Judul: Satu Mata Panah pada Kompas yang Buta
Penulis: Suarcani
Penerbit: Jendela O’ Publishing House
Penyunting Naskah: Yenita Anggraini
Penyelaras Aksara: Deasy Serviana
Perancang Sampul: eSLC Project
Penata Letak: Refa Annisa
Cetakan: Pertama
Terbitan: Maret 2016
Tebal: vii + 226 Halaman
Rating: 3/5
Setelah lima belas tahun menyatu dengan tembok penjara yang menjadi saksi betapa larat hidupnya, Ravit mengecap aroma kebebasan. Namun, ternyata menjadi "bebas" sama sekali tak membebaskannya dari ketakutan. Malah, menurutnya lebih baik membusuk di dalam kotak sel penjara daripada ditusuk-tusuk oleh setiap tatapan penuh selidik orang-orang yang menjumpainya. Siapa yang mau menerimanya? Papa telah lama meninggal. Mama menyusul beberapa waktu setelah Ravit dipenjara. Orang-orang lain dari masa lalunya? Ah, mereka pasti akan menjauhinya. Hanya Om Rus, adik Mama, yang adalah seorang pengacara yang mau menerimanya dengan tangan terbuka. Selama di penjara setelah Mama meninggal, Om Rus jugalah satu-satunya orang yang sering mengunjunginya dan memperjuangkan kasusnya. Om Rus mengajak Ravit tinggal di rumahnya setelah ia bebas dari penjara. Namun hidup di rumah itu tak lebih baik daripada di penjara. Tatapan dingin stri Om Rus dan kedua anak perempuannya selalu membuatnya terkucilkan. Depok, kota kelahirannya telah menjadi kota yang paling ingin ia tinggalkan.
Di Bali, pulau eksotis tempat tradisionalitas dan modernitas berpadu itu, Ravit bertemu dengan Uci, si pemandu wisata. Sebuah kecelakaan yang menimpa Ravit membuat jadwal turnya kacau sehingga Uci menawarkan tur spesial untuknya. Selama beberapa hari Uci mengajak Ravit ke tempat-tempat yang kental dengan nuansa spiritual. Melakukan melukat--pembersihan diri, lalu mengalami kerauhan--kerasukan--di air terjun di daerah Sebatu, , Bersama Uci, jiwa Ravit yang tersesat seperti kompas tanpa arah, mulai menemukan kembali mata kompasnya. Namun bagaimana jika Uci, sang pemandu jiwanya itu tiba-tiba menghilang setelah Ravit (lagi-lagi) mengalami kecelakaan?
***
Satu Mata Panah pada Kompas yang Buta adalah pemenang lomba menuis novel "way back home" yang diadakan oleh JOPH. Sesuai dengan tema yang diusung oleh lomba tersebut, novel ini mengisahkan perjalanan untuk pencarian jati diri yang berbalut spiritualitas dan perubahan kondisi psikologi tokoh utamanya. Novel ini mengingatkan saya akan Titik Balik, yang bertemakan serupa. Sampai di adegan ketika Uci tiba-tiba menghilang, saya menanti dengan harap-harap cemas. Jangan-jangan Uci raih entah ke mana dan tak akan kembali, seperti tokoh Avatar di novel Titik Balik. Atau seperti tokoh Sumire di novel Sputnik Sweetheart (tapi akhirnya dia kembali meski ke mana ia pergi tetaplah sebuah misteri).
Dari tokoh Uci, Ravit dan saya sendiri belajar spiritualitas modern. Tentang konsep energi dan reinkarnasi.
Ada dua alur utama dalam novel ini. Pertama, alur progresif yang mengisahkan perjalanan Ravit mencari mata kompasnya. Kedua, alur flashback yang terselip dalam memori Ravit tiap kali ia mengalami sesuatu di masa kini, yang mengingatkan akan masa lalunya. Segala sesuatunya baik-baik saja, bahkan Suarcani menghidangkan kejutan menarik terkait Dara, sekaligus mengungkapkan bahwa tidak semua yang Ravit alami nyata. Beberapa ternyata hanya terjadi di dalam pikiran traumatisnya. Ada kejutan kecil lain, yakni pengungkapan mengapa di awal pertemuannya dengan Ravit, Uci menyapa seolah telah mengenalnya sebelumnya.
