7 March 2015

[Lukisan Dorian Gray] Buku Kuning, Romantisme, Estetika, Hedonisme, dan Sybil Vane

Buku Misterius Bersampul Kuning

Dalam narasi, Wilde memang tak pernah menyebutkan judul buku kuning yang diberikan Lord Henry kepada Dorian. Ia hanya mendeskripsikannya sebagai buku berbahasa Perancis; sebuah “novel tanpa alur, hanya memiliki satu karakter dan cuma berisi semacam kajian psikologis dari seorang anak muda Paris yang menghabiskan seumur hidupnya di abad kesembilan belas…” (hal. 175).

Lantas, mengapa buku yang kedengarannya membosankan itu mampu meracuni Dorian?
“Saat membacanya, orang mungkin bingung apakah dirinya sedang membaca sebuah kisah tentang ekstase spiritual yang dialami seorang santo di abad pertengahan ataukah sebuah catatan pengakuan dosa seorang pendosa di abad modern.” 
(hal. 175 – 6)
Buku apa itu sebenarnya?

Dalam pengadilan[1], Wilde mengatakan (atau nyaris mengatakan) bahwa buku itu adalah À Rebours (diterjemahkan sebagai “Against Nature”), karya Joris-Karl Huysmans yang diterbitkan tahun 1884. Novel itu menceritakan kehidupan karakter satu-satunya, Jean des Esseintes, yang adalah anggota keluarga terakhir dari sebuah keluarga bangsawan. Masyarakat tidak menyukainya karena perbuatan-perbuatan amoralnya, sehingga ia menyingkirkan diri untuk tinggal di sebuah rumah di pedesaan. Di sana, ia menghabiskan waktunya untuk mempelajari berbagai jenis seni dan estetika. Kemerosotan kesehatannya akhirnya memaksanya kembali ke kota. Mengenai kembalinya ke tengah masyarakat, “he compares his return to human society to that of a non-believer trying to embrace religion.”
(Anonymous, 2014).

Tentang Romantisme, Estetika, dan Hedonisme Abad ke-19

Disebut sebagai karya sastra filosofis, Lukisan Dorian Gray penuh dengan paham-paham romantisme, estetika, dan hedonisme.

Romantisme

The Death of Sardanapalus
(a painting by Eugène Delacroix)
Keindahan fisik Dorian membuat Basil beralih ke aliran seni yang baru, “yang di dalamnya terkandung seluruh hasrat dari semangat romantisme.[2]. Aliran seni romantisme ini sendiri pertama kali muncul di Perancis dan Inggris pada awal abad ke-19. Barangkali ada yang mengira bahwa romantisme berkaitan dengan roman atau percintaan antara dua manusia. Namun, itu salah besar. Romantisme tak ada kaitannya dengan percintaan, tapi:

1.  mengekspresikan emosi secara intens dan mendalam. Kadang, ia menggambarkan hubungan spiritual dengan alam. Ini seperti Basil yang mengekspresikan kekagumannya yang mendalam terhadap wajah tampan Dorian melalui lukisannya.

2.  menonjolkan ajaran untuk membela hak-hak asasi sesama manusia, atau mengkritik tindakan tak berperikemanusiaan antarmanusia. Semangat ini menjadi ide utama dari tiga novel romantis paling terkenal, The Hunchback of Notre-Dame dan Les Misérables karya Victor Hugo, dan Frankenstein karya Mary Shelley. Oleh karena itu, aliran romantisme dapat disebut sebagai art with a heart. (Wilder, 2007)

3.  penganut aliran ini memercayai bahwa pada dasarnya semua manusia baik; lingkungan sosiallah yang mengubahnya menjadi buruk. Tokoh Basil Hallward juga percaya akan hal ini, sehingga ia sulit untuk percaya pada tuduhan buruk orang-orang akan Dorian.

4.  karena begitu beragamnya gaya dan subjek seni aliran ini, romantisme dikategorikan tidak berdasarkan pemilihan subjek maupun kebenaran pasti, “but in a way of feeling”, seperti dituliskan oleh Charles Baudelaire pada tahun 1846. (Galitz)

Estetika

Pavonia
(a painting by Frederic Leighton)
“Kau ini memiliki para yang luar biasa tampan, Tuan Gray.... Keindahan rupa adalah suatu bentuk kegeniusan—yang bahkan lebih tinggi kedudukannya dari genius pikiran... Ketampanan membuat pemiliknya menjadi pangeran. Kau mungkin tersenyum sekarang, tapi kau tidak akan tersenyum seperti itu kalau kau sudah tidak lagi tampan.”(Lord Henry, hal. 45)
“Karena tuntunan utama dalam sebuah masyarakat beradab adalah—atau seharusnya—serupa dengan tuntunan utama dalam dunia seni. Wujud luar adalah sesuatu yang mutlak pentingnya.” (hal. 205)
Secara eksplisit, dalam Lukisan Dorian Gray, Wilde, menuliskan seputar paham estetika. Estetika, muncul pertama kali pada pertengahan abad ke-19 di Eropa sebagai pergerakan seni, mengajarkan bahwa “seni ada untuk kepentingan keindahannya sendiri(Anonymous, Aestheticism, 2014) atau art for art’s sake yang meninggikan seni di atas segalanya dan bahwa kesenangan dapat ditemukan pada hal-hal yang indah. (Anonymous, Style Guide: Aestheticism). Karya-karya Oscar Wilde sendiri sarat akan filosofi “art for art’s sake” ini.

