Sebenarnya sudah lama berlalu sejak saya menyelesaikan membaca buku ini, dan belum terlalu lama semenjak saya mengunggah resensinya. Tapi, baru saja ada selongsong peluru yang menghantam jidat saya dan dalam sekejap memerintahkan saya untuk menuliskan ini. Sebenarnya banyak petikan bagus bertebaran di lembar-lembar novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2013 ini, tapi hanya beberapa yang benar-benar menohok saya, bahkan sampai menginspirasi. Langsung saja cek di bawah ini.
1
"Tu veux s’évader de l’histoire?"
[Kamu ingin lari dari sejarahmu?]
(Monsieur Dupont, hal. 136)
Membaca ini seolah saya merasakan Monsieur Dupont sedang duduk di hadapan saya dan menantang saya dengan pertanyaan tersebut. Tanpa disadari atau pun tidak, sering kali saya lari dari sejarah saya. Eits, jangan salah sangka dulu, ya. Bukan berarti saya lupa kalau sejarah menuliskan bahwa saya terlahir perempuan 22 tahun yang lalu *abaikan*. Saya merasa tergampar. Jujur saja, koleksi lagu Indonesia di laptop saya hanya 2,3 GB; bandingkan dengan koleksi MP3 K-pop saya yang melampaui 11,3 GB. Saya lupa bahwa saya orang Indonesia? Tidak. Saya hanya lari dari lagu pop Indonesia sejak ia berubah jadi alay. Lagu-lagu Indonesia yang saya simpan kebanyakan adalah lagu lawas.
2
"[...] apa yang akhirnya kaupetik dari I.N.D.O.N.E.S.I.A, Lintang?"
(Dimas Suryo, hal. 446)
Dibandingkan petikan sebelumnya, petikan ini lebih menohok. (Hmm, tanpa sadar saya memilih dua petikan berbentuk kalimat tanya.) Sama seperti sebelumnya, kali ini Dimas Suryo yang seolah benar-benar menyemburkan pertanyaan itu ke muka saya. Nasionalisme; pemahaman saya akan Indonesia dipertanyakan. Kalimat ini pula yang menginspirasi saya untuk menuliskan sebuah puisi panjang untuk memeriahkan farewell party Teknik Fisika UGM angkatan 2011, yang berlangsung pada tanggal 6 Juni 2015 lalu. Saya membacakan puisi tersebut, berduet dengan seorang teman, pada segmen pentas seni. Judulnya, Apa yang Bisa Kupetik dari T.E.K.N.I.K.F.I.S.I.KA? Berikut ini adalah sepenggal bagian awal puisi saya.
Sebenarnya, beberapa kata dalam puisi itu saya ambil dari kata-kata yang jarang dipakai, yang sering digunakan oleh Leila S. Chudori dalam novel Pulang. Kalian yang sudah membaca novel ini pasti akan mengenali kata-kata yang mana saja. Hihihi.
Itulah dua petikan paling menohok bagi saya. (Cuma dua? Iya, cuma dua.) Kalau petikan favoritmu yang mana? >,^
0 komentar:
Post a Comment
Your comment is so valuable for this blog ^^