Garis besar cerita hanya terdiri dari satu jalur, yang berpusat pada tokoh Ravit (tidak seperti novel Eka yang O dan Cantik Itu Luka, yang terdiri dari banyak jalur dan banyak tokoh). Oleh karena itu, tokoh Ravitlah yang terbentuk paling sempurna di novel ini, apalagi sudut pandangnya juga "aku" Ravit. Sebagai korban pelecehan seksual di masa kecil, sangat masuk akal bila Ravit tumbuh menjadi sosok yang muram dan pendiam. Menurut saya, cara berpikir Ravit kurang "lakik".
Dari Depok, dengan cepat setting berpindah ke Bali. Deskripsi setting berhasil membuatnya bukan sekadar tempelan, mungkin juga karena penulis menggunakan setting tempat-tempat yang tidak terlalu mainstream (misalnya, objek-objek wisata seklise Kuta). Alih-alih, pembaca diajak berwisata spiritual.
Sayang, cukup banyak typo bertebaran, yang bisa dimaklumi lantaran ini adalah novel pertama terbitan JOPH. Mungkin para editornya harus bekerja lebih keras. Selain itu, ada yang kurang menyedapkan mata dari layout-nya, yakni margin dan spasi yang menurut mata saya terlalu mepet. Pun banyak kalimat yang kurang bisa saya pahami maksudnya. Contohnya, "Lagipula ini pengalaman pertamaku makanya ada istilah newbie dan expert." (hlm. 183). Tanda bacanya kurang juga (hayo, coba tebak apa tanda bacanya). Coba kalau kalimatnya seperti ini, "Ini pengalaman pertamaku, makanya aku menamai diri sendiri "newbie". Pelajaran yang saya dapat dari novel ini bisa diwakili oleh kata-kata Uci berikut.
"Masa lalu tak perlu kita bawa sampai mati, Ravit." (hlm. 180).
GIVEAWAY
Inilah saat yang ditunggu-tunggu, giveaway time! Ini adalah kesempatan terakhir bagi kalian unyuk berkesempatan mendapatkan satu eksemplar novel SMPKB gratis dalam rangkaian blog tour. Simak caranya berikut ini.
SYARAT DAN KETENTUAN
- Domisili Indonesia (biar ongkirnya terjangkau, euy!).
- Follow blog ini via GFC atau Bloglovin.
- Follow akun Twitter @kimfricung, @alhzeta, @jophouse.
- Share link blog tour ini di medsosmu. Kalau Twitter, jangan lupa pakai hestek #SMPKB ya.
- Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar. "Masa lalu sebaiknya dilupakan, diingat-ingat, atau diapakan? Berikan alasanmu."
- Giveaway berlangsung pada 16-21 Mei. Akan dipilih satu pemenang untuk diumumkan pada tanggal 28 Mei di twitter JOPH.
Nama : Ratnani latifah
ReplyDeleteTwitter : @ratnaShinju2chi
Link Share : https://twitter.com/ratnaShinju2chi/status/732091445046181888
"Masa lalu sebaiknya dilupakan, diingat-ingat, atau diapakan? Berikan alasanmu."
Kalau menurutku masa lalu sebaiknya kita genggam dan taklukkan. Dalam artian dilupakan pada bagian yang memang menyesakkan, tapi tetap diingat sebagai pembelajaran. Karena tanpa ada masa lalu tentu kita tidak bisa belajar. Belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih tegar tentu saja. Masa lalu termasuk guru yang menempa kita berjalan menapaki kehidupan selanjutnya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletenama : wulandari
ReplyDeletedomisili : madiun, JATIM
twitter @wulanchayaank
https://t.co/LOkLWKBT73
Yuukk ikutan GA nya check TL @kimfricung @alhzeta @JOPHouse #SMPKB
Masa lalu sebaiknya dilupakan, diingat-ingat, atau diapakan?