Hedonisme

Hedonisme awalnya beranggapan bahwa kesenangan adalah pencapaian manusia yang paling penting. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia bertindak untuk memaksimalkan kesenangannya sendiri. Paham ini kemudian menjadi akar munculnya paham libertinisme. Libertinisme tidak mengindahkan norma-norma agama, moral yang diterima masyarakat, dan menganjurkan kepuasan dalam semua hal, terutama seksualitas. Paham inilah yang meracuni kepribadian Dorian, sebagaimana dianjurkan oleh Lord Henry. Bertahun-tahun Dorian menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang, memanfaatkan ketampanan fisiknya, status keluarga bangsawannya, dan kekayaan hartanya.

Pada abad ke-19, filsuf Inggris, John Stuart Mill dan Jeremy Bentham memperbaiki paham hedonisme, bahwa seharusnya kita mengambil tindakan mana pun yang terbaik untuk semua orang (the greatest good for the greatest number) (Anonymous, Hedonism). Hedonisme model baru inilah yang kemungkinan besar dimaksud oleh Lord Henry.
“Sebuah hedonisme model baru—itulah yang diinginkan oleh abad ini.” (Lord Henry, hal. 47)

Perbedaan Paradigma antara Sybil dan Dorian

Saya ingin membahas sedikit tentang hal ini, karena inilah yang melatari tindakan Dorian meninggalkan Sybil Vane, gadis pertama yang membuatnya jatuh cinta. Mengapa pemuda yang jatuh cinta terhadap seorang gadis bisa dengan begitu mudah meninggalkan gadis itu?

Semua akibat perbedaan. Ternyata, sejak dulu, alasan klise ini selalu dapat menimbulkan perpecahan dalam suatu hubungan cinta. Dorian, yang terlalu memuja estetika seni, awalnya jatuh cinta terhadap Sybil karena kepiawaiannya berakting. Dalam Lukisan Dorian Gray, Dorian kadang-kadang menyebut Sybil sebagai Juliet, Rosalind[3], atau Imogen[4].
“Malam ini dia berperan sebagai Imogen, dan besok malam sebagai Juliet.” “Kapan dia menjadi Sybil Vane?” “Tidak pernah.” (hal. 79)
Dengan kata lain, Dorian bukan mencintai Sybil Vane, melainkan tokoh-tokoh yang diperankan oleh Sybil di atas panggung. Dorian menganggap bahwa seni lebih tinggi daripada cinta. Sebaliknya, setelah jatuh cinta pada Dorian, Sybil merasa tak bisa lagi berakting dengan baik. Dia merasa bahwa semua yang selama ini ia mainkan di atas panggung adalah semu.
“Kau telah membawakan untukku sesuatu yang lebih tinggi, sesuatu yang jauh melampaui keindahan seni. Kau telah membuatku mengerti apa arti cinta. Aku bosan dengan bayang-bayang. Bagiku, kau jauh melampaui keindahan karya seni terbaik. Buat apa aku berpura-pura di atas panggung?” (Sybil Vane, hal. 109)
Pemahaman Sybil terhadap cinta ditolak mentah-mentah oleh Dorian.
“Kau telah merusak romantisme dalam hidupku. Kau bilang cinta telah merusak senimu? Seberapa besar pemahamanmu akan cinta? Tidak ada.” (Dorian, hal. 111)
Sungguh lucu cara berpikir si pemuja seni ini. Dan, ya, saya merasa kasihan terhadap Sybil Vane. Dorian mengaku sebagai penganut paham romantisme, tapi ia tidak melakukan kebaikan bagi orang lain (Sybil Vane). Di satu sisi, ia penganut hedonisme, tapi di sisi lain, ia berusaha berbuat baik, dengan tinggal di pedesaan. Oscar Wilde menciptakan Dorian sebagai simbol dualisme, sebagaimana Jekyll and Hyde karya Robert Louis Stevenson (1886).

Bibliography

Anonymous. (2014, 12 13). À Rebours. Retrieved 3 6, 2015, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/À_Rebours
Anonymous. (2014, April 3). Aestheticism. Retrieved March 7, 2015, from Encyclopaedia Britannica: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/7474/Aestheticism
Anonymous. (n.d.). Hedonism. Retrieved March 7, 2015, from The Basics of Philosophy: http://www.philosophybasics.com/movements_hedonism.html
Anonymous. (n.d.). Style Guide: Aestheticism. Retrieved March 7, 2015, from Victoria & Albert Museum: http://www.vam.ac.uk/content/articles/s/style-guide-aestheticism/
Galitz, K. C. (n.d.). Romanticism. Retrieved March 7, 2015, from The Metropolitan Museum of Art: http://www.metmuseum.org/toah/hd/roma/hd_roma.htm
Wilder, J. B. (2007, April). Defining Romanticism in the Arts. Retrieved March 7, 2015, from For Dummies: http://www.dummies.com/store/product/Art-History-For-Dummies.productCd-0470099100.html


[1] Karakter utama perempuan dalam sandiwara As You Like It karya William Shakespeare.
[2] Anak perempuan Raja Cymbeline dalam sandiwara Cymbeline karya William Shakespeare.
[3] Lukisan Dorian Gray, hal. 26.                          
[4] Pengadilan yang dimaksud adalah tindak lanjut dari penahanan Wilde pada tahun 1895 dengan tuduhan homoseksualitas.

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets