara As
You Like It karya William Shakespeare.
[2]
Anak perempuan Raja Cymbeline dalam sandiwara Cymbeline karya William Shakespeare.
[3]
Lukisan Dorian Gray, hal. 26.
[4]
Pengadilan yang dimaksud adalah tindak lanjut dari penahanan Wilde pada tahun
1895 dengan tuduhan homoseksualitas.
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^