adakalanya masa lalu perlu dilupakan, di ingat ingat atau disimpan dalam sebuah album kenangan.
masa lalu adalah pengajaran dan pengalaman serta guru terbaik. saat kita meraih sukses atau saat terpuruk ada baiknya kita membuka kembali masa lalu kita jika masa lalu itu dapat menjadikan kita sebagai pribadi yg lebih baik. dan berhati hati agar tidak terjatuh pada lubang yang sama.
masa lalu adalah cermin masa depan.
untuk masa depan yang lebih cerah masa lalu adalah sangat penting untuk kita jadikan cambuk semangat atau sebuah kehati - hatian.
Masa lalu sebaiknya dijadikan pelajaran. Belajar menerima yang telah terjadi meskipun rasanya pahit. Belajar memaafkan diri sendiri & menjadi individu yang lebih baik di masa yang akan datang.
ReplyDeleteNama: Dian Maya
Domisili: Makassar
Twitter: @dianbookshelf
Link share: https://twitter.com/dianbookshelf/status/732105367363063808
Saya penasaran dengan perjalanan Ravit selama ke Bali, dan menemukan pencerahannya (semoga). Dan yang lebih penasaran lagi kasus pelecehan itu seperti apa? Apakah seperti yang sempat marak beberapa bulan yang lalu? Membaca reviewnya membuat saya ingin membaca buku ini. Muatan yang dikandungnya sangat berat (pendapat sendiri ya) dan rasa novel ini kerasa kelamnya.
ReplyDeleteHapudin - @adindilla - Cirebon
https://twitter.com/adindilla/status/732215436775809024
Mengenai masa lalu harus diapain, saya berpendapat sebaiknya dibiarkan. Pernah kan dengar kalau masa lalu ingin dilupakan, justru membuatnya tajam diingatan. Kalau masa lalu diingat-ingat terus, justru akan membuat diri tidak segera move on. Terlepas dari apa bentuk masa lalunya, baik atau buruk. Saya lebih memilih mengikhlaskan dan menerima masa lalu. Sehingga posisi masa lalu berada pada "membiarkan". Masa lalu yang dibiarkan akan menjadi sebatas memori. Dan dengan membiarkan masa lalu, rasa yang pernah lekat dengan masa lalu tersebut akan berangsur-angsur menghambar. Ini akan menjadi ingatan yang ketika diingat justru membuat kita tersenyum dan bersyukur pernah memiliki masa lalu tadi.
Belajarlah menerima masa lalu dengan mendekapnya ikhlas. :)
Gita | @oneonlygzb | Batam | https://twitter.com/oneonlygzb/status/732226829939920896
ReplyDeleteJawaban :
Masa lalu itu tidak bisa dilupakan, Ia akan selalu di ingat dan terekam jelas di kepala dan hati kita.
Tergantung kita bagaimana menyikapi masa lalu itu.
Kalau untukku, masa lalu ku sebagai acuan untuk dimasa sekarang dan masa depan.
Akan selalu ku ingat sesakit apapun itu sebagai peringatan diri agar tak terulamg lagi.
Menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lebih dewasa.
Tanpa masa lalu itu, aku tak akan menjadi seperti sekarang.
Aku tak menyesalinya lagi, justru bersyukur.
Kalau tidak ada masa lalu itu, aku tak akan mungkin bisa menjadi seperti sekarang. ^__^
Kurnia Dwi Pertiwi
ReplyDelete@KDP264
Bekasi, jawa barat
https://mobile.twitter.com/KDP264/status/732550978956713987
Diingat tapi jangan terlarut di dalamnya. Hmm.. maksud cukup buat jadi pembelajaran aja sih. Jangan sampai terlarut. Kalau misalnya, masa lalunya kelam ya.. cukup buat pelajaran, berarti mulai sekarang dan masa yang akan datang kita nggak boleh begini lagi. Nggak perlu ungkit-ungkit masa lalu yang kelam tanpa berbuat apa-apa, karena itu percuma. Diungkit bikin kita makin takut dan kita juga nggak bisa memutar waktu kan? Jadi ya.. cukup diingat sebagai pembelajaran di masa depan. Karena masa lalu jika dibiarkan tenggelam justru malah bikin kamu takut. Jadi, kamu harus lawan masa lalu dengan masa depan yang lebih indah.
Masa lalu dan masa depan itu suatu hal yang berdampingan jadi jangan pernah melupakan masa lalu, karena kalau tidak ada masa lalu, masa depan pun tidak akan pernah ada dalam hidup kita.
Fitriscia Jacilia | @jacilpo | Jakarta | https://twitter.com/jacilpo/status/732795029295640578
ReplyDeleteMasa lalu menurutku sebaiknya dilupakan. Karena jika terus mengingat-ingat masa lalu, itu hanya akan membuat kita terkunci di masa lalu dan tidak bisa memandang ke depan. Misalnya kalo di masa lalu kita terus-terusan gagal, dan kita terus mengingatnya, kita cenderung akan berkata "andai aja dulu gue lebih baik, pasti sekarang ..." jadinya kita takut dan gak semangat menatap masa depan. Begitupula jika masa lalu kita baik-baik saja, kita pun cenderung akan selalu mengingat masa itu dan akan berkata 'andai aja gue masih ... pasti bahagia banget" dan akibatnya jadi males-malesan menatap masa sekarang ataupun masa depan. Jadi meurutku, apa yang ada di masa lalu baiknya dilupakan. Sekarang kita ada di masa sekarang yang harus kita jalani agar bisa memasuki masa depan. Tetapi jika kita terkunci di masa lalu, akibatnya masa sekarang terbengkalai dan mengakibatkan tidak adanya masa depan.
Nama: pramestya
ReplyDeleteTwitter: @p_ambangsari
Domisili: Temanggung
Link share: https://twitter.com/p_ambangsari/status/732803622640201728
Follow via GFC & bloglovin : Pramestya Ambangsari
Dikenang. Beda dong antara dikenang dan diingat-ingat. 😉
Kalau dikenang itu nggak selalu diingat, kadang diingat kadang terlupakan. Kenapa harus gitu? Karena banyak kenangan indah di masa lampau yang bisa bikin bahagia kalau diingat.
Ada juga kenangan buruk yang sebaiknya nggak begitu saja dilupakan karena kalau dilupakan kita nggak bisa belajar dari pengalaman, tapi nggak terus diingat juga! Nanti kita jadi pendendam.
Masa lalu sebaiknya dikenang agar kita tetap punya sesuatu yang bisa disimpan di memori, menjadi pengalaman, menjadi hal yang indah untuk diingat/ditertawakan/menjadi hal yang bisa membuat kita menangis lalu bersyukur atau bertobat.
Satu hal yang pasti. Sayang kan kalau memori/kenangan dilupakan? Buat apa kita mencetak sejarah kalau akhirnya mau dilupakan? Setiap hal yang terjadi dalam hidup ini sejarah kan?
Terima kasih 😊
Mas AG - @masagussss - Lampung - https://twitter.com/masagussss/status/733132503410573312
ReplyDeleteMasa lalu sebaiknya dilupakan, diingat-ingat, atau diapakan?
Hmm...
Bagi saya, masa lalu sebaiknya diajak berdamai. Sejauh ini melupakan masa lalu nggak bakal murni berhasil. Pun kalau masa lalu bisa dilupakan dengan cara menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan, suatu ketika ia bakal datang lagi mengingatkan dengan cara nggak sengaja ketika kita melihat, mendengar atau merasakan sesuatu. Lupa yang sementara.
Bagi saya, usaha melupakan masa lalu adalah cara melawan (bagian) yang sudah tertulis dalam diri sendiri; nggak bisa dihapus, nggak bisa diganti. Dan sesuatu apa pun, jika dilawan seringkali bisa melawan balik bahkan dengan kekuatan yang lebih besar--dan kadang mampu mengalahkan.
Juga masa lalu nggak perlu diingat-ingat. Kadang, dia yang malah mengingatkan. HEHE.
Berdamai dengan masa lalu, bagi saya adalah cara yang tepat. Apa pun yang masa lalu lakukan kepada kita--baik atau buruk--ia nggak bakal mengganggu. Kita telah menerimanya seperti tamu yang cepat pulang. Dan kadang, nggak perlu kunjungan balik.
Putri Prama A
ReplyDelete@putripramaa
Probolinggo, Indonesia
https://twitter.com/PutriPramaa/status/733421712428040193
Diingat-ingat untuk dijadikan pembelajaran. Dengan mengingatnya, kita tidak berbuat kesalahan yang sama di masa lalu dan kita bisa bisa berbuat lebih baik lagi masa sekarang dan masa depan.
Masa lalu juga merupakan kunci bagi masa depan, oleh karena itu kita perlu mengingatnya. Masa lalu akan membawa ke masa depan, misalnya jika di masa lalu kita rajin belajar, makan di masa depan kita bisa menjadi orang yang terpelajar.
Bagiku, bagaimanapun masa lalu itu, jangan kita lupakan masa lalu. Mengingat masa lalu bukan berarti kita selalu melihat ke masa lalu, ya. Kita tidak boleh tenggelam bersama masa lalu. Kita harus menatap masa depan. KEHIDUPAN ITU SEPERTI MENYETIR, kita harus sesekali melihat spion untuk melihat ke belakang untuk menentukan akan berbelok/menyeberang atau tidak.
Nama: M. Rizal B. Firmansyah
ReplyDeleteTwitter: @firmanM249
Domisili: Jember Jawa Timur
Link Share: https://twitter.com/firmanM249/status/733459698884562945
Masa lalu sebaiknya diingat-ingat. Kenapa? Jika masa lalu itu buruk, kita dapat mengambil pelajaran darinya. Bagaimana dulu kita melakukannya, seperti apa dampaknya, dan apa yang harus kita lakukan agar itu tidak terulang kembali. Lalu jika masa lalu itu baik, kita dapat mengulanginya dengan cara yang sama, bahkan lebih baik.
@Agatha_AVM
ReplyDeleteJember
https://twitter.com/Agatha_AVM/status/733458505177305089
Dikenang akan hikmah yang dapat kita pelajari demi membangun masa depan. Masa lalu sebagai bahan instropeksi diri kita sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama berulang kali bahkan membuat kesalahan yang lain lagi.
Masa lalu itu seperti angin, datang dan pergi sesuka hatinya. Kadang serasa mencengkik hingga mau mati rasanya, kadang malah membuat kita semakin bahagia di masa depan tergantung bagaimana cara pandang kita akan masa lalu.
Kehidupan manusia itu ibarat kincir angin, dia akan berputar jika ada angin tidak peduli apakah angin ribut sekalipun si kincir angin akan tetap berputar. Begitu juga kehidupan, sekelam apapun masa lalu dia tidak akan pernah membiarkan kita berhenti atau jatuh. Dia malah terus mendorong kita bergerak menjadi lebih baik lagi karena nafas kehidupan tidak pernah memperbolehkan kita menyerah begitu saja.
Heni Susanti | @hensus91
ReplyDeleteMasa lalu itu sebaiknya direkam dan disimpan dalam memori. Tidak harus dilupakan - karena bagaimanapun itu tetaplah bagian dari hidup kita dan tidak harus selalu diingat – karena kita tidak mungkin terjebak dalam masa lalu. Jadi kalau suatu saat di masa depan kita ingin mengenangnya kembali kita bisa membuka kembali rekaman itu. Mengambil pelajaran dari kesalahan, memperbaiki yang belum baik, dan meningkatkan yang sudah baik.
Nama: Fetreiscia Frida
ReplyDeleteTwitter: @fdetreisciafrida
Link share: https://twitter.com/fetreisciafrida/status/733463063249092609
Menurut saya masa lalu tetaplah dibiarkan tetap berada di masa lalu. Jangan pernah mengaitkan masa lalu dengan masa sekarang. Karena kalau terus-terusan di kaitkan terus kita tidak akan pernah bisa melangkah dengan pasti untuk hari ini, karena masa lalu terus menjadi bagian dalam hari ini. Biarlah masa lalu tetap berada si masa nya. Dan melangkahlah untuk hari ini. Masa lalu bisa digunakan sebagai pengalaman, tapi tidak untuk alasan hidup.
Sari Rahmawati
ReplyDeletetwitter: rie_bundaAzka
link share:
https://twitter.com/rie_bundaAzka/status/733468928442175490
Menurut saya masa lalu untuk disimpan dalam hati. Entah di relung yang mana kita akan menempatkan setiap masa lalu yang pernah terjadi dalam hidup kita. Masa lalu yang indah maupun yang buruk sekalipun takkan pernah bisa dilupakan, sekuat apapun kita berusaha melupakan masa lalu maka semakin kuat pula masa lalu menghantui perjalanan hidup kita. Kita tidak perlu menoleh ke belakang atau mengaitkan kehidupan saat ini dengan masa lalu karena kita tidak mungkin hidup dengan bayangan kelabu bernama masa lalu. Setiap orang berhak menatap masa depan, jadi biarkanlah masa lalu pergi dengan sendirinya dan menjadi pelajaran untuk menuntun kita menuju masa depan yang lebih baik.
Nama : Miftahur Rizqi
ReplyDeleteTwitter : @MR_Laros
Domisili : Banyuwangi
Link Share :
https://twitter.com/MR_Laros/status/733495912425742337
Jawaban alias Answer :
hmmm. masa lalu itu bukan untuk dilupakan dan juga bukan untuk di ingat.. Lo kenapa kok bukan untuk dilupakan maupun diingat qi?? baiklah aku jelaskan ini .. kita. yang sudah beranjak dewasa dan mempunyai banyak kenangan dan akan menggoreskan kenangan lagi entah itu indah maupun buruk dan terkadang masa lalu itu hanya bikin kita stuck di tempat.. malah gak bikin kita gak maju maju .. misalnya kamu nih abis patah hati.. terus gak bisa move on. abis itu nunggu dia yang ada ntar di playlist lagunya. lagu galau semua.
kalo kata aku yang begitu mah. berharap boleh asal jangan berharap banyak apa yang kamu tunggu, belum tentu menjadi milikmu. #OOT #terbawasuasana :D
back to topic. menurut aku setiap orang berhak mempunyai kesempatan kedua, untuk lebih baik kedepannya. tapi tidak dengan hal ini, hal yang menyangkut waktu, bukan berarti waktu itu kejam, tak memiliki kesempatan kedua bagi kita. Hanya saja waktu diciptakan untuk kehidupan ini, tak mempunyai rasa toleransi agar manusia bisa berbuat hati-hati ketika melangkah. sekali langkah, tak mungkin bisa kembali. itu jika kenangan kenangan tersebut adalah hal yang buruk. bagaimana jika kita mempunyai kenangan yang amat teramat indah? tapi itu pada waktu lampau (masa lalu).
entahlah .. aku gak tau kenapa sulit dalam mengambil keputusan. apakah kenangan ini untuk di kenang? atau di lupakan.? kenang? lupakan? huaah..!! itu membuatku bingung. cuman satu kata buat masalah ini "bimbang".
tapi sebenernya sah sah saja jika kita mengenang masa-masa lalu, jangan lupakan masa lalu, terlebih dengan sesama manusia, karena jika mereka telah tiada, mereka hanya bisa hidup dalam kenangan. tapi jangan terlalu overacting, cukup jadikan itu bahan pelajaran untuk kembali melangkah jika medan yang kita lewati mirip dengan masa itu...
pada intinya demang tak ada definisi yang pasti tentang masa lalu, terlalu banyak kata-kata untuk menafsirkannya. waktu memang tak bisa kembali, tak akan pernah. jadi kita harus benar-benar berpikir kemana langkah yang akan kita ambil, sekali pun itu hanya langkah kecil.
*terima kasih atas kesempatan Giveaway ini, semoga kakak sanggup baca jawabanku yg tidak sedikit itu. heheh.. :D
Nama : Rizky Mirgawati
ReplyDeleteTwitter : @RizkyMirgawati
Link Share : https://twitter.com/RizkyMirgawati/status/732088021353275392
Jawaban :
Masa lalu biarkan saja menjadi masa lalu, tidak perlu diingat, tidak perlu juga dilupakan. Jadikan masa lalu sebagai bagian dari kenangan, momen tentang salah satu fase kehidupan yang pernah kita lewati :)
Nama : Humaira
ReplyDeleteTwitter : @RaaChoco
Domisili : Purwakarta - Jawa Barat
Link Share : https://mobile.twitter.com/RaaChoco/status/733288118485274624?p=v
"Masa lalu sebaiknya dilupakan, diingat-ingat, atau diapakan? Berikan alasanmu."
Masa lalu yang seperti apa dulu ini. Masa lalu yang baik tentu takkan pernah dilupakan. Masa lalu yang buruk seringnya menjadi batu ganjalan kehidupan. Tapi menurutku, seburuk apa pun masa lalu tidak usah dilupakan atau diingat, lebih baik disimpan rapat-rapat. Karena apa yang telah terjadi dulu, itu yang membuat kita jadi seperti sekarang ini. Biarkan menjadi bahan pelajaran, tapi tidak untuk diulangi. Hanya sebagai cerminan agar kelak kita tidak mengulanginya di masa depan. Karena perjalanan hidup sejatinya sebagai pengalaman dan pelajaran yang berharga.
Nama : Alfiani Z Fitri
ReplyDeleteTwt : @falfanyfitri
Link share : kimfricung.blogspot.co.id/2016/05/blog-tour-satu-mata-panah-pada-kompas.html?m=1
Biarkan masa lalu di tempatnya. Tetap hidup dalam dirimu. Ia akan membantumu untuk tau siapa dirimu. Dan kamu hanya perlu menempatkannya dalam prespektif: masa lalu tidak bisa mendominasi masa depan. Karena, "the past is always tense, the future perfect".
Rini Cipta Rahayu
ReplyDelete@rinicipta
https://twitter.com/RiniCipta/status/733893792584093696
Masa lalu itu sebaiknya tidak dijadikan prioritas hidup lagi. Kita tidak mungkin dapat menghilangkan, melupakan atau memperbaiki hal yang telah terjadi di masa lalu. Semua yang telah kita lewati dijadikan pelajaran dan pengingat bagi diri sendiri aja. Alihkan fokus pada sesuatu yang baru, sesuatu yang akan terjadi masa depan nantinya. Terus menerus diam dalam masa lalu juga nggak baik buat diri kita.
Nama : Asep Nanang
ReplyDeleteTwitter : @asepnanang59
Link Share : https://twitter.com/asepnanang59/status/733995901484572674
Jawaban:
Masa Lalu seharusnya dijadikan cermin bagi kehidupan saat ini, karena apa pun yang kita petik saat ini merupakan hasil dari apa yang kita tanam kemarin. Segala hal yang kita rasakan pada hari ini merupakan akumulasi perbuatan pada masa lalu. Oleh karena itu, jadikanlah masa lalu sebagai cermin untuk mematut diri dan mengoreksi apa yang salah pada hidup kita, lalu memperbaikinya supaya jadi lebih baik.
Nama: Shelly
ReplyDeleteTwitter : @shelly_fw
Domisili : Bandung
Link share:
https://twitter.com/shelly_fw/status/734037352713052160
Jawaban:
Tanpa masa lalu tentunya kita belum tentu menjadi pribadi yang sekarang. Alih-alih diingat-ingat atau dilupakan, saya pikir masa lalu sebaiknya disyukuri saja. Disyukuri berarti kita menerima masa lalu (masa lalu yang baik maupun buruk) dengan lapang dada sekaligus melepaskan demi kebaikan. Tidak semua masa lalu baik berarti baik dan tidak semua masa lalu buruk berarti buruk. Masing-masing mengandung pelajaran yang begitu berarti.